Pengaggum rahasia

By: @/Elizabeth Sekar Ardeliana
-not edited-

" Huufftt." Helaan napas terdengar dari gadis berkacamata yang berada di sudut ruang latihan basket. Buku yang hanya dia bawa tanpa ada minat dia baca karna pemandangan yang ada di depannya jauh lebih menarik.

Sudah menjadi rutinitas gadis itu mengamati seorang pria yang berstatus pemain basket andalan SMA Nusa. Namanya Angga, pria berpostur tegap dan tinggi, dengan kulit putih bersih meski sering terpapar matahari saat latihan di luar ruangan.

Gadis bernama Nara itu cukup tahu diri untuk sekadar menyapa atau bertemu pandang dengan lelaki idaman seluruh gadis di SMA Nusa, dia hanya memandangi lelaki itu dari jauh, tersenyum saat melihat lesung pipit Angga ketika lelaki itu tertawa.

Bukan moment yang istimewa, namun cukup membuat Nara memikirkannya sepanjang malam sebelum tidurnya, menghantarkan gadis itu ke mimpi indah sebelum surya menyambut fajar di hari esok.

Sudah lebih dari satu tahun Nara hanya menjadi pengagum rahasia Angga, tanpa seorang pun tahu mengenai rasa yang dimilikinya. Tidak ada rasa bosan dari diri gadis itu, malah rasa suka dan kagumnya terhadap Angga semakin bertambah setiap harinya.

"Haha, siapa yang peduli tentang apa yang aku rasakan? Aku bahkan tidak yakin mereka tahu jika aku ada di dunia ini. Berharap apa kau Nara? Kau hanya di cupu  yang tak jauh lebih berarti dari jerawat di wajah mereka." Itulah yang selalu diucapkan Nara saat menghadapi dirinya di depan cermin. 

Parasnya tak buruk, hanya tertutup oleh gaya cupu serta sikap pendiam dan kebiasaan membawa buku tebal kemana pun dia pergi. Memang siapa di jaman sekarang ini yang mau berkawan dengan kutu buku? 

~Brukkk

Lamunan Nara terhenti dan gadis itu langsung melihat ke sumber suara. Wajahnya langsung panik dan ingin mendekat, namun nyatanya kedua kaki gadis itu mematung dengan bibir yang dia gigit sendiri karna gelisah.

"Angga! Dada Lo sakit lagi? Kalau Lo udah capai itu bilang, Lo harus ingat kalau jantung Lo itu lemah. Buruan yang lain bantu Angga ke UKS." Beberapa orang yang ada di sana langsung mendekat dan membantu Angga untuk duduk di tepi lapangan. Sementara itu beberapa temannya langsung mengambil tas ransel miliknya untuk mengambil obat dan air minum.

Seperti kata orang, tak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu pula Angga, secara fisik sangat sempurna namun lelaki itu memang memiliki kelainan jantung yang membuatnya tidak bisa terlalu lelah.

Meski begitu Angga tidak menyerah pada bakat dan kemampuannya di bidang basket, dia tetap bermain dalam setiap pertandingan dan beristirahat saat merasa jantungnya berdetak sangat cepat dan menyakitkan.

" Guys, latihannya udah dulu ya, kalau kalian mau main lagi juga boleh. Gue sama Angga mau pamit dulu. Semangat Ya, bentar lagi kita ada pertandingan."

Nara langsung bangkit dari duduknya dan pergi dari sana secepat mungkin. Dia terpaksa berputar karna pintu keluar yang dekat dengannya berada di sebelah kanan, sementara gerbang utama ada di sebelah kiri.

Sudah menjadi kebiasaan gadis itu berjalan sambil menunduk, biasanya tak ada yang menabraknya, entah hari ini dia tidak beruntung atau justru beruntung, seseorang menabraknya dan membuatnya jatuh tersungkur. 

" Eh maaf, Kamu gak papa? Kalau jalan jangan nunduk dong, kalau nabraknya tiang gimana?" 

Suara itu! Nara bahkan bisa mengenali pemilik suara itu tanpa mendongak. Nara tidak menjawab dan langsung berdiri dan pergi dari sana. Membuat kedua pria yang menabrak Nara saling pandang dengan bingung.

