3 - Tak terduga
"Wilda" panggil seseorang dengan suara yang tidak asing.
Setelah menoleh kesumber suara sontak mataku membulat tidak percaya melihat sosok yang seminggu ini selalu mengganggu, membuat tidur tidak tenang dan semalam harus lembur. Dan sekarang beliau sedang berjalan kearahku.
"Pak Satya" panggilku pelan, Beliau semakin mendekati tempatku berdiri sekarang.
"Bapak dari tadi disitu?" tanyaku heran dan setengah kaget.
Bentar, Pak Dosen Rakasatya Wijaya yang terhormat. Biasanya berpakaian rapi dengan memakai sepatu pantofel sekarang terlihat lebih santai dengan t-shirt kerah polo navy dengan celana jeans standard yang menurut Gue ketampanannya naik dua kali lipat dari biasanya.
Ehhh, salah fokus.
"Kamu kos disini?" tanya Pak dosen membuyarkan lamunanku yang mulai ngaco.
"yaaa Iya Pak. Bapak ngapain ke kosan saya?" tanyaku kembali "Nyariin saya sepagi ini?" tambahku asal.
"saya aja baru tau Kamu kos disini" lanjutnya kembali sambil melihatku dengan senyum penuh tanya.
"Bapak ngapain senyum senyum sama saya?" tanyaku menyelidik.
"aneh aja lihat kamu dengan pakaian yang kamu kenakan sekarang" katanya dengan terkekeh.
Omaygat, Gue baru sadar kalau sekarang masih memakai baby doll dan belum melihat kaca sama sekali sejak bangun tidur. Mengambil ponsel dari dalam saku dan membuka kamera depan, melihat layar ponsel sambil mengusap kasar wajahku.
Rambut masih tergerai khas bangun tidur, piyama yang rada kusut bagian belakang dengan sendal jepit.
What the perfect view now?
Kupijat pelipisku pelan sambil melihat Pak dosen yang selalu rapi dalam penampilannya. Mau gaya formal atau santai selalu memukau pandangan mata pemujanya.
Lho ehhh, kok Gue mikirnya kesitu?
Back to the topic
"Bapak sih datangnya kepagian" lanjutku mengalihkan pembicaraan "lagian ngapain pagi pagi datang ke kosan saya?" pandangan mataku menginterogasi "jangan jangan Bapak sejak kemarin buntuti saya?" jawabku asal.
"enak saja, kurang kerjaan sekali?" timpal Pak dosen "saya mau nyari kosan perempuan" sontak dahiku mengernyit mencari penjelasan, "buat sepupu, jangan berfikir aneh aneh" jelasnya kembali yang membuatku berohria.
"tapi disini uda full Pak, belum tau deh kalau akhir semester genap. Paling ada kakak tingkat yang pulang kampung"
"permintaannya kosan yang tersedia kamar mandi dalam, syukur syukur ada fasilitas AC" jelasnya yang membuatku menganga.
"kalau di daerah sini nggak bakal ketemu Pak, nyarinya itu di daerah perumahan elite. Graha family atau citra land"
"jangan di Graha family, sama aja deket rumah saya. Masih lumayan juga nyebrang jalan utama, kamu tau yang di daerah citra land?" tanya Pak Satya
Waduh, the perfect Guy bangetlah nih Bapak dosen. Rumah Pak Satya ada disalahbsatu cluster perumahan elite di Surabaya, tempat Gue jogging kalau lagi khilaf pas weekend.
Btw makin lama pikiran Gue makin ngelantur kemana mana, efek lembur atau efek lapar ini Tuhan???
"kok ngelamun?" Pak satya melambaikan tangannya di depan wajahku.
"ehhh, Maaf" sambil menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak gatal "kalau tidak masalah dengan budget, Bapak bisa nyari di Jalan Niaga Gapura aja kalau daerah Citra Land. Deket sama G Walk, biar gampang kalau mau nyari makan atau sekedar jalan jalan" jelasku kembali.
