🦋 | Bab Tersembunyi 1

Note: Bab ini berada di atas Bab diantara bab 4 dan 5, di tengah-tengahnya. Jadi biar kalian bisa ingat kembali jalan ceritanya, disarankan untuk membaca bab 3 dan 4 lalu bab ini, jika masih ingat, dan paham, gas baca aja langsung. Ahahah. Maapkeun kalo gak jelas. 😭

Bab Lima Titik Satu - New
~~~🦋~~~

Nisa berdiri di depan cermin di kamar. Ia memandang wajahnya yang terlihat sangat pucat. Bibir wanita itu pun terlihat tidak berwarna seperti biasa dan terkesan kering.

Entah mengapa tiba-tiba saja Nisa merasa tidak enak badan. Mungkin karena beberapa hari ini ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Penyebab wanita itu tidak bisa tidur dengan nyenyak karena Nisa dua hari terakhir ini, ia mendapat informasi dari Dimas kalau Bapak mereka sedang sakit di kampung halaman.

Apalagi di kampung halamannya itu hanya ada Mama dan Bapak sendiri, sedangkan keluarga mereka yang lainnya berada di wilayah yang cukup jauh dari kedua orangtua Nisa untuk membantu menjaga keadaan ayahnya bersama mama Nisa.

Sebagai anak tertua, Nisa memiliki perasaan tanggung jawab kepada mereka. Acap kali Nisa juga merasa bersalah karena meninggalkan kedua orangtuanya sendirian di sana. Namun harus bagaimana lagi? Nisa hanya lulusan SMA itu pun harus setengah mati mencari uang. Pilihan yang paling bener menuntut Nisa ada merantau bersama dengan Dimas, dengan merantau ia bisa mencari uang untuk dikirimkan kepada mereka, dan membantu Dimas di sini, merantau sendirian.

Itulah sebabnya, pekerjaan ini, sebagai babysitter sangat penting untuk Nisa. Karena dari keringatnya ini, ia bisa mengirimkan sejumlah uang yang setidaknya bisa digunakan untuk membeli beras dan juga beberapa hal yang dibutuhkan mereka di sana.

Nisa dan Dimas berjanji, jika Dimas telah selesai menempuh pendidikan, mereka berdua akan kembali ke kampung halaman.

"Nisa?" Tiba-tiba pintu kamar Nisa diketuk dari luar, diikuti dengan suara Raiden.

"Iya, Mas," seru Nisa.

Wanita itu berjalan ke arah pintu dan membukanya, hingga tampaklah Raiden yang memakai baju putih dengan celana tidur berwarna biru mudah, rambutnya sedikit berantakan. Terlihat ia baru bangun dari tidurnya padahal pria itu masih sangat mengantuk.

"Kamu lihat ..., susu Daniel?" tanya Raiden sambil mengernyitkan dahi. "Kamu sakit Nisa?" tebak Raiden sambil mengangkat tangannya ke atas kening wanita itu.

Kepala Nisa menggeleng pelan. "Nggak papa, kok, Mas. Nanti hilang sendiri, udah biasa," tipu Nisa sembari memasang senyuman palsu.

"Kamu istirahat aja kalau begitu hari ini. Kebetulan hari ini saya hanya ada jadwal ngecek pasien saya saja, nanti saya balik lagi dari RS buat jagain Daniel." Raiden menarik kembali tangannya yang masih bertengker di kening Nisa.

Kembali kepala Nisa menggeleng, namun kali ini lebih kuat dari sebelumnya. "Nggak usah mas. Saya minum Paracetamol langsung sehat, kok."

Raiden menarik napas panjang. "Kalau kamu maksa banget jaga Daniel, yaudah kita jaga sama-sama," putus duda satu anak itu.

🦋🦋🦋

Ternyata pilihan Raiden untuk tetap tinggal di rumah adalah keputusan yang tepat. Karena kini Nisa sedang terbaring di atas tempat tidur sambil meringis menahan rasa sakit di kepalanya dan juga badannya yang panas.

Raiden masuk ke dalam kamar Nisa yang ukurannya lebih kecil dari kamar pria itu. Selain itu, di kamar Nisa tidak ada hal yang sepesial selain beberapa tanaman yang diam-diam wanita yang sedang sakit itu bawakan dari kos-kosannya.

"Nisa?" panggil Raiden sambil menepuk punggung Nisa. "Kamu makan bubur ini, terus minum obatmu," imbuhnya.

Mata Nisa perlahan terbuka dengan suara rintihan kecil yang lolos dari bibirnya. Kepala Nisa rasa-rasa seperti dipaksa berputar-putar; pening. Namun ia tetap memaksa untuk bangun dari tidurnya dan menyadarkan tubuhnya di tepian tempat tidur.

