🦋 | Bab Tiga Puluh Tiga

🦋 | Bab Tiga Puluh Tiga
~~~🦋~~~

Nisa kembali bertemu dengan Mommy tiri Raiden setelah terakhir kali ketika mereka bertemu di resepsi pernikahannya dan Raiden. Sekitar dua hari yang lalu.

“Siang Ma,” sapa Nisa sambil menyalami wanita paruh baya itu.

Nisa memang tidak biasa memakai kata ‘mommy’ dan ‘daddy’ kepada orang tua Raiden. Ia menggantikan kedua kata itu dengan Mama dan Ayah.

“Siang Nisa,” balas Wina sambil tersenyum lebar kepada Nisa.

Kesan pertama Nisa ketika bertemu dengan kedua orang tua Raiden adalah menyenangkan, dan melegakan, ia berpikir bahwa mereka adalah orang-orang yang mungkin saja tidak menyukainya karena ia berasal dari keluarga yang sangat sederhana, sedangkan Alex dan Wina adalah sosok yang sangat berada di atas status keluarga Nisa.

Fakta baru lagi telah Nisa ketahui lagi setelah perkenalan itu selesai, bahwa Alex merupakan pendiri dari salah satu maskapai penerbangan yang sangat terkenal ‘Purnama Air’. Selama ini Nisa tidak pernah berpikir bahwa Raiden berasal dari keluarga dari salah satu maskapai terkenal itu. Pria itu benar-benar tidak menampilkan secuil informasi yang membuat Nisa akhirnya kaget bukan main dengan fakta itu.

Purnama air didirikan pada akhir 1995 oleh Alex Purnama, Alex Air awalnya didirikan untuk mengantarkan muatan bahan-bahan dari perusahaan lain milik Alex, PT Al Purnama. Kemudian Gempa bumi Samudera Hindia pada tahun 2004 yang terjadi di pesisir barat Sumatra beberapa saat setelah dua pesawat langsung digunakan untuk membantu pengiriman peralatan dan obat-obatan bagi regu penolong. Lalu perusahaan maskapai Alex pun mulai berkembang hingga sebesar sekarang.

Mommy mau bilang sesuatu sama kamu, Nak,” ujar Wina sambil duduk di ruangan apartemen milik Raiden itu, yang kini juga telah menjadi milik Nisa.

Sejak tadi pagi Raiden dan Nisa memang sudah kembali ke apartemen, pria itu pun sudah kembali bekerja di RS. Maklum, banyak hal yang harus ia lakukan di sana.

“Gimana Ma?” Nisa menatap penuh tanya ibu mertuanya itu yang tiba-tiba ingin mengatakan sesuatu.

Wina mengembuskan napas berat. “Kamu tau hubungan mereka kurang baik?”

“Mereka? Siapa ma?” Nisa bingung.

“Hmm ..., Raiden sepertinya belum cerita ke kamu,” jeda Wina. “Kalau gitu Mommy nggak bisa cerita ke kamu. Nanti biar Raiden saja yang menjelaskan ke kamu,” lanjutnya.

Wajah Nisa tidak bisa berbohong kalau ia kebingungan dan penasaran dengan apa yang dimaksud oleh Wina. Mereka? Mereka itu siapa yang sedang ibu mertuanya itu bahas? Lalu, mengapa kurang baik? Memangnya ada konflik apa yang sedang terjadi?

Apa ... Raiden dan ayahnya, Alex?

Beberapa kali, sejuah pengamatan Nisa tentang interaksi antara Raiden dan kedua orangtua pria itu, ada sesuatu yang mengganjal pikiran Nisa. Tingkah mereka sangat canggung, tidak ada tatapan hangat dari Alex dan juga Raiden saat mereka bertemu, meskipun Nisa bisa merasakan energi kerinduan diantara ayah dan si anak. Kemudian Wina, ibu tiri Raiden itu sangat baik kepada Raiden, Nisa dan cucunya Daniel. Nisa bisa merasakan kasih sayang dari wanita itu yang sungguh-sungguh.

“Nisa? Mommy bisa bantu kamu masak? Dari dulu mommy pengen banget ngajak anak mommy masak tapi anak mommy dua-duanya cowok semua.” Wina tersenyum hangat sambil mengajak Nisa memasak.

Tentu saja Nisa menyambut baik tawaran Wina. Wanita itu berdiri dari sofa tersebut dan berjalan ke arah dapur bersama Wina yang sedikit mengobrol, ah lebih tepatnya curhat tentang anak-anak lelakinya yang jarang di rumah.

Nisa hanya sekali bertemu dengan adik tiri Raiden, itu pun hanya sebentar karena adiknya itu sangat sibuk. Wajah keduanya memang tidak mirip, sangat berbeda, namun keduanya sama-sama tampan. Jika Raiden terkesan judes dengan wajahnya, meskipun ia sama sekali tidak seperti gambaran wajahnya. Sedangkan adiknya itu berwajah imut, sangat imut dan tampan di saat yang bersamaan. Benar-benar gen unggul mereka berdua.

Ah, pipi Nisa bersemu merah saat menyinggung gen unggul.

