Part 3


Kini Senja dan orang tuanya pun sampai dirumah meski kecil, tapi memiliki dua kamar yang masih layak untuk ditempati, meski tidak senyaman tempat tinggal mereka dulu.

“Senja ini kamarmu sayang, maaf ayah tidak bisa memberi tempat yang layak untuk kau dan ibumu," Ucap Heru sambil memeluk Senja, Nindia yang melihat itu pun hanya bisa tersenyum melihat kedekatan Ayah dan putrinya itu.

Ini semua gara-gara Senja  Ayah, maaf kan Senja Ayah karena kecerobohan dan kebodohan Senja menyebabkan Ayah dan Bunda harus menderita seperti ini, ditambah dengan kehamilan Senja, yg akan membuat Ayah dan Bunda menanggung malu,” Ucap Senja sambil menangis.

“Ayah, aku ingin menggugurkan kandungan ini,” Sambung Senja sambil menghapus air mata yg kini mengalir di pipinya dengan kasar.

“Tidak, Nak. Bayi yang kau kandung tidak bersalah, Tuhan akan murka padamu, Nak.  Jangan sampai kau melakukan dosa yang lebih besar menghilangkan nyawa yang baru tumbuh berkembang dirahim, Bunda dan Ayah akan membantumu menghadapi semua masalahmu, kami akan membantu merawat anakmu kelak karena dia adalah cucu kami, Nak. Kita akan membesarkan anakmu bersama-sama,” ucap Nindia sambil menggenggam tangan Senja yang sudah mengepal.

“Sekarang kamu tidurlah, Bunda akan memasak, dan Ayahmu pasti lelah biarkan dia istirahat,” ucap Nindia, Senja pun kini berbaring diranjang yang sederhana tanpa kasur empuknya dan kamar yang mewah seperti miliknya dulu, namun dia berusaha menerima semuanya dia pun bertekad jika sudah pulih nanti dia akan mencari pekerjaan untuk membantu Ayahnya.

                                                                               ****

Ayolah sayang, apa yang kau takutkan lagi pula bulan depan kita akan menikah, jadi kalau pun ada sesuatu yang terjadi padamu aku sudah pasti akan bertanggung jawab," Ucap Elang yang kini mulai  merayu Senja.

Tapi mas, aku takut bagaimana kalau Papa dan Mama tahu,” Ucap Senja yang kini terlihat sedikit tegang.

Ayo lah sayang, Papa, Mama, kak Sania dan kak Ardi sedang pergi ke Bandung untuk berkunjung ke rumah kak Sania dan baru pulang dua hari lagi,” Ucap Elang sambil berusaha mencium leher jenjang Senja dan semakin gencar merayunya.

Tapi bagaimana dengan Ayah dan Bundaku, bagaimana kalau mereka tahu?,” tanya Senja sambil mencoba menolak kemauan Elang.

Ayah dan Bundamu tidak akan tahu sayang, kalau kamu tidak memberi tahu mereka, Apa kamu tidak mencintaiku,” ucap Elang sambil mencoba merayu Senja dan memeluknya dan mulai kembali mengecup leher jenjang Senja.

“Bu-bukan Gitu Mas, kau tahu aku sangat mencintaimu," Ucap Senja, yang kini mulai memejamkan matanya, mulai terhanyut dalam cumbuan lembut yang Elang berikan padanya. Elang yang menyadari kepasrahan Senja pun menyeringai penuh kemenangan.

Aku akan melakukannya dengan lembut sayang, jadi kau jangan takut, lagi pula kita sudah akan menikah," Ucap Elang lalu menidurkan tubuh Senja ke kasur.

“Tidaaaak...!” teriak Senja yang kini terbangun dari tidurnya dengan keringat yang memenuhi wajah dan leher Senja.

“Ada apa sayang?,” kenapa kau teriak, Nak. Apa yang terjadi?” tanya Nindia yang kini melihat putrinya terduduk diranjang dengan keringat yang mengucur diwajahnya.

“Bunda aku takut Bun, maafin Senja Bun tidak pernah mendengarkan ucapan Ayah dan Bunda,” Ucap Senja yg kini memeluk erat tubuh ibunya.

“Sudah sayang sudah, pasti kamu mimpi buruk ya?” tanya Nindia namun Senja tidak menjawab, dia hanya memeluk erat tubuh Ibunya Nindia.

“Ada apa Nindi? Kenapa Senja sampai berteriak?” tanya Heru yang kini melihat di depan pintu, namun Nindia hanya tersenyum dan mengedipkan matanya memberi isyarat pada Heru, Melihat itu Heru pun mengerti dan meninggalkan anak dan istrinya.

“Ada apa sayang?” tanya Nindia dengan lembut.

“Bunda, aku-aku, aku takut Bun,” cicit Senja sambil mengeratkan pelukannya pada Bundanya.

