🦋 | Bab Satu

Bab Satu

~~~🦋~~~

Langit Surabaya pagi itu terlihat sangat cerah seperti biasanya, matahari sudah mengintip malu-malu dari ujung horizon timur, bersiap-siap menyinari bumi dengan cahayanya. Suara kicau burung gereja sejak subuh seakan menjadi alarm alami untuk membangun orang-orang di pemukiman warga itu.

Di sebuah rumah bertingkat dua, dengan ukuran besar di komplek perumahan di wilayah Surabaya timur, daerah perumahan elite. Terdapat seorang pria dan anaknya yang masih berusia satu tahun di dalam rumah itu. Di dalam bangunan tersebut terdapat seorang pria yang hanya menggunakan kaos oblong berwarna putih dan celana pendek, sedangkan anaknya masih tertidur pulas di atas ranjang.

"Daniel, sayang. Bangun yah nak. Makan dulu terus mandi, ya?" Tangan besar pria itu menepuk pelan pipi anaknya.

Daniel, nama anak kecil berusia satu tahun itu, ia menggeliat dalam tidur. Perlahan matanya terbuka, menampilkan kedua bola mata yang sangat cantik. Mirip dengan pria yang dipanggilnya dengan sebutan ayah itu.

Terdengar suara rengekan kecil Daniel yang enggan untuk bangun, masih nyaman untuk melanjutkan tidurnya. Si ayah pun segera mendiamkan anak yang menangis.

"Maafin Ayah, yah. Daniel pasti ngantuk banget," ujar pria itu menepuk-nepuk punggung mungil anaknya, merasa bersalah karena setiap hari ia selalu membangunkan sang anak di pagi hari, seperti saat ini.

Pria berusia 32 tahun itu kemudian memeluk anaknya menuju ke ruang makan, lalu mendudukkannya di atas kursi khusus dibuat untuk anaknya agar bisa duduk bersama-sama di meja makan bersama dengannya.

"Yaaa! ayaaaa," celoteh anak kecil itu yang sudah terlihat tidak mengantuk lagi.

[Pinterest]

Nama pria dewasa itu adalah Raiden Purnama, seorang duda rupawan beranak satu. Sudah setahun ini, pria berparas bagai karakter manga itu mengurus anak si mata wayangnya sendirian.

Raiden dan mantan istrinya telah bercerai sekitar setahun lebih, dan setelah Daniel lahir, bayi mungil tanpa dosa itu langsung diberikan kepadanya. Semua itu terjadi atas permintaan mantan istrinya sendiri, menyerahkan Daniel kepadanya karena tak mau mengurusi bayi mereka demi karirnya. Karena itu, Raiden sangat bersyukur, sebab dirinya bisa menjaga anaknya dengan leluasa, daripada membiarkan Daniel bersama mantan istrinya itu. Seorang ibu yang sama sekali tidak bisa diharapkan.

Setelah memberikan makan kepada Daniel. Raiden dengan sigap kembali menggendong anaknya ke kamar mandi.

“Yaaaa!" seru Daniel memukul dada Raiden.

Raiden tersenyum lebar menatap anaknya. "Ada apa, anak ayah?" tanya Raiden membalas panggilan anaknya.

"Anak ayah mandi dulu, ya. Hari ini kamu ayah tinggal lagi di daycare nggak papa kan? Ayah masih sibuk. Nanti kalo ayah udah nggak terlalu sibuk, ayah temani main-main, ya." Raiden dengan telaten memandikan Daniel. Tidak lupa selalu mengajaknya berbicara di setiap kesempatan.

Bagi Raiden saat bersama dengan Daniel adalah waktu yang sangat berarti untuknya, apalagi ia jarang bersama dengan Daniel, maka dari itu sebagai ayah, ia harus sering-sering mengajak Daniel untuk berkomunikasi.

Seperti inilah rutinitasnya selama satu tahun terakhir, lebih tepatnya setelah ia memilih pindah bersama Daniel dari Jakarta ke Surabaya di saat bayi itu masih sangat kecil umurnya.

Raiden harus bisa membagi waktu untuk menjaga Daniel dan juga pasien-pasiennya di Rumah Sakit. Pria beranak satu itu adalah Dokter Obstetri dan Ginekologi atau Obgyn.

dr. Raiden Purnama, SpOG.

Tentu saja membagi waktu adalah hal yang sangat sulit baginya. Apalagi jika malam-malam ia mendapat telepon CITO. Mau tidak mau ia harus menitipkan Daniel ke teman-temannya.

Selama ini pun, ketika Raiden berada di RS, pria berbadan tinggi itu sering menitipkan malaikat kecilnya, Daniel di Daycare yang berada tidak terlalu jauh dari RS tempatnya bekerja. Jadi, setelah Raiden pulang dari RS, ia bisa langsung menjemput Daniel, begitupun sebaliknya.

