Pernikahan Terpaksa
Wanita paruh baya berkebaya warna cokelat tua itu pun tampak tersenyum, dia berjalan sambil menyicing jariknya dengan sempurna, tak pernah terbayangkan memang, jika yang akan menjemput putri semata wayangnya tidak lain adalah calon besannya sendiri. Meski sosok cantik yang rambutnya sudah mulai beruban itu tahu, jika putrinya kelak setelah menikah tidak memiliki sosok Ibu mertua. Sebab, Ibu dari Dimas telah lama meninggal, dan membuat Sang Ayah memilih untuk tetap menduda, lebih dari itu juga seolah menjadi pembuktian jika sosok yang tidak hanya memiliki kekuasaan di wilayah ini, melainkan menunjukkan betapa setia sosok tersebut kepada wanita yang telah memberinya seorang putra tersebut.
"Keyra, lekaslah. Jika tidak maka calon mertuamu akan menunggu, Tuan Adrian bukan orang sembarangan, dia adalah orang nomor satu di wilayah ini, apakah kau pikir akan bagus untukmu untuk membiarkan Tuan Adrian menunggu?" desak ibunya—Lastri, adalah nama dari Ibu Keyra, dan ucapan dari ibunya adalah sebuah titah nyata untuk Keyra. Namun ....
Keyra tampak menggenggam jariknya dengan nyata, seharusnya dia senang jika pada akhirnya Sang Ayah mertua telah merestui hubungan ini, sebab entah kenapa sedari keputusan perjodohan antara Keyra dan Dimas, meski Sang Ayah mertua tidak mengatakan apa pun, terlihat jelas dari sorot matanya ada rasa tidak setuju dan hanya memandang Keyra dari sebelah mata. Hal tersebutlah yang agaknya membuat Keyra takut, ya ... dia takut dengan Ayah mertuanya.
"Ehm, Bunda, tapi riasanku belum siap. Masih ada beberapa hal lagi untuk menyempurnakannya, mungkin masih butuh waktu beberapa menit lagi, iya, kan, Tan?" tanya Keyra, seolah ingin meminta kepastian kepada periasnya tersebut. Wanita yang mengenakan make up cukup menor itu pun menggelengkan kepalanya, jemari lentiknya yang masih memegang pensil alis itu pun kini meletakkan salah satu peralatan perangnya dengan sempurna di atas meja, untuk kemudian wanita yang sering disapa dengan nama Tante—Mariam itu tersenyum dengan begitu ramah.
"Tidak kok, semuanya dalam keadaan baik-baik saja, sudah siap dan beres semuanya, kamu itu sudah sangat cantik, hanya diberi sedikit riasan saja sudah benar-benar mangling, ya sudah sekarang waktumu untuk pergi ke tempat acara sudah tiba, jangan biarkan kesan pertama menjadi hal yang menyebalkan, kamu harus menunjukkan kepada Taipan tampan itu, kalau kamu bisa menjadi menantu yang terbaik untuknya,"
"Namun ...."
Napas Keyra masih tersengal, dia kembali tampak diam. Acara akan dilaksanakan kira-kira dua jam lagi dari sekarang, sementara gedung resepsi hanya berada di ujung jalan dan mungkin hanya memakan waktu kurang lebih dua sampai tiga puluh menit, dengan rentang waktu selama itu, kenapa calon mertuanya itu sudah datang menjemput? Keyra masih tampak ragu, hingga akhirnya kedua tangan mungilnya yang masih memilin jarik cokelatnya itu pun digenggam erat oleh Salamah.
"Ada apa, Key? Bukankah pernikahan ini yang kamu mau? Kenapa kamu malah tampak begitu gelisah sekali dengan kedatangan Tuan Adrian? Lekaslah, ini sudah cukup lama kau mengulur waktumu ini,"
"Namun, masih begitu lama sebelum acara pernikahan dimulai, kenapa Tuan Adrian sudah menjemputku, Salamah?" tanya itu akhirnya terlontar juga dari mulut mungil Keyra, membuat Lastri pun langsung mendekati putrinya, mengelus lembut punggung putrinya, dan memandangi wajah cantik putrinya yang sudah seperti seorang Ratu sehari itu dengan begitu bahagia.
