Pernikahan Terpaksa -2
Keyra hanya bisa menundukkan pandangannya, dipandang dengan tatapan tajam dan dingin seperti itu agaknya cukup membuat nyali Keyra ciut. Ada perasaan aneh yang menggelayut manja di dalam dada, tapi Keyra tak bisa menafsirkan itu perasaan apa.
Adrian berjalan dengan langkah lebar dan angkuh, mendekati keluarga Keyra dengan begitu nyata. Spontan kedua kaki Keyra mundur, tepat ketika Adrian berdiri di hadapannya dengan sempurna. Senyum manis Adrian sunggingkan kepada keluarga Keyra, kemudian dia memandang Keyra lagi dengan tatapan tajam yang sangat nyata.
Ya, siapa sangka jika sosok Adrian Subrtono sebentar lagi akan menjadi seorang mertua? Bahkan di usianya yang sekarang pun sepertinya masih tampak belum cocok sama sekali. Meski usianya 44 tahun, tapi kenyataan jika Adrian masih tampak awet muda adalah kenyataan yang tak bisa terbantahkan. Gaya pakaiannya yang selalu rapi, dan nyentrik membuatnya malah sering dibilang lebih muda dari pada putra semata wayangnya, atau bahkan ketika keduanya jalan bersama, Adrian tidak disebut sebagai Papa, melainkan sebagai Abang dari Dimas. Namun demikian, hal tersebut tidak juga menjadikan kebanggaan untuk Adrian, sebab dalam hidupnya, dia tidak memiliki tujuan lain, selain bekerja bahkan sampai kapan pun itu.
"Tidak masalah sama sekali, Mbak ..." ucapnya menjawabi permintaan maaf dari Lastri. Mendengar hal itu, Lastri pun tersenyum lega. Bagaimana tidak, sebisa mungkin dia dan keluarganya menghindari untuk menyinggung orang paling berkuasa di wilayah ini. Sebab kalau tidak, hidup mereka akan benar-benar berada dalam bahaya. "Kalau begitu, sudah bisa Keyra aku bawa pulang dulu? Aku rasa Dimas sudah sangat menunggu, pasti Dimas akan bahagia melihat pengantin wanitanya secantik ini," lanjut Adrian kemudian.
"Silakan, Tuan, sebentar lagi setelah kami siap, kami akan menyusul di tempat acara," jawab Lastri lagi.
Adrian pun mengangguk, kemudian dia berjalan terlebih dulu meninggalkan Keyra di belakang bersama dengan Salamah. Keduanya kembali saling pandang, sambil menelan ludahnya dengan susah.
"Key, apa yang kamu pikirkan?" tegur Salamah. Keyra menoleh, kemudian dia tampak menggelengkan kepalanya lemah.
"Aku tidak tahu sama sekali, Mah. Hanya saja aku merasa jika perasaanku benar-benar tidak enak. Entah, aku harap semoga ini hanya perasaan konyolku saja,"
Salamah mengangguk juga, hingga keduanya akhirnya menghentikan langkah dengan sempurna ketika keduanya berada di samping mobil sedan mewah tersebut. Salamah memandang Keyra, dia begitu ingin terus menyemangati sepupunya yang Salamah tahu jika saat ini Keyra sedang panik berlebihan.
"Key, aku tahu kenapa kamu bisa seperti ini. Kamu panik, kamu gelisah, dan kamu merasa gusar. Itu adalah hal yang wajar bagi seseorang yang akan menempuh hidup baru, tapi aku yakin kamu pasti bisa melewati semua ini. Jadi perasaan tidak enakmu itu, bukan karena ada hal buruk terjadi, melainkan karena kamu gugup. Kamu tenang, ya," hibur Salamah untuk kesekian kalinya.
Keyra kembali mengangguk, apa yang dikatakan Salamah adalah benar, untuk apa dia terus merasa gelisah dan tidak enak seperti ini? Dia sudah tahu apa yang terjadi dan pelaminan ada di depan mata. Jadi, Keyra mencoba yakin jika tidak akan terjadi apa pun ke depannya.
"Jadi, kamu adik sepupu dari Keyra?" tebak Adrian, yang belum masuk ke dalam mobil, sebab dia melihat jika Keyra tidak berjalan sendirian.
