II. Chapter 37 : Kampung Bandit
Hai, selamat datang di kisah Pendekar Wanita Merah. Sebenarnya bagian ini akan menjadi jembatan penting yang menghubungkan Guo Fen dengan Bai Lianhua. Melalui kehidupan Guo Fen yang nantinya bertemu Rong Mei, kita diajak melihat sesuatu yang baru dari hidup Rong Mei juga. Gimana selama ini Rong Mei bertahan dari kepergian Bai Lianhua dan bagaimana semua itu ikut mempengaruhi Guo Fen.
Selain menceritakan kehidupan Rong Mei, ada banyak bagian tentang Guo Fen dengan para bandit juga.
Untuk hitungan babnya, akan tetap lanjut dari Pendekar Lotus, ya. Jadi buat kamu yang belum membaca Pendekar Lotus Putih, baiknya dibaca lebih dulu karena ada banyak keterkaitan dari sana.
Terima kasih sudah mampir ke sini. Semoga terhibur, ya.
.
.
.
"Kudengar kaisar ingin bekerja sama dengan Raja Yu Meng dalam mengungkapkan kebenaran soal pendekar. Tapi ini termasuk berita rahasia yang besar, Ketua Han," ujar seseorang di depannya. Di ruang tertutup itu, seseorang menyibak tirai kulit sapi di pintu masuk lalu mendorong seorang anak laki-laki sampai tersuruk ke tanah. Menyela pembicaraan kedua orang itu beberapa saat.
"Ketua Han!" seru pria yang menyengir dengan gigi-gigi kuningnya, memanggul sebuah kapak besar di pundak dan melangkah masuk santai tanpa memedulikan percakapan dua pria tadi.
"Gigi Bau, apa kau lihat aku sedang bicara serius dengan Ketua Han?" ujar pria yang tadi omongannya disela. Pria itu menautkan alis ke arah pria yang dipanggil Gigi Bau itu lalu melirik ke anak kecil yang kini memberengut.
"Siapa ini?" tanya Ketua Han bangkit dari kursinya dan tak melepas pandangan dari anak laki-laki kecil yang kini mengusap-usap lututnya.
Si Gigi Bau berkacak pinggang. "Ketua Han, kau bilang dua hari yang lalu kau melihat anak laki-laki ajaib di sekitar pasar Huang, bukan? Nah, aku menemukannya. Dan ia benar-benar ajaib! Kau mau menyaksikannya?"
Yang dipanggil Ketua Han itu—adalah pemimpin dari perkumpulan Bandit Barat yang mengungsi dari pusat kampung bandit yang ada di Utara. Han Suyang melangkah maju dan mendekati anak laki-laki yang kini mengernyit.
"Mau apa kalian!?" seru anak itu dengan suara melengking.
Han Suyang tersenyum sampai matanya menyipit. "Kita bertemu lagi. Kau masih ingat aku?"
Anak itu terdiam beberapa saat sambil mengerjap, berpikir. Kemudian ia berujar pelan, "Oh, kau pria yang membeli sekotak semangka dari toko buah bosku. Kau yang membayar lebih tanpa meminta kembalian."
Han Suyang mengangguk. Ia mengangkat tangan lalu mengusap kepala anak kecil itu pelan. Anak itu ragu-ragu tapi diam saja.
"Benar! Sekarang, mulai hari ini, kau tinggal bersamaku, ya?"
"Atas dasar apa! Aku tidak mau! Aku masih harus membantu bosku di toko buah itu. Kau tidak tahu aku sudah berhutang banyak padanya dan ka—"
"Eh, anak bau, sudahlah. Hidupmu di toko buah itu tidak akan ada masa depannya. Sementara bersama kami, kau nantinya akan pandai bertarung dan bertahan hidup! Lihat," si Gigi Bau menepuk-nepuk kapak di pundaknya. Anak itu hanya mengernyit jijik.
"Kau bisa punya senjatamu sendiri. Betul, kan, Ketua Han?" dengan bangganya si Gigi Bau mengangguk-angguk ke arah Han Suyang. Sementara Gao Jinfeng menghela napas. Ia menangkupkan kedua tangan lalu memberi hormat pada Ketua Han.
"Ketua, kita lanjutkan percakapan ini nanti. Aku kembali dulu."
Han Suyang mengangguk, lalu ia membantu anak laki-laki tadi berdiri. Kalau dilihat, ia menduga anak ini berumur sekitar sepuluh sampai duabelas tahun. Tubuhnya masih kecil, kakinya kurus dan matanya besar. Han Suyang tidak tahu apa yang dialami anak laki-laki ini sampai harus bekerja di umurnya yang muda, tapi yang terpenting, anak ini memiliki kemampuan aneh yang cukup menguntungkannya.
"Maafkan perilaku Paman Hong," tunjuk Han Suyang pada si Gigi Bau yang kini cengengesan malu. "Dia hanya bersikap tegas padamu."
"Mana ada tegas! Dia galak! Dan bau..." kata anak kecil itu sambil melirik angkuh. Ia merasa dilindungi oleh Han Suyang sementara Hong mendelik kasar.
"Lihat saja kau ya, anak kecil tidak tahu diuntung!" ancam Hong sambil berbalik keluar ruangan. Anak itu hanya menjulurkan lidah dan mendengus.
Han Suyang terkekeh pelan lalu memegang kedua bahu anak kecil itu sambil bersujud di depannya supaya bisa menatapnya sejajar. "Siapa namamu?"
Ragu-ragu, anak itu menjawab, "Guo Fen."
"Guo Fen," ulang Han Suyang seolah mengingatnya.
"Mulai hari ini, aku akan menanggung seluruh hidupmu. Tinggallah di kampung ini. Kau akan diajarkan banyak hal dan yang terpenting kau tidak perlu bekerja lagi."
