Part 1
"Ratna, aku mencintaimu," Sebuah kalimat terlontar begitu saja dari mulutku. 'Tuhan, ijinkan aku memiliki seorang pacar, kali ini saja,' ucapku dalam hati untuk kesekian kalinya.
Ratna tampak tertegun saat mendengar ucapanku, aku rasa ia bingung untuk menjawabnya. Namun aku merasa bahwa aku sudah tau jawabannya. "Maaf vin, tapi kamu terlalu cantik untuk seorang cowok. bayangin aja kita jalan bareng dan kamu lebih cantik dari aku. Kan sebagai cewek aku ngerasa gimana gitu. Aku nggak bisa jadi pacar kamu." Jawaban Ratna sama sekali tak menyakiti hatiku. Ditolak seorang cewek, sudah terlalu mainstream untuk diriku, dengan jawaban yang sama, karena' aku terlalu cantik'. SANGAT BODOH!
Hai! Namaku Malvin Akahiko, seorang pria keturunan Indo-Japan yang tengah bersekolah disalah satu SMA ternama di Jakarta. Aku berusia 17 tahun dan aku masih jomblo lho hehehe. Seperti yang kalian tahu, aku baru saja menyatakan cinta pada salah seorang cewek di sekolahku, namun tak berhasil. Aku sudah ratusan kali menyatakan cinta pada cewek dan tak satupun dari mereka yang tak segan menolakku, hanya dengan alasan aku cantik.
Aku hanya cowok biasa kok, aku bahkan tak pernah pakai make-up seumur hidupku. Kulitku putih seperti ibuku yang berasal dari jepang. Tapi bulu mata lentik dan tubuh yang mungil, itu semua bukan pilihanku, dan para cewek itu merasa tersaingi. Bagaimanapun cantiknya aku, hey girls! aku tetep seorang cowok.
'Kringggggg ... Kringggggg ... Kringggggg...!' bel tanda kebebasan dari kepenatan tengah menyampaikan kabar gembiranya, saatnya pulang.
Dengan segera aku kemasi semua buku dan peralatan sekolahku untuk bersiap-siap pulang. Aku berjalan ke arah lokasi loker siswa untuk mengambil beberapa barang yang tertinggal di loker, kemudian Aku mengambil kunci yang berada dalam saku baju dan mulai membukanya.
Aku sangat terkejut menemukan sebuah kotak merah muda dan pita merah menghiasi kotak tersebut. Aku mengambil kotak itu dan membukanya. Dan sebuah boneka beruang mungil yang tengah membawa boneka bentuk hati ditangannya bertuliskan 'I Love you'.
senyum haru bagaikan mendapat piala oscar saat melihat boneka ini, aku cium dan kupeluk dengan bahagia seakan-akan yang aku peluk adalah sang pengirim. Siapa sebenarnya yang telah memberikan boneka ini padaku? Apa dia adalah seorang cewek yang tergila-gila padaku? Oh, bahagianya.
Perjalanan pulang terasa seperti melayang, bukan karena morvin, narkoba atau sianida ala Jessica, namun karena boneka imut yang telah meracuni pikiranku, menghujani diriku dengan ribuan tanda tanya tentang siapa pengirim dari boneka ini. 'Andaikan rumput bergoyang dapat berbicara,' batinku alay.
Sebuah tangan terasa mendarat pada bahuku, aku terkejut dan seketika menoleh. "Kak Reno," sahutku saat melihat orang yang mengejutkanku ternyata si ketua osis super tampan pujaan gadis seantero sekolah.
"Sendirian aja vin? nggak ama Ratna?" ujar si cowok bongsor satu ini menggodaku.
"Yaelah, kayak biasanya kagak tau aja," jawabku seadanya.
"Hehehe, udahlah nggak usah dipikirin Vin. Toh, selain Ratna masih banyak kok yang mau sama kamu." Kak Reno mengatakan hal itu dengan bahagia, mungkin lebih tepatnya menghiburku. Ya, sesama pria kan harus menyemangati satu sama lain.
"Yang mau sama aku kak? Siapa?" tanyaku dengan mata berbinar pada kak Reno.
Ia tampak berfikir, kemudian berkata "ada deh. Hwahahaha" tawa menggelegarnya memekakkan telinga.
"Ishh, Bikin penasaran aja? Siapa?" aku terus saja memaksanya berkata dan ia malah kabur.
"Kejar aku kalau pingin tahu Vin." Sahut Kak Reno sambil menjulurkan lidahnya.