" Lo bau ketek ya? Dia sampai ketakutan gitu nabrak Lo," ujar Angga menyenggol teman yang ada di sebelahnya. Orang itu memandang Angga dengan wajah malas sambil memapah lelaki itu. Jika Angga sudah kambuh, lelaki itu tidak dapat menahan berat tubuhnya sendiri, dia harus meminum banyak air sekaligus obat untuk mengurangi rasa sakitnya.

" Mimpi apa aku? Angga ngomong sama aku, astaga, apa hari ini ada dewi fostuna di belakang aku? Ya Tuhan, Nara bahagia Tuhan." Nara memegang dadanya yang bergemuruh kencang. Baru disapa seperti itu, jantungnya terasa ingin meledak, apalagi jika bertatap muka dengan Angga? Mungkinkah Nara akan pingsan?

*

*

*

Suara gemuruh stadion yang ada di salah satu GOR di sebuah kota membuat dua tim basket yang sedang berjuang untuk sekolah mereka makin bersemangat untuk mencetak angka demi angka yang akan membawa mereka menuju kemenangan. Posisi SMA Nusa yang tertinggal membuat siswa – siswi mau pun pelatih menjadi tegang. Apakah sekolah mereka akan memenangkan pertandingan hari ini?

" Coach, biar saya masuk," ujar Angga yang sudag tegang pada pelatih yang sama sekali belum memainkan dirinya. Pelatih hanya menengok ke arahnya dan menggeleng, dia tidak akan memainkan Angga di awal, akan membahayakan bagi lelaki itu.

" Coach! Mainkan saya, waktunya gak banyak lagi, kalau semakin jauh bagaimana? Saya bisa coach, saya yakin saya bisa!," desak Angga yang membuat pelatih tersebut melihat ke arah papan score, terlalu jauh, akan sulit untuk memenangkan pertandingan ini, meski Angga masih bisa memenangkannya, tapi bagaimana jika Angga tumbang?

" TIME OUT!" Teriak pelatih pada time keeper membuat pertandingan dihentikan sementara. Pelatih mulai melakukan breafing singkat dan memutuskan untuk memainkan Angga dengan syarat lelaki itu harus jujur dan berhenti bermain jika sudah merasa lelah. 

Masuknya Angga membuat atmosfir di seluruh stadion menjadi cerah, mereka semua langsung bersemangat dan yakin bahwa SMA Nusa akan memnangkan pertandingan. Terbukti dari tiupan peluit pertama, Angga dengan sigap merebut bola dan mulai men-dribble bola itu lalu mengopernya ke teman terdekat.

Meski terkenal hebat dan bisa diandalkan, Angga tidak pernah egois dan mau menangnya sendiri, sekiranya dia merasa tak berpotensi meraih point, dia memilih untuk mengoper ke temannya yang kosong dan temannya itu yang mencetak point. Itulah kunci dari permainan team.

" ANGGA! ANGGA! ANGGA! SMANUSA! SMANUSA!" Begitulah riuh yang terdengar di seluruh penjuru stadion. Dari banyaknya orang yang menonton, ada satu gadis yang duduk di deretan paling atas dan paling pojok. Dia tidak bisa berada di tempat yang ramai, namun dia memaksa untuk datang demi melihat Angga bermain.

SMA Nusa terus mengejar poin demi poin hingga menyamakan kedudukan dan bahkan bisa memenangkan pertandingan. Mereka bertepuk tangan dan saling tos antar anggota untuk beristirahat. Angga tertawa puas karna akhirnya timnya bisa selamat dari kekalahan di babak pertama ini.

Angga duduk di tempatnya sambil memegang dada sebelah kiri yang mulai sakit. Lelaki itu langsung meminum air dan menimun obat pereda nyerinya. Teman – temannya mulai mengkhawatirkan dirinya saat melihat wajahnya memucat dan keringat memenuh wajahnya.

Sementara itu di ujung stadion seorang gadis mulai merasa pusing dengan hidung yang mulai mengalirkan darah segar. Darah itu dia tahan menggunakan tangan sementara dia mencari sapu tangan yang selalu dia bawa kemana pun. 

