🦋 | Bab Dua Puluh Dua
Bab Dua Puluh Dua
~~~🦋~~~
Di kamar hotel Jessica, wanita berparas cantik itu tersenyum lebar sambil menuangkan minuman keras di atas gelas dan meneguk dengan gaya congkak.
“Mari kita lihat, apakah Daniel memiliki mama baru? Atau aku yang tetap jadi mamanya?” gumamnya sambil tertawa kecil.
Rencananya berjalan dengan lancar. Nisa sudah pergi, meskipun Raiden lebih memilih untuk mengejarnya daripada bersama Jessica. Wanita itu tidak terlalu ambil pusing. Toh, yang ia pikirkan sekarang adalah mencari uang dari harta pria itu kan?
Perkara cinta, siapa yang peduli dengan itu? Yang terpenting adalah uang, uang, dan uang. Hidup ini terlalu keras untuk cinta, tidak ada cinta yang bisa bertahan lama.
🍁🍁🍁
Nisa memberikan sebuah surat yang ditulis di kertas kepada Raiden. Surat pengunduran diri yang wanita itu letakkan di atas tempat tidur hotel.
Hari masih begitu gelap, namun Nisa sudah bersiap-siap hendak meninggalkan tempat itu. Setidaknya ia memiliki beberapa uang yang bisa digunakan untuk kembali ke Surabaya dengan bus.
Semua barang-barang wanita itu sudah ia di dalam tasnya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai begitu saja, menjuntai hingga ke pinggangnya.
Kembali Nisa menatap wajahnya di cermin. Mata, dan hidungnya memerah dan berair, bibirnya pucat dan bagian bawah matanya berwarna hitam. Sangat berantakan sekali wajahnya. Nisa pun mengeluarkan masker hitam dari dalam tasnya dan menutup wajahnya. Ia harus pergi sekarang, jika tidak Raiden bisa saja lebih dulu terjaga dan menunggunya di depan pintu.
Nisa keluar dari kamarnya, untung saja masih sepi. Dilirik jam di ponselnya telah menunjukkan pukul empat subuh. Sepertinya ia harus menunggu dua jam atau lebih di terminal bus yang menuju ke Surabaya. Tapi itu lebih baik daripada ia terus di sini, dan melihat wajah Raiden dan Jessica yang bisa membuatnya menangis lagi.
Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, akhirnya Nisa sampai di terminal bus yang menuju ke Surabaya.
Di terminal bus, Nisa hanya duduk di sebuah kursi sambil meminum sebotol air mineralnya, di tangannya yang lain sedang meng-scoll ponselnya untuk mencari lagu-lagu yang menarik untuk di dengarnya. Tentu saja ia tidak akan memutar lagu galau atau sejenisnya. Nisa sekarang memutar lagu metal yang memiliki suara yang keras dan memberikannya semangat.
Dua jam pun berlalu tanpa terasa. Selama itu pula pikiran Nisa dipenuhi dengan wajah Raiden dan Jessica. Seberapa kuat ia mencoba untuk melupakan malam itu, tetap saja otaknya kembali menampilkan bayangan itu layaknya kaset rusak. Beberapa kali wanita itu harus menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk tidak kembali meneteskan air mata. Meskipun hati kembali hancur, sakit sekali rasanya, pedih.
Nisa pun berjalan masuk ke dalam busnya dengan harapan, sepanjang perjalanan pulangnya itu ia tertidur pulas hingga tidak merasakan rasanya sakit hati. Sungguh!
Kenapa kisah cintanya selalu berkahir seperti ini? Tidak ada yang pernah sungguh-sungguh kepadanya. Selalu saja ia duakan, padahal hubungannya memang sekedar PDKT, tapi selalu posisinya menjadi yang kalah? Kapan ia merasakan kisah cinta abdi? Apa memang di sejarah takdirnya ini, semesta tidak memperbolehkannya bahagia dalam dunia percintaan?
Menyedihkan.
Bus pun berjalan. Hujan kembali turun dengan sangat deras, angin, dan guntur pun terasa kencang. Keadaan kini seperti badai.
🍁🍁🍁
Raiden mengusap wajahnya dengan kasar saat memasuki kamar Nisa dan wanita itu sudah tidak ada di sana. Matanya mengedar di ruangan itu, lalu melihat sebuah surat yang berada di atas kasur.
Kepada orang tua Daniel Purnama.
Saya selaku babysitter dari Daniel Purnama dengan ini memutuskan untuk berhenti menjadi babysitter.
Sekian,
Tertanda, Nisa Farisa.
TTD.
“Ini apa-apaan?” Tangan Raiden meremas kuat kertas itu hingga menjadi gumpalan.
Nisa? Apa yang harus Raiden lakukan kepada wanita itu? Sudah mencoba menjelaskan, namun Nisa sama sekali tidak mau mendengarkan penjelasannya, jangan penjelasan, melihat wajah pria itu saja Nisa enggan.