Mengamati keadaan Nisa. Raiden pun berkata. "Kamu pusing banget?"

"Nggak papa, kok, Mas," seru Nisa dengan suara yang sangat parau, namun sialnya terdengar sangat seksi di telinga Raiden.

Segera dengan cepat Raiden mengenyampingkan pikiran liarnya itu dan duduk di samping kasur Nisa bersama semangkok bubur ayam yang ia beli tadi di rumah makan bubur saat kembali dari RS bersama dengan Daniel yang tadi ia titipkan sebentar kepada salah satu teman Dokter-nya dan kini memang Raiden belum mengambil Daniel dari temannya itu karena ia tahu, ada Nisa yang membutuhkan perhatiannya.

"Saya suapin bubur ayam, ya. Nanti setelah makan baru minum obat lagi," jelas Raiden sambil menyendok bubur ke arah Nisa.

Bibir Nisa terbuka, menerima makanan dari Raiden. Tidak terasa hampir lima belas menit kemudian akhirnya Nisa menghabiskan bubur ayam, dan kemudian Raiden memberikan obat penurun demam.

"Maaf, Mas. Saya ngerepotin Mas," tutur Nisa tidak enak hati.

Raiden yang berdiri dari tempat tidur menggeleng pelan. "Santai aja, Nisa. Kamu sekarang duduk sebentar, lalu tidur," ujarnya sambil berjalan menjauh dari kamar Nisa.

Sedari tadi Raiden menahan napas kuat-kuat karena baru sadar Nisa hanya menggunakan baju tipis berwarna putih yang terlihat tembus pandang. Pria duda itu sedari tadi mati-matian untuk tidak melihat ke arah pakaian Nisa. Raiden hanya menatap mangkuk bubur dan juga mata Nisa.

Mungkin karena kelamaan menduda membuat pikiran pria itu traveler liar. Astaga!

Raiden memilih untuk pergi menjemput Daniel di rumah temannya yang berada tidak jauh dari apartemen sehingga ia tidak berlama-lama meninggalkan Nisa yang sedang sakit.

🌟🌟🌟

Nisa membuka kelopak matanya. Kini kepala wanita itu tidak seberat dan sepening tadi. Ia pun bangun dari tempat tidur dan berjalan ke keluar kamar setelah mengingat kembali rambut panjangnya agar tidak terlihat berantakan.

"Kamu udah baikan?" Pertanyaan itu datang dari Raiden yang keluar dari ruangan bermain bersama Daniel.

Si anak kecil itu berlari kecil ke arah Nisa sambil merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Babysitter itu. Nisa dengan senang hati menyambut pelukan Daniel dan menggendong anak satu tahun itu walaupun ia belum benar-benar pulih.

"Iya, Mas," jawab Nisa. "Makasih banyak, maag juga ngerepotin mas tadi." Nisa tanpa sadar mencium gemas pipi Daniel yang tembem.

Hati Raiden untuk kesekian kalinya menghangat melihat interaksi Nisa dan Daniel. Namun Nisa belum benar-benar merasa sehat, Raiden pun mendekati wanita yang wajahnya masih pucat itu.

"Daniel sama ayah aja, ya? Aunti masih sakit." Nisa memberikan Daniel kepada Raiden.

Nisa jadi tidak ikut sedih saat melihat wajah Daniel yang hendak menangis karena diambil dari pelukannya. "Kita main aja ya Daniel? Main di dalam?" ajak Nisa sambil menunjuk ke ruang bermain.

"Iya, nanti kamu main, tapi mandi dulu, ya?" sambung Raiden.

Spontan Nisa melirik ke arah jam dinding yang telah menunjukkan pukul lima sore. Lama sekali berarti ia tertidur.

"Nggak papa, Nisa. Namanya juga lagi sakit, wajar tidur," ungkap Raiden seakan mampu membaca pikiran Nisa.

Wajah Nisa yang pucat seketika bersemu merah. Raiden yang melihat itu jadi gemas. Pria itu lalu membawa Daniel ke dalam kamarnya untuk memandikan bocah kecil itu.

To be Continued


An:

Aku sebenarnya mau repost tapi repot banget 😭🤲 jadilah begini aja yah. Ahahah maaf aku ini memang mageran parah. :)

Hoo iya, ini ada 4 bab yah. Wkwkwk. Mungkin ada satu bab bonus jadi nanti ada 5 bab, kalo aku rajin, bisa 5 bab bonus jadi totalnya ada 10 bab. Jadi semoga saja KALIAN tidak bosan. 😭😭 Tengkyuuuuuu-3

Seperti biasa, jangan lupa untuk vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya.

Ada salah kata? Belibet? Komen beb. 😀🤲

Ps: 😎😎

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top