~ Priiitttt

 Saat pertandingan babak keedua hendak dimulai, Angga bangun dari duduknya untuk kembali ke lapangan karna dia harus bermian paling tidak lima menit lagi baru digantikan oleh temannya yang lain. Saat berdiri, Angga mulai merasa sekelilingnya berputar dan dadanya semakin kram. Sampai akhirnya dia terjatuh dan semua menjadi gelap.

~ brukkk

~ bruukk

Pandangan dari penonton terbelah menjadi dua karna ada dua orang tumbang dalam waktu bersamaan, membuat suasana menjadi riuh dan tak terkendali. Akhirnya dua orang itu dibawa dari dalam stadion dan segera dilarikan ke rumah sakit. 

*

*

*

" Kamu harusnya tahu tentang kondisi kamu, kamu tidak boleh kelelahan karna sel darah merah kamu yang semakin sedikit. Kamu jangan menganggap remeh penyakit kamu. Leukimia bukan penyakit biasa, apalagi kamu sudah sampai stadium tiga."

Orang itu hanya terdiam dan menunduk, dia tahu dia salah dan memang seharusnya dia berhenti beraktivitas, fokus pada kesembuhannya dan mengikuti segala macam pengobatan dan kemoterapi yang melelahkan. Tentu gadis itu tak mau menjalani sisa hidupnya seperti itu. Dia ingin jauh lebih berguna di sisa hidupnya yang dia yakin tak lama lagi.

" Dokter, saya sudah melakukan kemoterapi beberapa hari lalu, saya cuma nonton pertandingan basket di stadion kok dok, saya gak kelelahan," bantah gadis itu yang membuat dokter menjadi gemas dengannya. Dokter tidak tahu bagaimana gadis itu ditangani dan sudah seberapa jauh gadis itu berobat, namun dia tidak setuju dengan pernyataan gadis itu.

" Kalau pemeriksaannya sudah selesai, saya mau keluar dok, saya pusing kalau harus mencium bau obat lama – lama, sudah bosan di rumah sakit." 

Dokter akhirnya menyerah dan membiarkan gadis itu pergi setelah memastikan tak akan ada hal buruk yang terjadi pada gadis itu mengenai penyakitnya. Gadis itu keluar dari ruangan dan menyusuri koridor rumah sakit sampai akhirnya langkah kakinya berhenti di sebuah ruang UGD dimana terdapat wakil pelatih yang menunggu di luar pintu.

" Kondisi Jantung Angga sangat lemah, seharusnya dia tidak terllau beraktivitas seperti ini, ini sangat membahayakan nyawanya. Saya harus bertemu dengan pihak keluarga untuk menanyakan apakah sudah mendapatkan donor jantung untuk Angga? Saya takut Angga tidak bisa bertahan lebih lama lagi, melihat semangat hidup yang tinggi dari Angga, saya rasa menemukan donor adalah solusi terbaik."

" Maaf dok, saya Cuma wakil pelatih basketnya, saya sudah menghubungi pihak keluarga, dokter bisa sampaikan langsung ke pihak keluarga."

" Baiklah, kalau nanti keluarganya sudah datang, tolong sampaikan untuk menunggu di ruangan saya, dokter Andi, saya akan mengurus beberapa pasien lain. Angga akan segera dipindahkan ke ruang rawat setelah kondisinya stabil. Saya permisi dulu."

Semua hal itu didengar Nara dnegan sangat baik, gadis itu langsung berjalan dari sana untuk pulang ke rumahnya. Tak mungkin kan dia kembali ke stadion? Dia kan pergi ke sana hanya untuk mengagumi Angga yang berkeringat, rambutnya basah menawan dengan badan atletis yang terjiplak dibalik jersey yang basah.

Sesampainya di rumah, Nara langsung berjalan ke arah ruang tamu dimana dia yakin mamanya ada di sana. Nara langsung duduk di sofa dan memeluk mamanya dengan erat. Hal itu tentu membuat mama Nara menjadi kaget karna Nara sangat jarang bermanja – manja seperti ini.

" Mama, Mama mau kan Nara jadi anak baik dan berguna bagi orang lain di sisa hidup Nara yang sebentar lagi ini?"

" Kamu ngomong apa? Kalau ngomong itu yang benar, siapa yang tahu sisa umur kamu? Kalau Tuhan kasih kamu umur sampai seratus tahun lagi gimana?" tanya mama Nara yang membuat gadis itu makin memeluk mamanya. Dia tahu mamanya terus menyangkal bahwa umur anak gadisnya tinggal sedikit lagi, padahal Nara sendiri sudah mengiklaskan apapun yang akan terjadi.