Hidup di Surabaya selama lebih dari dua tahun cukup banyak memberi informasi tentang tempat yang pernah kukunjungi.
"kamu hari ini ada jadwal nggak? Maksudnya ada kesibukan?" tanya Pak Satya yang kujawab dengan gelengan cepat.
Yaaa iya tugas kenegaraan uda rampung semalam Bapak yang terhormat, gerutu dalam hati.
"boleh saya minta tolong kamu untuk menunjukkan tempat yang kamu jelaskan tadi?" pintanya
"What??? Bapak ngajak saya jalan" tanyaku asal ceplos, segera kututup mulut yang makin lama makin susah direm.
Kayaknya ketularan Nadia sudah masuk fase akut.
"Iya, kalau kamu tidak keberatan"
"tapi saya belum siap siap Pak" jawabku pelan sedikit terbata bata.
"yaudah saya tunggu, tapi jangan lama lama"
Tuh kan, sifat rese nya keluar. Yang butuh siapa, yang nyuruh cepet siapa. Disini Gue nyesel menyanggupi Pak dosen.
"tunggu 15 menit yaaa Pak" pintaku
"5 menit"
"10 menit" tambahku
"8 menit, tanpa ditawar"
Segera meninggalkan Pak dosen dan masuk kamar.
15 menit kemudian
"berangkat sekarang Pak"
"kayaknya percuma deh tadi ada sesi tawar menawar waktu, sama aja Kamu menghabiskan 15 menit didalam" katanya dengan menggebu.
"masih pagi jangan marah marah Pak, nanti hipertensi lho"
Tanpa menanggapi omonganku Pak dosen berjalan menuju mobil yaris putih yang terparkir di depan gerbang kosan.
Setelah bersandar dikursi penumpang bagian depan, Pak dosen menyalakan mesin dan perlahan mulai mengemudikannya meninggalkan area kosanku.
📔📔📔
Masih antara percaya dan tidak sekarang Gue duduk disamping Pak dosen, di dalam mobil dan berdua. Gue yakin kalau Nadia tau pasti bakalan heboh, membayangkan ekspresi Nadia saja sudah membuatku tertawa geli.
"kamu kenapa senyum senyum?" tanya Pak dosen yang membuyarkan lamunanku
"ga papa kok, nanti lewat pintu utama citra land aja yaaa Pak. Biar gampang nyari Jalan Niaga Gapura" titahku pada Pak dosen, kapan lagi ada kesempatan nyuruh nyuruh Ka. Prodi? Iseng banget kan Gue?
Ohya sebenarnya kenapa tadi di dalam kamar kos bisa lama karena Gue bingung nyari baju yang mau dipakai, kalau mandi sih kilat banget nggak sampai tiga menit.
Akhirnya pilihan jatuh pada Rok selutut model A warna putih dan kaos lengan panjang garis vertikal warna navy hitam, memakai flat shoes warna biru dan tas kecil warna senada.
-Back-
Dengan sedikit menunjukkan arah kini kami berada di tujuan pertama, agak gimana ketika menyebut kata 'kami'.
Pak Satya lebih banyak diam, sekali bicara ketika Aku bertanya.
Setelah mengunjungi beberapa tempat, pilihan Pak Satya jatuh pada tempat pertama yang kupilih.
Aksesnya lebih dekat, bangunan baru yang diperuntukkan Kos wanita dan fasilitasnya sesuai dengan yang diharapakan.
Setelah membayar DP kami bersalaman dengan pemilih kosan dan masuk kedalam mobil.
"nggak salah ngajak kamu, keahlian tawar menawar kamu luar biasa" jelas Pak dosen dengan tertawa, melihatnya membuatku tersenyum sendiri.
Ehhh kok Gue baper? Ingat Wilda, pria yang duduk disampingmu adalah haters sejati. Sadarkan hambamu yaaa Tuhan.