“Nisa?” sentak Wina, karena beberapa kali ia memanggil wanita itu, namun tak kunjung digubris.

“Eh, iya ma? Maaf-maaf, tadi Nisa lagi ....” Nisa kehabisan kata-kata.

Wina tertawa kecil. “Ahaha. Mikir apa hayo? Pipi sama telingamu sampai memerah gitu, Nak,” goda Wina, tersebut penuh makna.


Kedua pipi Nisa semakin memerah. “Nggak papa, kok, ma,” bohong Nisa.

❤️❤️❤️

Raiden kembali ke apartmen. Hari ini ia mendapat sebuah pasien yang sedikit jarang ia temui, kasus superfetasi. Superfertasi adalah kejadian yang sangat langka. Kondisi ini terjadi ketika terdapat pembentukan janin kembali, padahal sebelumnya sudah ada janin di dalam rahim ibu.

“Superfetasi adalah kehamilan dua janin dengan usia kandungan yang berbeda. Penyebabnya karena sel telur dibuahi pada waktu yang berbeda juga,” jelas Raiden tadi pada si ibu saat Riaden selesai memeriksa janin di ibu dengan USG.

Biasanya, sel telur setelah dibuahi akan ada perubahan efek fisikal dan hormonal yang membuat sang ibu tidak mungkin hamil kembali, meskipun secara teori bisa saja terjadi, tetapi di dunia nyata sangat jarang terjadi.

Pada ibu yang hamil pada umumnya, hormon akan bekerja untuk mengentalkan ovulasi sementara, dan mencegah pelepasan sel telur dari ovarium sang ibu.

Selain hormon, lapisan rahim pada si ibu hamil normal tentu saja akan berubah. Sesudah satu embrio ditanamkan, lapisan rahim akan membuat pelekatan embrio pada dinding rahim atau embrio lainnya akan menjadi lebih sulit menempel ke dinding rahim.

Namun, kondisi-kondisi di atas ternyata tidak terjadi pada ibu yang mengalami superfetasi. Akhirnya, sang ibu bisa hamil kembali saat sudah ada embrio yang terbentuk di rahim ibu tersebut.

Meskipun dua janin berkembang secara bersamaan dalam kehamilan superfetasi, mereka memiliki perbedaan dalam segi usia. Mungkin janin berbeda beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu.

“Loh, Raiden udah pulang Nak?” Riaden yang baru saja membuka pintu apartemen dengan card-nya pun terdiam saat melihat wanita berambut sebahu yang masih hitam legam karena sering dicat  warna hitam.

“Hmm,” gumam Raiden, pria itu hanya tersenyum kecil menganggapi seruan Wina.

Nisa melirik Raiden dan Wina bergantian. Suasana berubah menjadi canggung.

Raiden berjalan masuk ke dalam kamar dengan ekspresi wajah yang datar. Tadi di bayangan pria itu saat sampai di apartemen, ia langsung ingin bermesraan dengan Nisa, namun niatnya hilang begitu saja saat melihat sosok Wina di dalam sana.

Bukankah Wina seharusnya sudah berangkat bersama Alex tadi siang untuk kembali ke Jakarta? Mengapa ia masih ada di sini?

“Raiden?” panggil Nisa pelan, lalu ia kembali menutup pintu kamar mereka.

Raiden menoleh pada Nisa dengan mengangkat salah satu alisnya. “Ada apa Dear.”

“Aku sama Mama masak makanan malam untuk kita, hmm ... Ayok makan sama-sama,” ajak Nisa dengan kaku.

“Iya, kamu sama Mommy makan duluan, Mas mandi dulu, ya?” jawab Riaden sambil membuka pakaiannya secara mendadak.

Karena masih belum terbiasa dengan semua itu, Nisa hanya mengangguk cepat dan berbalik badan, jantungnya masih berdegup kencang saat melihat Raiden bertelanjang dada di depannya.

Raiden mengembuskan napas pelan. “ Tunggu, Mas mandi cepat, kita makan sama-sama.”

Senyum lebar dari Nisa pun terbit. Ia mengangguk tanpa menoleh ke arah Raiden. Kemudian Nisa keluar dari kamar dan memberitahukan kepada Wina untuk menunggu sebentar agar mereka makan bersama-sama. Setelah itu Nisa berjalan ke ruangan bermain, di mana Daniel sedang bermain-main mobil-mobilan.

Ah, hati Nisa berbunga-bunga saat melihat Daniel, kini ia bukan lagi seorang babysitter. Dalam hidupnya, Nisa tidak pernah berpikir bahwa ia akan menjadi istri dari orang tua dari bayi dan memiliki seorang anak yang menggemaskan seperti Raiden.

“Anak Bunda, sini makan dulu, ya,” panggil Nisa, memeluk tubuh Daniel dengan penuh sayang.

“Bunaaa!”

To be Continued


A.n
Halu kawans halu. 💗

Eheheh.  Seperti biasa, Jangan lupa untuk vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya. ^^

Ada salah kata? Kalimat belibet? Kasih tau aja yah.

Ps: happy nice day!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top