" Mama, Nara tahu kalau umur di tangan Tuhan, tapi Nara mau tanya ke mama. Kalau semisal sampai ahkir hayat Nara bisa menolong orang lain, mama bakal bangga sama Nara kan Ma?" Tanya Nara yang membuat Mamanya tersenyum dan mengecup kepala gadis itu dengan penuh hangat.

" Mama bakal dukung apapun yang kamu lakukan atau apapun yang kamu putuskan. Mama yakin kamu memiliki hati emas. Mama percaya kamu sudah memikirkan matang – matang sesuatu sebelum kamu melakukannya. Tapi kamu harus ingat, apapun yang kamu rencanakan, jangan sampai kamu menyerah dengan keadaan kamu."

Nara kembali memeluk mamanya sebelum akhirnya gadis itu kebali pamit ke kamarnya untuk beristirahat. Gadis itu menatap langit – langit kamarnya yang dia tempel kertas marmer berbentuk bintang. Nara tersenyum melihat bintang – bintang yang tampak berkilauan itu.

" Mungkin gak ya Aku jadi salah satu dari bintang – bintang itu nantinya?" Tanya gadis itu sebelum matanya terlelap dan dia tidak merasakan apapun lagi. Dia sempat merasakan hidungnya kembali mengeluarkan darah, namun matanya sangat berat untuk terbuka. Gadis itu bahkan bingung dia hanya tidur atau pingsan.

*

*

*

" Kami sudah mendapatkan calon donor jantung untuk Angga, kami akan melakukan serangkaian tes, jika ternyata jantung tersebut sesuai untuk Angga, kita akan segera melakukan transpalasi jantung. Kita harus berdoa yang terbaik agar donor tersebut cocok dan Angga bisa beraktivitas seperti biasa lagi."

" Dokter, diapa pemilik jantung tersebut? Bukankah tidak boleh mengambil jantung dan  melakukan transpalasi pada manusia yang masih hidup?" tanya orang tua Angga yang membuat dokter tersebut tertawa.

" Tentu saja tidak boleh, itu sangat menyalahi prosedur dan Hak Asasi Manusia. Untuk identitas calon pendonor masih sangat dirahasiakan, karna itu merupakan permintaan dari pihak pendonor. Hanya itu yang bisa saya sampaikan, sisanya akan segera saya beri kabar. Kalau begitu saya pamit dulu, mohon untuk pihak keluarga menjaga Angga agar tidak kelelahan dan tidak lupa meminum obatnya."

" Terima kasih banyak dokter, kami akan menunggu kabar baik dari dokter," ujar orang tua Angga dengan wajah yang bahagia. Percakapan mereka bisa di dengar oleh Angga, lelaki itu sengaja sedikit menguping pembicaraan dokter dan orang tuanya, lelaki itu tersenyum bahagia jika memang ada pendonor jantung untuknya, dia bisa melanjutkan hidup seperti manusia normal pada umumnya.

Keesokan harinya, Angga sudah diperbolehkan untuk pulang dan kembali beraktivitas. Dia langsung mendapat banyak sambutan dari teman satu tim dan teman kelasnya. Pasalnya, setelah Angga tumbang saat hendak memulai pertandingan, semangat mereka semakin berkobar untuk perjuangan Angga, membuat SMA Nusa akhirnya memenangkan pertandingan dengan hasil tipis dari lawan.

" Rey, Lo tahu gak? Kemarin gue nguping apa kata dokter, katanya udah ada donor jantung buat gue, tapi masih calon sih, kalau memang cocok baru deh bisa didonorin. Gue senang banget dong dengarnya." Lelaki itu tertawa bahagia saat menceritakan kabar ini kepada Reyhan, sahabatnya.

" Serius Lo? Legal tuh? Hari gini orang mau donorin jantungnya dengan suka rela? Jangan – jangan orang tua Lo nanti dimanfaatin sama keluarga dia?"

" Lebih baik dibanding gue mati karna kondisi jantung gue yang makin lama makin lemah sih. Tapi sebenernya gue juga penasaran, jaman sekarang ada gitu orang yang donorin jantungnya. Padahal kan dia pasti mati setelah donorin jantungnya. Itu orang apa malaikat coba?" 