Salamah mengangguk dengan sopan, kemudian dia tersenyum manis kepada Adrian, bagaimanapun Adrian adalah sosok yang memiliki derajat paling tinggi di walayah ini, sopan-santun selain dari anak muda kepada orang tua juga harus ditunjukkan kepada penguasa wilayah ini.
"Benar, Tuan. Aku adalah adik sepupu dari Keyra, dan bolehkah aku ikut mengantarkan Keyra untuk pergi ke acara pernikahan? Keyra sangat gugup, akan menjadi masalah jika dia sendirian. Jika diizinkan aku ingin menemani dia untuk melepas masa lajangnya, Tuan," jawab Salamah dengan sopan.
Rahang Adrian mengeras, sembari melirik supirnya, dia pun kembali memandang Salamh, seulas senyum kembali tersungging dengan begitu samar.
"Baiklah, tentu saja semuanya tidak masalah. Aku paham betul bagaimana sayangnya kamu dengan Keyra, jadi silakan masuk," jawab Adrian pada akhirnya.
Salamah pun mengangguk dengan senyuman mengembang, dia langsung masuk dan duduk di samping supir pribadi Adrian. Sementara Keyra duduk di samping Adrian. Keyra masih tampak merasa canggung, sementara Adrian tampak benar-benar tak suka dengannya dan hal itu adalah nyata.
Pelan, akhirnya supir tersebut pun mulai melajukan mobilnya. Kemudian sang supir melirik pada kaca spion sekadar memandang Adrian seolah ingin mengatakan sesuatu. Namun, dia cukup bingung sebab ada Keyra dan Salamah di sini.
"Mbak Salamah tidak terbiasa dengan bau AC mobil, ya? Coba tutup hidungnya pakai sapu tangan Paman. Nanti Mbak Salamah tidak akan mencium bau AC mobil lagi,"
Sopir pribadi Adrian pun menawari Salamah yang tampak sedari tadi seperti ingin muntah, hingga akhirnya tawaran tersebut disambut dengan suka-cita. Bagaimana tidak, kenyataan jika Salamah tidak pernah naik mobil bagus adalah benar adanya, sebab ketika dia naik mobil yang ada ACnya maka dia akan langsung merasa mual saat itu juga.
"Terimakasih, Paman. Sapu tangan ini sangat membantu," ujar Salamah. Tak lama setelah itu, supir dari Adrian kembali memandang Adrian kemudian tersenyum, dan suara berisik Salamah pun mulai lenyap dengan sempurna.
"Tuan Adrian, kita langsung ke rumah atau mampir ke tempat lain dulu?" tanya supir itu kemudian.
Sejenak Adrian masih diam, dia pun kini tampak menautkan kedua tangannya dan menumpukannya pada kedua kakinya yang disilangkan dengan sempurna. Memandang lurus-lurus jalanan yang ada di hadapannya, tanpa menoleh sedikit pun pada sosok yang ada di sampingnya.
"Kita ke rumah yang satunya saja," jawab Adrian pada akhirnya.
"Baiklah, Tuan Adrian," jawab supir itu dengan patuh.
Keyra tampak memandang jendela mobil, dahi Keyra mulai berkerut ketika dia melihat jika rumah keluarga Subroto terlewati begitu saja. Bagaimana bisa, mobil yang dia tumpangi ini masih melaju? Bahkan selain di tempat acara, di rumah keluarga Subroto pun sudah terlawati dengan cukup jauh.
"Maafkan aku, Om Adrian. Apakah kita tidak sedang salah jalan? Bukankah rumah Anda sudah lewat dari beberapa meter yang lalu?" tanya Keyra pada akhirnya.
Mendapat pertanyaan itu, Adrian tampak semakin kesal. Adrian memandang Keyra dengan tatapan tajam dan juga bencinya yang luar biasa.
"Kamu tahu, Keyra, sedari awal ide perjodohanmu dengan putraku, aku tidak pernah merasa setuju sama sekali, dan sampai kapan pun aku tidak akan pernah merestui hubungan kalian. Lebih dari itu, aku akan melakukan semua hal agar pernikahan ini gagal,"
Keyra mememik kaget, tapi belum sempat dia bertanya apa alasan dari calon mertuanya itu begitu membencinya, mulut Keyra sudah dibungkam dengan sebuah sapu tangan. Keyra tak bisa bernapas, bau aneh mulai menyeruak dengan nyata dan menusuk-nusuk hidungnya. Hingga kemudian, kesadaran Keyra pun lenyap dengan sempurna.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top