"Awas aja kalau kena, aku ceburin empang." Rutukku ke arahnya. Bukan hal aneh lagi, seperti inilah keseharian kami saat pulang sekolah. Kak Reno itu sudah seperti kakak buat aku.
Kamipun larut dalam canda dan gurau sepanjang perjalanan pulang. Kak Reno begitu baik padaku, dia selalu memberiku semangat saat para cewek itu terus-menerus menolakku. Aku sangat iri padanya, begitu banyak wanita yang mencintai dan mengagumi Kak Reno namun ia memilih untuk melajang. Setiap ditanya 'Kenapa?', jawabannya akan selalu sama yaitu "Aku udah punya gebetan." siapa sih gebetannya itu? cewek itu amat beruntung bisa mendapatkan bidadara tanpa sayap satu ini.
Dan tak terasa, perjalanan berakhir didepan gerbang rumahku.
"Nggak mau mampir nih Kak?" tanyaku berbasa-basi.
"Kayaknya aku harus langsung pulang nih Vin, aku ada jadwal buat futsal." Jawab Kak Reno dengan senyuman teramat sempurna. Meski aku juga cowok tapi aku mengakui kalau dia memang makhluk tuhan paling sempurna. Kulit putih bersih, tubuh tinggi berisi, rambut pendek cepak ala David Beckham tak mungkin berdusta.
"Oh ya udah, makasih ya udah nemenin pulang. Hati-hati," ujarku dengan senyuman yang tak kalah manis.
"Tapi aku kapan-kapan pasti mampir kok," jawabnya sembari menatapku dari balik pintu pagar.
"Hmm, iya. Ditunggu hehehe," jawabku.
Ia-pun berlalu, aku masuk ke dalam rumahku dan mulai mandi, berganti pakaian dan banyak lagi. Di saat-saat seperti ini aku teringat boneka tadi siang, dengan segera aku ambil tasku yang tergolek tak bernyawa dan mencari boneka beruang tadi. Saat aku menemukannya dan aku peluk erat.
'Kira-kira siapa ya yang udah ngasih boneka ini?' Terbesit dalam fikiranku tanda tanya akan pengirim si boneka amat menggemaskan ini.
***
Suasana belajar mengajar berjalan seperti biasa dengan damai, tentram dan abadi. Hingga negara api menyarang, eh! Maksudku hingga seorang cewek yang kemarin menolak cintaku meminta pengulangan.
"Setelah gue pikir-pikir, gue mau jadi pacar lu," ucap Ratna dengan raut wajah tanpa dosa.
"Maksud lu?" tanyaku dengan ekspresi malas dan tak lupa ditekuk.
"Ya, kita pacaran," jawab Ratna dengan raut wajah yang penuh bahagia. namun, sesuatu yang telah dibuang, tak ingin memiliki tuan yang sama.
"Aku-" belum sempat aku ingin menolak. Sebuah tangan menarikku dari sekelumit situasi rumit ini. Kak Reno? Lagi?
Terdengar suara Ratna memanggil, tapi tak kuhiraukan karena pandanganku menatap ke arah sosok cowok sempurna yang menarik tanganku tanpa permisi.
Aku fikir, aku harus berterima kasih atau marah karena dia main tarik sembarangan, tapi dia pula penyelamatku dari si Ratna. maksudku, Meski aku seorang jones abadi tapi bukan berarti aku mau kembali menjalin cinta, saat dia sudah amat jelas mengatakan aku 'cantik'.
Kak Reno membawaku keluar dari lorong hitam Ratna.
Menuju cahaya terang benderang matahari yang TERIK, yaitu di lapangan.
Setelah agak jauh, Kak Reno berhenti berjalan dan melepaskan genggaman tangannya, ia berbalik dan menatapku.
Keheningan mulai terasa, menyusup pada sela-sela keadaan, menciptakan canggung untuk mulai berkata-kata.
"Aku ... "kami mengucapkannya secara bersama. 'Canggung banget' fikirku, karena aku sama sekali tidak habis pikir kenapa kak Reno tiba-tiba membawaku kemari.
"Maaf, aku udah bawa kesini tiba-tiba, tapi aku cuma mau bilang kalau Joe nyariin kamu. Dia rencananya mau nawarin kamu buat jadi manager futsal, kamu mau nggak?" ucap kak Reno padaku. Apa dia membawaku kemari hanya untuk mengatakan ini? Kenapa tidak memintaku untuk menemui Kak Joe secara langsung? Kenapa harus ada adegan tarik-menarik-ria dan bawa aku kesini?