“Sssstttt.. sayang, tidak apa-apa, Nak. Ada bunda dan Ayah disini, jadi jangan takut ya sayang," ucap Nindia mencoba menenangkan putrinya, kini Senja pun memejamkan matanya, tertidur dalam pelukan Nindia, lalu Nindia pun kini merebahkan tubuh Senja diranjang.

“Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Nak?, kenapa kau jadi seperti ini, aku tidak sanggup melihat putriku seperti ini Tuhan, beri dia kekuatan agar bisa melewati semua ini, aku tahu mungkin dia memiliki trauma karena pernikahannya yang  gagal dengan pria yang dia cintai, tapi aku mohon kembalikan Senjaku yang lugu dan selalu ceria," Ucap Nindia sambil menatap wajah Putrinya dengan sendu, dan menitikkan air matanya.

                                                                                           *****

Sebulan kemudian kini keadaan Senja pun mulai berangsur membaik, dia pun kini sudah mulai mau bicara dan berkumpul untuk mengobrol dengan kedua orang tuanya, dan sesekali dia tersenyum saat sang Ayah melontarkan lelucon untuk menghiburnya.

“Ayah, Bunda mulai besok aku akan mencari kerajaan, aku akan membantu Ayah mencari uang agar kita bisa hidup layak lagi bun,, dan aku juga ingin menabung untuk persalinanku nanti, dan untuk masa depan anakku kelak,” Ucap Senja dengan senyuman yang merekah dibibirnya.

“Syukurlah putriku sekarang sudah kembali bangkit dari keterpurukannya, Bunda tahu kau pasti bisa melewati semua ini. Nak," Ucap Nindia lalu memeluk putrinya dengan erat.

“Ayah bangga padamu. Nak, kini kau bisa menggunakan keahlianmu, kau akan melamar dirumah sakit mana, Nak?,” Tanya Heru

“Rumah sakit Citra Garden City, Riana bilang padaku disana sedang memerlukan dokter ahli bedah, jadi aku akan mencoba mendaftar disana, do'akan aku Ayah, Bunda semoga aku diterima,” Ucap Devana

“Pasti Nak, doa kami selalu bersamamu, tapi setahu Ayah rumah sakit itu jauh, Nak. Dari tempat tinggal kita,” ucap Heru.

“Tidak apa-apa Ayah, untuk sementara aku akan tinggal bersama Riana nanti setelah aku lulus dan menetap jadi dokter disana aku akan mencari rumah disana dan aku akan mengajak Ayah dan Bunda tinggal bersamaku disana.

Kini keluarga Hermawan pun terlihat sangat bahagia karena Senja telah kembali bangkit dan kembali terlihat ceria.

“Mama janji tidak akan membuatmu menderita sayang, maaf jika Mama pernah ingin melenyapkanmu, tapi Mama sadar kini kamulah sumber kekuatan Mama, meski Papamu tidak menginginkan kita jangan sedih, Nak. Karena Mama akan menjadi ibu sekaligus ayah untukmu kelak tetap sehat ya Nak disini," Ucap Senja sambil mengelus perutnya yang masih rata.

Sementara itu di kediaman Pradipto, Elang baru saja pulang dari kantor, namun tidak melihat Meira, cuma ada Sania dan ibunya yang sedang menyiapkan makan malam.

“Mam dimana Meira?,” tanya Elang kini sudah berdiri di belakang ibunya.

“Entahlah, Mama tidak tahu dia pergi kemana dan tidak mau tahu," Ucap Arina yang kini pergi ke dapur untuk mengambil makanan yang belum dia bawa.

“Meira pergi dari tadi sore, entah kemana dia, pakaian nya juga sangat seksi,” Ucap Sania lalu pergi meninggalkan Elang, untuk pergi ke dapur membantu ibu mertuanya.

“Kemana lagi dia, akhir-akhir ini dia selalu tidak ada dirumah saat aku pulang kerja,” Ucap Elang lalu pergi ke kamarnya, setibanya dikamar Elang langsung menghempas tubuhnya diranjang pikiran kini menerawang entah apa yang dia pikirkan sesekali dia mengusap wajahnya dengan kasar  sambil sesekali mengacak rambutnya.

“Aargghh..., lama-lama aku bisa gila kalau kayak gini terus, Senja dimana kau sekarang?!” ucap Elang sambil membuka ponselnya yang masih menyimpan foto Senja saat  dia tersenyum.

Tiba-tiba Elang melihat bayangan seseorang, dia pun mematikan ponselnya, kini  dia melihat Meira yang sempoyongan masuk ke kamarnya.

“Hay Lang, kau sudah pulang sayang," Ucap Meira lalu duduk di sofa.

“Kau mabuk lagi Meira?,” tanya Elang terlihat yang mulai kesal dengan kelakuan Meira.