"Bapak itu nyindir saya atau gimana? Tapi kan lumayan dapat potongan 100rb perbulan" jelasku dengan memakai salah satu prinsip ekonomi yaitu tawar menawar.
"iya iya... Terimakasih Wildiana Safira" katanya kemudian tersenyum.
"sama sama Pak dosen Rakasatya"
Jam menunjukkan pukul 12 siang. Entah sadar atau tidak sekarang perutku benar benar tidak bisa diajak kompromi, menahan lapar tidak jadi masalah tapi dari pagi belum ada setetespun air yang masuk.
"Pak, bisa mampir minimarket sebentar?" pintaku memberanikan diri
"mau beli apa? Biar saya saja yang beli"
"air mineral sama sama roti kalau ada"
"astaga, kamu dari pagi belum sarapan?" jawabku tersenyum singkat sambil memegang perut yang mulai nyeri "kita ke restoran aja yaaa... Sekalian makan siang, kamu mau makan apa?"
"terserah Bapak saja" jawabku lemas
📔📔📔
Yaris putih terparkir di depan sebuah tempat makan yang menyajikan menu steak dan iga.
Setelah memilih tempat duduk dekat jendela kaca tidak lama pramusaji memberikan kami masing masing buku menu
"beneran saya boleh pasen apa aja nih?" tanyaku kembali, Pak dosen hanya menjawab dengan anggukan "Tenderloin steak, double fried fries, lemon squash sama air mineral. Hot plate please" sambil mengembalikan buku menu "Bapak apa?" tanyaku sok sok'an
"samain aja mbak, minumnya ganti Lemon tea"
Setelah mencatat, pramusaji mengambil buku menu dari Pak Dosen dan berlalu.
Cukup lama menunggu sekitar 20 menit pesanan kami datang. Mungkin karena sama sama lapar jadinya kami menikmati menu dalam diam.
Jam menunjukkan pukul dua.
"benaran turun disini?" tanya Pak dosen saat memberhentikan yaris putihnya di gang depan sebelum masuk kosan
"Iya Pak, jam segini penghuni kosan uda pada bangun. Saya bisa jadi bulan bulanan mereka kalau tau saya keluar dari mobil Bapak"
"sampai segitunya ya?" kujawab dengan anggukan "ya sudah, terimakasih untuk hari ini. Ohya ini saya bungkuskan Ayam pop buat cemilan, lumayan kan bisa hemat uang jajan anak Kosan" Pak Dosen memberikan bungkusan kepadaku dengan senyum nyinyirnya
"Terpaksa saya terima ya Pak"
"kok terpaksa?"
"benar kata Bapak bisa menghemat uang jajan saya tapi yaaa nggak pakai dijelaskan gitu. Saya juga bisa tersinggung sebagai anak kosan" kataku penuh penekanan
"ya ampun, saya cuma bercanda Wildiana" katanya dengan tertawa.
"Wilda, cukup panggil saya Wilda" ingatku pada Pak Satya, karena terlalu panjang jika beliau selalu memanggilku dengan Wildiana.
"oke, Wilda"
"Ohya terimakasih untuk traktiran hari ini, sering sering yaa Pak. Hehehe" tanpa melihat ekspresi Pak dosen langsung kubuka pintu dan berjalan menjauhi mobil Pak Dosen.
📔📔📔
Posisi tubuh sekarang sudah diatas kasur dengan mengingat kejadian hari ini.
Jam menunjukkan pukul sembilan malam.
Setelah menyetel alarm agar tidak bangun kesiangan, tau sendirikan besok hari senin dan artinya jam pertama kuliah waktunya Pak Satya.
Kapok dengan kejadian minggu lalu jadi sekarang harus absen nonton serial drama korea, padahal sudah kangen dengan Oppa Oppa yang gantengnya na'udzubillah.
Sunday is done...
-----------------------------------------------------------------
With Love 💕
-Ayaya-
Revisi - 15 Mei 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top