"Anakku Keyra, kamu tahu, kan, Tuan Adrian adalah orang yang sangat sibuk. Selain menjemputmu sebagai formalitas karena begitu menghargai keluarga kita, di rumahnya, dan di gedung pernikahan, pastinya dia masih memiliki banyak urusan. Terlebih, kabarnya tadi ketika Tuan Adrian berbincang dengan ayahmu, dia mengatakan jika dia memiliki sedikit kejutan untukmu serta Dimas akan berangkat ke gedung acar bersama denganmu. Jadi nanti, kamu akan diajak ke kediaman Tuan Adrian dulu, untuk kemudian kalian akan berangkat bersama-sama di acara pernikahan."
"Namun, Bun," keras kepala Keyra.
Salamah yang paham jika sepupunya itu agaknya tidak nyaman pun akhirnya tersenyum juga, sembari menepuk bahu sepupunya perempuan berlesung pipi itu kini berdiri sambil menampilkan sebongkah senyuman dengan begitu nyata.
"Baiklah, jika memang kamu merasa sungkan berangkat sendirian, bagaimana jika aku menemanimu? Dengan demikian kamu tidak akan merasa sungkan, dan aku yakin kamu punya teman bicara, bukan? Lagi pula, aku juga ingin banyak bercerita kepadamu tentang banyak hal sebelum aku kehilanganmu untuk waktu lama,"
Keyra langsung mengangguk, dia pun langsung tersenyum dengan sempurna. Sembari dibantu oleh Tante Mariam juga ibunya untuk membawa bagian ujung kebaya putihnya, Keyra pun akhirnya keluar juga. Berjalan dengan penuh hati-hati sebab jariknya cukup ketat membuat kedua kakinya tak bisa melangkah lebar. Beberapa tetangga yang kebetulan membantu dalam rumah Keyra pun agaknya berdecak kagum, mereka tak henti-hentinya memandang Keyra tanpa kedip dan terus memberikan ribuan pujian pada perempuan belia yang sebentar lagi akan bergelarkan dengan sebutan Nyonya Muda. Namun, hal tersebut tak langsung membuat Keyra bangga, bagaimanapun juga tujuan utama pernikahan yang membuatnya bahagia adalah bisa bersama dengan pemuda yang begitu dia cinta. Pemuda yang selama ini dia perhatikan, dan dia cintai secara diam-diam dengan begitu nyata, dan pemuda yang tidak akan pernah Keyra bayangkan pada akhirnya bisa menjadi suaminya. Ya, pemuda itu adalah Dimas Subroto.
Keyra menghentikan langkahnya tepat di teras rumah, angin mulai berembus dengan begitu manis sehingga cukup untuk membuat hawa sejuk itu menusuk kulit dengan sempurna. Di ujung pandangan keyra, di halaman rumah Keyra tepat di jalan setapak itu telah berdiri dengan angkuh sosok yang mengenakan setelan jas berwarna abu-abu tua. Sosok itu masih benar-benar tampak gagah, bahkan nyaris tanpa cacat sedikitpun. Rambut hitam legam yang belum memiliki satu uban pun di sana tertata rapi dengan begitu klimis, memunggungi Keyra dan juga keluarganya. Di depan ada sebuah mobil sedan hitam yang mengkilap berhenti sempurna, dengan hiasan sebuah bunga yang diberi pita memanjang sedari kap mobil bagian depan hingga ke samping. Napas Keyra terasa begitu sesak, jantungnya bedebar tak karuan sama sekali. Keyra tahu, jika sekali dia melangkah keluar dari rumah ini, dia seolah bukan lagi menjadi bagian dari keluarga ini. Dia akan menyandang nama belakang suaminya, dan dia harus menerima dan siap dengan semua hal baru yang ada. Lantas, kenapa Keyra masih merasa ada sesuatu yang mengganggu hatinya? Bukankah seharusnya Keyra merasa bahagia sekarang ini?
"Maaf, Tuan Adrian, telah membuat Anda lama menunggu. Sebab Keyra, baru saja selesai dirias dan sekarang dia sudah siap untuk dijemput oleh Tuan Adrian," Lastri pun mendekati sosok yang sedari tadi memandang jalanan tersebut, hingga sosok berpakaian tuxedo mahal itu membalikkan badannya dengan sempurna. Memandang Keyra yang sudah siap dengan riasan serta pakaian pengantinnya. Sosok yang disebut dengan Tuan Adrian pun hanya diam, mata hitam kelamnya memandang Keyra dengan begitu tajam dan nyata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top