Untungnya juga, Daniel adalah salah satu anak yang tidak aneh-aneh, dalam hal ini tidak gampang merengek meminta sesuatu, atau saat Raiden pergi meninggalkannya di daycare sendirian, bersama orang-orang asing. Untuk itu Raiden sangat berterima kasih.

Pria yang memiliki bekas luka berbentuk mawar di sudut matanya itu pun bersiap-siap setelah membersihkan anaknya.

Sambil mempersiapkan dirinya, ia mulai kembali berpikir untuk mencari babysitter untuk Daniel. Sebenernya Raiden sudah mendapatkan rekomendasi babysitter dari salah satu teman SMA-nya yang juga kini tinggal di Surbaya. Katanya wanita itu sangat berwawasan dalam menjaga anak, intinya sangat baik. Kemarin pun, Raiden baru saja pergi ke sebuah Yayasan yang menyediakan layanan baby sitter terpercaya, dan sudah direkomendasikan oleh beberapa orang untuknya dalam mencari babysitter.

Sepertinya, saat jam istirahat makan di RS, ia akan langsung pergi ke yayasan untuk mencari babysitter, sekaligus bertanya apakah pengurus bayi yang direkomendasikan temannya itu masih bekerja atau tidak.

🌹🦋🌹

Masih di latar tempat yang sama, yaitu di Surabaya Timur. Jam menunjukkan pukul 16.45 sore, matahari mulai terbenam di ufuk barat, terlihat dengan jelas cahaya gradasi matahari antara kuning dan oranye. Indah dipandang.

Di sebuah kos-kosan dua kamar, terdapat sebuah seorang wanita berdaster bunga-bunga yang berbaring di atas ranjang sambil memikirkan tentang pekerjaannya yang belum juga datang padahal sudah seminggu lamanya ia menunggu.

Wanita itu bernama Nisa Farisa. Ia sedang uring-uringan karena dari yayasan, tempat ia bekerja sebagai babysitter belum juga memanggilnya untuk bekerja. Padahal uangnya sudah menipis, apalagi adiknya sedang menempuh pendidikan koas-nya.

Tangan wanita itu terkatub di dadanya, lalu matanya pun terpejam dengan sungguh-sungguh. Berdoa semoga Tuhan memberikannya pekerjaan besok.

Di saat Nisa sedang berdoa, tiba-tiba saja ponselnya berdering nyaring. Ia segera mengaminkan doanya dan bergegas mengambil ponselnya yang berada di ujung tempat tidurnya.

Matanya membulat lebar saat membaca pesan singkat dari salah satu orang yang bekerja di yayasan. Isi pesan itu menyuruhnya untuk segera datang ke yayasan besok dan bertemu dengan orang tua yang ingin mempekerjakannya.

Jangan tanya jantungnya sekarang! Karena kini matanya sudah memanas dengan jantung yang berdebar kencang saking bahagianya.

"Ya Tuhan, terima kasih banyak!" pekik Nisa kesenangan, ia langsung berdiri dari berbaringnya dan melompat seperti anak kecil.

"Ada apa kak?" tanya seorang pria yang terlihat lebih muda dari Nisa berdirinya di depan pintu kamarnya sambil menatap bingung sang kakak yang terlihat sangat gembira.

"Senang, dong, Dimas! Kakak dapat panggilan lagi dari yayasan!" jawab Nisa.

Dimas Farino, adiknya itu ikut tersenyum gembira. "Tapi ntar kakak nggak tinggal lagi dong sama aku?"

"Nantikan kalo bisa izin, kakak pulang, Dek," ujarnya Nisa berjalan ke arah adiknya itu.

"Penting sekarang kamu koas yang semangat! Biar cepat lulus jadi dokter." Lanjutnya yang dibalas dengan anggukan patuh dari Dimas

"Makasih, kak."

Sepertinya malam ini Nisa bisa tidur dengan nyenyak karena tidak perlu memikirkan uang yang harus dipakainya untuk bertahan hidup. Ah, ia sangat membenci saat-saat di mana ia harus menghabiskan waktu untuk menghitung uang.

"Btw kak?" panggil cowok berambut kecoklatan itu.

Nisa melirik ke arah Dimas yang masih berdiri di depan pintu. "Apa, Dek?"

"Makan di luar yuk, Dimas ada yang kelebihan nih. Sekalian anggap aja buat merayakan kakak balik kerja lagi," ajak Dimas.

Nisa menggeleng kuat-kuat kepalanya. "Jangan, Dek. Mending di simpan aja uangnya. Siapa tau ada urusan mendadak."

"Tapi kak–"

"Udah balik tidur sana, besok harus berangkat pagi-pagi ke Rumah Sakit kan?" Dimas mengangguk patuh.

To be Continued

a.n:
Ada typo? atau kalimat ambigu? komens aja, ya.
Tolong berikan banyak dukungan.


Ps: Happy day's 🏩🏥

Ket: Revisi tahap satu ✓

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top