"Tidak perlu bekerja?"
Han Suyang mengangguk. "Paman Hong akan menunjukkan ruanganmu. Mulai besok, kau akan memberi pakan babi dan beberapa kambing. Aku punya banyak persediaan makanan sampai kami mencarinya lagi. Setelah itu, kau bisa membantu paman-pamanmu yang lain untuk bekerja. Malamnya, kau cari aku dan kita mulai cari tahu seberapa besar kemampuanmu selama ini."
Guo Fen terdiam beberapa saat. Ia bergumam, "Memangnya, kau menginginkan apa dariku? Aku hanya anak kecil, aku tidak punya kekuatan aneh yang dibilang Paman Hong tadi..."
Dulu, ketika Han Suyang masih seorang pemuda yang disuruh-suruh oleh ayahnya sendiri untuk bekerja di dalam kampung, Han Suyang sudah percaya dengan kemampuan magis dan kisah masa lalu para pendekar. Dia senang membaca kisah-kisah lama tentang pendekar dan begitu mendambakan kekuatan seperti mereka. Itu sebabnya dia punya mata-mata untuk menyelidiki keberadaan para pendekar sekarang.
Kekaisaran memang menggunakan Organisasi Pendekar untuk membunuh mereka dengan cara yang kejam. Terakhir, sekitar sepuluh tahun yang lalu, ia dengar kalau Organisasi Pendekar baru saja membakar seorang pendekar tua dari Sekte Lotus yang sempat dibantai oleh Sekte Tengkorak. Han Suyang tidak tahu wujudnya seperti apa, tapi mendengar kabar pembantaian para pendekar, diam-diam ia percaya kalau para pendekar sebenarnya masih ada. Dan tidak punah.
Mereka hanya sedang bersembunyi karena terlanjur dicap bahaya oleh pemerintah.
Tentu saja, untuk menemukan para pendekar sekarang sangat sulit. Karena mendamba kekuatan para pendekar, ketika ia mendengar kalau ada anak kecil di Pasar Huang yang mampu bekerja cepat dan banyak, Han Suyang langsung mencurigainya dan menyuruh Hong untuk membawanya kemari. Mempelajarinya sendiri.
"Itu bukan kekuatan aneh. Tapi itu bakat. Guo Fen, banyak orang yang berbakat sepertimu. Tapi orang-orang berbakat seperti itu dianggap ancaman oleh kekaisaran. Bayangkan jika kau ditemukan oleh orang lain, bukan aku? Bayangkan, kalau seandainya Organisasi Pendekar yang menangkapmu, kau bisa mati, Guo Fen."
Mata Guo Fen membeliak, "Kau bohong..."
Dalam hati, Han Suyang merasa anak ini cukup cerdik. Terpaksa, ia pun mengeluarkan beberapa poster-poster Hei Lianhua serta Wanita Merah yang akhir-akhir ini sering muncul di papan pengumuman.
"Buat apa aku bohong? Lihat ini," Han Suyang menyerahkan poster kumal itu kepada Guo Fen yang menerimanya sambil meratapi kertas itu. Anak itu terdiam lalu balik memandang Han Suyang polos.
"Wanita ini..."
Han Suyang tersenyum. "Ini ditulis... 'PENDEKAR DICARI'. Yang menempelkan ini adalah para Organisasi Pendekar. Mereka semacam perkumpulan untuk membunuh dan menangkap para pendekar yang dianggap berbahaya ini. Dan beberapa tahun terakhir ini, Hei Lianhua dan Wanita Merah adalah dua pendekar yang sering berkeliaran di sekitar Istana Kota. Mereka bisa jadi ancaman untuk Putri Mahkota dan Permaisuri Bai Naxing..." jelas Han Suyang sambil kembali menyimpan poster itu ke saku. Ia kemudian menatap Guo Fen yang ragu-ragu.
"Memang kalian tidak bisa lari cepat atau mengangkut barang sebanyak lima kotak buah semangka?"
Han Suyang tertawa pelan. "Tentu tidak. Itu hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Sementara kau masih semuda ini. Bakat langkamu ini kalau tidak disembunyikan bisa disalah artikan dan malah dikira pendekar oleh Organisasi Pendekar..."
"Aku memanfaatkan kekuatan ini untuk bekerja. Kenapa sih orang-orang itu... kenapa pula mereka harus menganggap para pendekar bahaya? Aku pernah dengar kisah para pendekar itu, tapi menurutku mereka tidak mengerikan..."
"Benar, kan? Nah, sekarang, kalau kau merasa begitu, kau bisa bebas menggunakan kekuatan itu tanpa takut ketahuan Organisasi Pendekar. Mereka tidak akan menangkapmu di kampung ini. Kau dilindungi oleh kami semua," sahut Han Suyang menatap anak itu manis.
Guo Fen sedikit ragu-ragu lagi. Han Suyang mulai mengenal karakter anak ini. Dia tidak bodoh. Dia tahu cara bertahan diri dan memahami kekuatannya sendiri. Hanya ia tidak tahu bagaimana hubungannya jika orang-orang menyalah artikan kekuatan itu. Butuh waktu untuk Han Suyang sampai mencari tahu darimana asal usul Guo Fen sebenarnya. Yang terpenting, sekarang ia harus meyakinkan Guo Fen untuk tinggal di kampung bandit.
"Baiklah. Aku anggap kau menolongku. Jadi, kau bosku?" tanya Guo Fen sambil melirik.
Han Suyang mengusap kepala Guo Fen lembut sambil tersenyum, "Aku bukan bos. Aku keluarga barumu. Panggil aku Ketua Han."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top