“Sedikit Lang, tadi ada pesta ulang tahun temanku, jadi dia memberiku sedikit minuman," jawab Meira yang kini berjalan kearah Elang yang tengah berdiri di samping ranjang, kini Meira memeluk erat tubuh Elang dan mencium pipi dengan lembut, tapi saat Meira ingin mencium Meira, dia menghindar dan pergi ke kamar mandi, dan itu membuat Elang semakin kesal.

“Sudah sebulan kau menjadi istriku, tapi kau tidak pernah memenuhi kewajibanmu sebagai seorang istri, aku hanya ingin memiliki seorang anak," Ucap Elang lalu kembali berbaring diranjangnya.

                                                                                 *****

Keesokan paginya Meira sudah bangun lebih awal  untuk membujuk suaminya agar tidak marah dan Berakhir mendiamkannya dan itu bisa bahaya, karena Elang tidak akan mau meminum ramuan yang dia buat untuk Elang.

“Bangun Lang, minum ini sayang dulu sayang, maaf ya semalam aku pulang dalam keadaan mabuk, tapi itu semua gara-gara Karina yang memaksaku minum,” Ucap Meira.

“Tidak hari ini aku tidak ingin minum jusnya ingat ya Meira aku tidak suka kalau kau terlalu sibuk diluar sana, seharusnya kau mencoba mendekati Mama, agar Mama bisa menerima kamu, kalau tahu akan seperti ini, lebih baik aku menikah dengan Senja saja dulu,” Ucap Elang sambil merapikan dasinya.

“Lang, kenapa kau bicara seperti itu didepanku," teriak dengan kesal.

“Kenapa kau tidak suka hah!, kau tahu Meira aku sudah muak dengan semua ini, aku kira kau akan menjadi istri dan menantu yang baik, tapi apa kau juga tidak pernah melayaniku dengan baik, dan jika aku meminta hakku, kau selalu banyak alasan, aku hanya ingin memiliki seorang anak darimu Meira, yang kelak akan menjadi pewaris dan penerusku," Ucap Elang dengan emosi.

“Maafkan aku Lang, tapi aku benar-benar belum siap saat ini,” Sahut Meira.

“Sampai kapan Mei?, Sampai kapan hah?! Sudah aku sedang tidak ingin berdebat denganmu,” Ucap Elang lalu pergi meninggalkan Meira, membuat dia kebingungan karena sikap Elang sudah mulai tak menurut pada Meira, kini Meira pun menghubungi seseorang entah siapa itu.

“Hallo, dengar kita harus bertemu.”

Bertemu dimana?”

“ditempat biasa.”

Jam berapa?, Memang ada apa?”

“Jam 10, ini gawat sepertinya Elang sudah kembali, mungkin efek obat itu sudah tidak bereaksi lagi.

terus bagai mana dengan hubungan kita?”

“Sudah jangan bahas itu, kita bertemu nanti.”

baiklah sampai ketemu nanti.”

 “Oke.”

 Meira pun mengakhiri pembicaraannya ditelepon dengan seseorang entah siapa itu.

RUMAH KELUARGA HERMAWAN

‘Ayah, Bunda Senja berangkat dulu ya," Ucap Senja dengan penampilannya yang berbeda dengan baju kemeja putih dan rok span hitam selutut dan dengan rambut terurai sehingga terlihat begitu cantik.

 “Ya tuhan lihatlah Mas putri kita sangat cantik,” Ucap Nindia yang melihat putrinya sangat cantik.

“Bunda do'ain Senja ya semoga lamaran kerja Senja diterima,” Ucap Senja sambil tersenyum.

“Amin.”

“Kamu memang sangat cantik, Nak. Apa mau Ayah antar? Biar Ayah antar sampai rumah sakit, atau Ayah pesanan kan taksi?"

“Tidak ayah, Riana mau menjemputku,” Ucap Senja lalu tak lama suara klakson mobil pun terdengar.

“Itu pasti Riana, ayah, Bunda Senja berangkat dulu ya," pamit Senja yang kini sudah berjalan kearah pintu.

“Sarapan dulu, Nak...!” Teriak Nindia yang sadar bahwa putrinya belum menyentuh makanan apa pun.

“Nanti saja Bun,” sahut Senja lalu kini menghilang dibalik pintu.

“Syukurlah dia bisa melewati semuanya dengan baik," Ucap Heru yang merasa lega karena melihat putrinya sudah kembali ceria.

“Iya Senja memang gadis yang kuat, aku bangga padanya," Ucap Nindia lalu menyiapkan sarapan untuk Heru, sementara Senja dan Riana kini menuju rumah sakit tempat  Senja akan diinterview.

TBC

Bagi yang udah gak sabar sama kelanjutan ceritanya silahkan mampir ke e-booknya ya, harganya murah meriah kok dan bagi yang minat Linknya ada di Bioku dengan judul 'PENGHIANATAN'

Ini dia penampakan e-booknya 👇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top