" Gak tahu lah, mending tunggu aja kabar dari dokter. Lo gak usah kesenangan dulu, siapa tahu hasilnya gak cocok dan Lo gak jadi dapat donor kan?" Angga langsung menjitak kepala sahabatnya itu. Bukannya mendoakan hal yang baik, malah membuat Angga kehilangan kepercayaan untuk sembuh.

Mereka kembali dari kantin menuju kelas, di tengah jalan, mereka bertemu lagi dengan sosok yang tak asing bagi Angga, membuat lelaki itu penasaran dan langsung memegang pundak orang itu untuk menahan langkahnya.

" Lo yang waktu itu ketabrak sama gue di depan ruang latihan basket kan? Lo kelas sebelas juga? Kok gue gak pernah lihat Lo sih?" tanya Angga yang  membuat orang itu makin menunduk dan meremas roknya. Gadis itu takut menghadapi Angga, dia tidak terbiasa terlihat dan dianggap ada, rasanya aneh sampai ada orang yang memperhatikan bahkaan mengingatnya.

" Kalau ada orang ngomong itu dijawab neng, nanti abang ngambek loh," ujar Angga sambil bercanda dan mengangkat dagu orang itu. Angga dan Reyhan terkejut setengah mati karna orang yang dipegang Angga sudah menangis, bahkan ingus yang dikeluarkan sudah berwarna merah. Hal itu langsung membuat Angga melepaskan tangannya dari pundak gadis itu.

" Maaf, permisi." Orang itu langsung pergi dari hadapan Angga yang masih mematung kaget. Reyhan yang pertama menyadarkan Angga, membuat keduanya berpandangan dan seakan bertukar pikiran.

" Ingus jaman sekarang udah merah warnanya? Upgrade dimana coba?" tanya Angga dengan tak mengerti. Mereka memutuskan untuk melupakan kejadian itu dan berjalan menuju kelas mereka. Angga langsung duduk di kursinya dan merogoh laci untuk mencari ponsel yang dia tinggal di laci itu.

" Apaan nih?" tanya Angga saat tangannya menabrak sebuah toples ceper lebar. Pria itu mengeluarkan toples tersebut dan langsung melihat ke kelasnya yang benar – benar kosong. Siapa yang menaruh toples tersebut di tempat ini? Angga melihat toples itu secara keseluruhan dan terkekeh. 

" Lo lihat deh Rey, Lo baca juga pesannya."

Rey langsung mengikuti apa yang Angga katakan dan tertawa seketika. Angga sudah biasa mendapat banyak hadiah dan biasanya berupa coklat atau cookies, kali ini sangat berbeda dan pesannya membuat mood mereka bertambah baik.

 " Hai Angga, aku dengar kacang Almond baik untuk kesehatan jantung, aku bawa dua toples untuk kamu. Dihabiskan ya, lekas sembuh. Dari pengagum rahasiamu." Reyhan membaca pesan yang terdapat di tutup toples tersebut dan membuka isinya lalu menyuapi Angga dengan kacang Almond tersebut. Angga makan dengan lahap sambil terkekeh geli, siapa yang memberinya hadiah seperti ini? Dia harus sangat berterima kasih kepda orang itu.

*

*

*

Seminggu berlalu, akhirnya kabar dari rumah sakit pun sampai di keluarga Angga, membuat Angga dan orang tuanya bergegas untuk pergi ke rumah sakit dan mendengar sendiri kabar dari dokter. Wajah cerah dari dokter membuat Angga ikut berharap mendapat kabar yang baik dari dokter.

" Minggu depan, Angga akan melakukan transpalasi jantung karna berdasarkan hasil tes, Jantung yang akan didonorkan cock dengan jantung Angga. Jika selama seminggu ini tidak ada perubahan dalam pemeriksaan, Angga bisa segera memakai jantung tersebut dan beraktivitas lagi. Meski masih terdapat persentase kegagalan, saya rasa kita bisa tetap optimis dan berdoa yang terbaik."

" Dokter serius? Saya mendapat donor jantung yang pas? Terima kasih dokter, terima kasih banyak. Tapi, siapa yang menjadi pendonor untuk saya dok?" tanya Angga dengan bingung.