Raiden tahu, sangat tahu apa yang telah ia lakukan tadi malam bersama Jessica memang hal yang sangat fatal. Seharusnya ia tidak melakukan hal itu. Seharusnya Raiden tidak menerima tantangan gila wanita itu yang sama gilanya.
Jessica masuk ke dalam kamar Raiden setelah menekan bell beberapa kali. Wanita itu menggunakan gaun tidur berbentuk seperti terusan tali satu berwarna merah tua yang terlihat sangat seksi di tubuhnya. Rambutnya itu diikat tinggi-tinggi dan beberapa anak rambut ia biarkan begitu saja hingga meninggalkan kesan menggoda di sana.
Raiden yang sudah terbiasa dengan pakaian Jessica dan tidak tertarik lagi dengan wanita itu.
“Ada apa?” tanya Raiden, keningnya saling bertautan.
Jessica tersenyum lebar hingga gigi putih nan rapi itu terlihat jelas. “Aku punya sesuatu untuk kamu, sebagai gantinya aku batalkan perjanjian kita selama sebulan ini,” cetus wanita itu sambil duduk di sofa yang berada di sisi lain dari ruangan itu.
Alis mata sebelah kiri Raiden terangkat. “Apa?”
“Mari saling bercumbu. Jika kamu horny denganku? Artinya kita bakal rujuk, tapi kalo kamu biasa-biasa saja? Fine, aku bakal langsung pergi dari kehidupan kamu sama babysitter itu.” Jessica menatap lekat Raiden yang tercenung di posisinya.
Pria itu lalu pergi ke kamar mandi tanpa banyak bicara. Pria itu menyirami wajahnya dengan air dingin sambil memikirkan tawaran Jessica.
Bukankah ini lebih baik? Daripada ia harus menunggu lama sampai sebulan? Lagi pula Raiden juga sudah melihat Nisa yang tidak nyaman dengan kehadiran Jessica yang terkesan mendadak itu. Yang perlu ia lakukan hanyalah mencium wanita itu untuk beberapa saat dan tidak boleh tergoda, untuk yang itu, Raiden jamin 100 persen ia tidak akan tergoda dengannya.
Langkah kakinya membawa ia keluar dari dalam kamar mandi. Jujur hatinya menolak melakukan hal memalukan seperti ini. Wajah Nisa terbayang-bayang di benaknya ketika kakinya semakin dekat dengan Jessica.
“Jadi bagaimana?” tanya Jessica sambil berjalan ke arah sofa.
Wanita terlihat sedikit gugup, namun dengan cepat ia menetralkan raut wajahnya dan tersenyum lebar ke arah Raiden.
Raiden mengangguk. “Hanya satu menit,” serunya.
Jessica menggeleng kepalanya. “Tiga menit? Memang satu menit kamu mau ngapain?" tawar wanita itu.
“Dua menit?” Keputusan akhir Raiden yang disetujui dengan anggukan kecil dari Jessica.
“Kemari,” panggil Jessica sambil berbaring di atas sofa seraya mengangkat jari telunjuknya untuk memanggil Raiden.
Raiden membuang napas dengan kasar, dengan langkah berat ia berjalan mendekati wanita itu. Perlahan ia merebahkan tubuhnya di atas Jessica. Matanya berat sekali untuk memandang mata Jessica. Kepalanya pun mulai mendekat ke arah wajah Jessica.
Jessica menarik kepala Raiden dan menyatukan bibir mereka seraya melumat kasar bibir pria itu.
Demi Nisa! Batin Raiden tanpa membalas ciuman Jessica sama sekali. Wanita itu dengan cepat meraba-raba tubuhnya.
Ceklek.
Deg.
Tiba-tiba pintu hotel terbuka dan menampilkan sosok wanita yang dicintai Raiden sedang terpaku menatap aksi yang dilakukannya bersama Jessica.
Segera Raiden melepaskan diri dari Jessica. Ia pun begitu terkejut karena kedatangan Nisa yang sangat mendadak itu. Jantungnya seakan mau lepas dari rongga dada dan bulir-bulir keringat dingin yang mulai keluar dari setiap pori-porinya.
Bagaimana bisa Nisa tiba-tiba datang? Raiden mengerang kesal dalam hatinya. Langkahnya mendekat, hendak menjelaskan tentang apa yang sedang terjadi, namun sayang, Nisa memilih memutar tubuhnya menjauh darinya dengan tatapan kecewanya.
Tatapan yang membuat Raiden sangat marah kepada dirinya. Nisa sakit hati, terlebih kecewa padanya.
To be Continued
Ps:
Ahaha terungkap sudah. ^^
Btw jangan lupa untuk vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya. ^^
Ada typo? Kalimat belibet? Ambigu? Komen!
Btw....
Aku mau rekomendasi cerita baru aku. Siapa tahu ada yang mau mampir? Silakan.
Kisah seorang Dosen dan Mahasiswa semester Tiga. Gap Age. New Adult Romance.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top