"Umm, oke. Nanti aku temuin Kak Joe," jawabku. Aku menunduk tak berani menatap pada sorot indah mata yang tengah salah tingkah pada diri Kak Reno.
"Masalah yang tadi, maaf juga ya aku udah ganggu kamu ama Ratna," ujarnya tertunduk, menunjukan raut wajah bersalah.
"Oh itu tadi, nggak apa-apa kok. Aku malah seneng, aku jadi nggak harus nolak ratna secara langsung. Jadi makasih ya Kak, udah bawa aku kesini dan terhindar dari Ratna." Jawabku dengan bahagia.
Kak Reno tersenyum, begitu pula aku yang bahagia melihat gelak manis pada bibirnya. Aku juga jadi salah tingkah melihat senyumnya.
Kamipun kembali ke kelas masing-masing saat bel mulai berbunyi. 4 jam pelajaran berlalu begitu menyenangkan tanpa terasa beban yang berat daripada hari biasanya dengan beberapa hadiah kecil yang berada dalam lokerku setiap harinya. Ini sudah hari kelima dan selama 4 hari yang lalu setiap pulang sekolah selalu ada coklat, boneka, dan bunga. Namun satu hal yang bisa diingat yaitu hadiahnya selalu diikat menggunakan pita merah. Apa ini benar-benar pemberian seorang cewek? Tapi aneh sih. Ah, sudahlah tak perlu dipikirkan.
Hari ini jam terakhir hanya terdapat jam kosong, sebab Pak Gilang yang tak lain adalah guru PKN tengah beristirahat di rumah sakit akibat maag akut yang menggrogoti lambungnya.
Dikarenakan jam terakhir yang kosong, aku memutuskan untuk ke loker dan bersiap pulang. Aku juga hendak mengambil beberapa barangku loker.
Namun suatu hal tak terduga terjadi, alangkah terkejutnya aku saat melihat seseorang menaruh sesuatu di lokerku, apa dia seorang cewek? Bukan! astaga cowok!
bibir cowok itu sibuk mencium bunga di tangannya. Siapa dia? Aku tak dapat melihat wajahnya, hanya punggung kokoh beserta lengan bak binaraga yang tertangkap oleh indra penglihatanku.
Perlahan aku berjalan menghampirinya dan aku sentuh bahunya pelan. Ia menoleh dan terkejut. Mata kami saling menatap tanpa mampu mengucapkan kata-kata. aku meneliti wajah itu seksama, dia ... Kak Joe.
"Eh, em, kamu vin ... " Kak Joe menatapku dengan salting. Aku mengintip ke arah lokerku dan terlihat sekuntum mawar merah tengah berbaring di dalam lokerku.
"Kak Joe lagi ngapain?" tanyaku agak gemetar. Jantungku terasa berdegup tak beraturan. Aku sangat grogi dan tidak kalah salting. Ini bukan karena aku begitu kasmaran atau tengah mengalami sindrom gegana, namun lebih tepatnya aku belum siap menerima kenyataan bahwa Kak Joe adalah pelaku yang selama ini menaruh barang-barang super unyuk dan romantis didalam loker milikku. Ya, meski sebenarnya aku berharap yang menaruh tuh barang-barang adalah ... Taylor Swift.
Kak Joe mengambil mawar di dalam lokerku dan mengulurkannya padaku. "Sebenernya aku pengen kasih ini diem-diem, eh kamu keburu liat. Ya udah langsung aja, Malvin kamu mau nggak jadi pacarku?" bagaikan petir di siang bolong, bagaikan pahlawan kesorean, dan bagaikan aku ini seorang cewek. betapa terkejutnya diriku saat mendengar ucapan kak Joe. Aku harus jawab apa? Menolak ataupun menerima, dua-duanya terasa menjadi pilihan yang sulit. Aku harus jawab apa?
"a-aku ... "belum sempat aku menjawab, sebuah suara mengagetkan kami.
"MALVIN! JOE!!" Aku menoleh ke sisi kanan dan itu suara kak Reno mengejutkan diriku. Dia berdiri mematung dengan raut terkejut di wajahnya, dan benda ditangannya juga tak kalah mengejutkan diriku pula. Sekuntum mawar merah pula dan tak lupa, pita berwarna merah.
'APA? PITA WARNA MERAH? JADI?'
to be continued....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top