" Kamu akan mengetahuinya saat jantung pendonor itu sudah terpasang dan berfungsi sempurna di tubuh kamu.

Tak lama  menunggu waktu seminggu, Angga akhirnya melakukan operasi untuk transpalasi jantung. Perlu waktu lebih dari 4 jam untuk menyelesaikan proses operasi sekaligus pemeriksaan kondisi jantung di tubuh baru itu, hal itu dilakukan karna da beberapa kasus jantung menolak tubuh baru dan membuat jantung itu tak berfungsi dengan baik, bahkan tidak berfungsi sama sekali.

" Operasinya berjalan lancar, kondisi jantungnya juga sangat baik di tubuh Angga. Saya memberi pesan untuk Angga tidak beraktivitas dengan berat dulu dan terus kontrol rutin setiap minggu untuk memastikan kondisi jantung barunya."

Orang Tua Angga tentu bersyukur dnegan hal itu, akhirnya putra mereka bisa menjalani hidupnya dengan bahagia dan beraktivitas normal tanpa kesakitan lagi. Siapa pun yang mendonorkan antungnya untuk Angga, orang itu pasti berhati malaikat.

" Angga, kamu bisa mendengar suara saya kan? Saya ada surat dari pendonor jantung yang sekarang ada di tubuh kamu ini. Silakan kamu baca jika kondisi kamu sudah lebih kuat dan pulih."

Angga menerima surat itu dan mulai membaca surat itu dengan suara yang lirih.

" Hai Angga, jika kamu sudah membaca surat ini, artinya aku sudah tidak ada di dunia ini. Kamu tahu? Aku bersyukur banget bisa melihat kamu, walau kamu gak pernah tahu kalau aku ada di sekitar kamu. Menjadi pengagum rahasia dari seorang Anggara Mahardika menjadi kebahagiaan sendiri untuk aku. Apalagi sekarang aku bisa terus hidup melalui kamu, setiap kali jantung yang ada di tubuh kamu berdetak, setiap detik itu lah aku tetap hidup. Jangan lupa bahagia dan jaga jantung itu baik – baik ya, jangan lupa makan kacang Almond yang aku kasih sampai habis untuk kesehatan jantung kamu. Ah ya, terima kasih karna saat terakhir kali kita ketemu, kamu bisa ingat aku, walau bukan ingatan baik sih karna waktu itu aku mimisan dan ketakutan ketemu kamu, tapi aku tetap bahagia dan sangat bahagia. Terima kasih telah mengajarkan aku tentang ketulusan dan pengorbanan yang murni, aku selalu menyayangimu Angga. Tertanda Naraya Adiputeri."

Angga menatap lagi kertas yang ada di tangannya. Dia berusaha mengingat siapa orang yang dimaksud dalam surat ini. Lalu dia teringat sosok gadis culun yang dua kali dia temui secara tidak sengaja. Sungguh kah gadis itu yang mendonorkan Jantungnya untuk Angga?

" Naraya, walau aku gak tahu kamu orang seperti apa dan aku merasa sangat bersalah gak bisa ketemu kamu lebih awal untuk dekat dan mengenal kamu, aku mau berterima kasih sama kamu. Kamu bisa dengar aku kan di alam sana? Terima kasih sudah memberikan aku cinta yang suci, terima kasih sudah memberikan aku kesempatan kedua untuk hidup. Aku janji aku akan jaga jantung ini agar kamu bisa tetap hidup di dunia ini. Maaf sudah menjadikanmu pengagum rahasia tanpa bisa menggapaiku, terimakasih Naraya, kamu sudah mengajarkan aku tentang pengorbanan Abadi yang tulus tanpa pamrih. Semoga kamu bahagia di alam sana. Terima kasih untuk kasih sayang, cinta dan ketulusan kamu, Naraya Adiputeri."

Baru kali ini Angga mendapat pengajaran yang sangat berharga dari seseorang yang tidak pernah dia kenal. Ketulusan dan cinta suci memang nyata adanya, dan di setiap cinta yang tercurah, tentu ada pengorbanan yang dilakukan. Naraya sudah melakukan pengorbanan yang tak terkira untuknya, untuk hidup barunya.

Terima kasih Naraya, semoga kamu tenang di alam sana.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top