II. Chapter 36 (extra) : Kisah Rong Mei
Tiga tahun sebelum bertemu Denghou...
Di dalam gubuk tempat tinggal Bai Lianhua dulu, Rong Mei baru saja kembali dari sungai dan hendak membakar ikan-ikan hasil tangkapannya. Tak sengaja, ketika ia hendak mencari satu bumbu pelengkap yang disimpan di laci-laci, Rong Mei menemukan daftar kumal di bawah selipan laci. Ia membawa kertas itu di tengah api unggun lalu membaca tulisan yang sudah sedikit luntur di bawah sinar api.
Itu adalah daftar pejabat yang Gurunya sering targetkan selama ini. Ada lima anggota dewan pejabat yang cukup terkenal. Beberapanya kepercayaan kaisar langsung. Di bawah nama-nama lima dewan pejabat, ada daftar keluarga serta pencapaiannya selama ini. Ada beberapa nama yang sudah dicoret oleh Bai Lianhua, namun tersisa juga beberapa nama yang belum dicoret.
Rong Mei sering mendengar beberapa nama yang tercantum di sana. Ia mengernyit pelan sambil membolak-balikkan ikan yang menancap di batang kayu yang sedang dibakar di atas kobaran api.
Pejabat dari Keluarga Fang. Mereka adalah pemilik kedai teh terkenal di tengah kota. Entah kejahatan apa yang mereka lakukan hingga namanya bisa masuk ke daftar ini, namun selagi memikirkan tindakan apa yang akan dilakukan Gurunya—tiba-tiba Rong Mei ingin sekali memberi mereka pelajaran.
Semua orang kini mengira kalau pertarungan Bai Lianhua waktu itu dikalahkan oleh Organisasi Pendekar dan kematiannya mendeklarasikan bahwa pendekar memang berbahaya dan hanya Organisasi Pendekar yang dapat menghentikan mereka. Para rakyat yang bersembunyi di belakang punggung Permaisuri, mendapat dukungan secara terbuka untuk menyingkirkan segala jenis pendekar.
"Sampai kapan mereka menganggap para pendekar itu penjahatnya? Dasar orang-orang bodoh."
Dalam kekalutan dan rasa rindu yang mendalam terhadap kehampaan karena tidak menemukan Bai Lianhua juga, akhirnya Rong Mei mengambil tongkat dan pedangnya, meninggalkan ikan di atas api dan pergi ke Istana Kota.
Malam temaram menghadang pandangan Rong Mei. Ia pergi dalam balutan jubah hitam dan pakaian serba merah yang pas di badannya yang kurus. Rambutnya disanggul ke atas, sesekali terhempas terkena angin seiring ia berjalan di tengah Istana Kota. Tidak ada yang tahu tujuannya apa. Tidak ada yang mengenal juga sosok Rong Mei. Papan-papan di sekitar kota masih menampilkan lukisan serta poster Hei Lianhua, alias Bai Lianhua, gurunya yang selama ini dikenal oleh orang lain.
Rong Mei berjalan ke Kantor Pengaduan. Tempat itu semacam kantor yang diawasi oleh pejabat keamanan dan dijaga oleh pengawal istana kota langsung. Ia hendak mencari tahu di mana Keluarga Fang tinggal. Rong Mei memasuki kantor dan melihat banyak kesibukkan di tengah ruangan itu. Satu meja resepsionis di depan menyambut Rong Mei.
"Selamat malam, ada yang bisa kubantu, Nona?" tanya penjaga kantor ramah.
Rong Mei mendekat. "Kau tahu di mana Keluarga Fang tinggal?"
"Maksudmu yang pemilik kedai teh itu?"
"Ya."
Si penjaga memberitahu kalau itu bukan informasi publik. Lalu Rong Mei mengatakan kalau dia kerabat jauhnya.
"Kalau begitu, tolong beritahu aku saja di mana kedainya berada."
Si penjaga pun memberitahu dan Rong Mei segera ke sana.
Walaupun sering turun gunung, tapi Rong Mei jarang berkunjung ke kedai-kedai mewah seperti kedai teh milik Keluarga Fang ini. Begitu memasuki area kedai, ia disambut oleh pilar-pilar lebar dan ruangan yang didekorasi dengan beragam lampion serta tirai-tirai keemasan membujur dari ujung ruangan. Kedai itu cukup ramai dan didatangi banyak pejabat lain yang mengenakan pakaian mahal. Di tengah ruangan ada panggung kecil tempat para wanita penghibur sedang menari dengan kompak dengan wajah ditutup setengah dengan kain penutup.
Rong Mei mengintai dan mengambil meja di lantai atas. Sambil memantau ke bawah, ia berpikir seolah dirinya adalah Bai Lianhua.
Dari daftar yang ia dapatkan di laci tadi, Rong Mei membaca ulang. Lima dewan pejabat yang ditulis di atas kertas menjadi target utama yang mungkin akan Bai Lianhua bunuh. Ada dua dewan pejabat yang disilang. Dan Rong Mei tahu kedua dewan itu sudah dibunuh oleh Bai Lianhua. Rong Mei selalu mengintai gurunya itu dalam misi-misi rahasianya.
Keluarga Fang ada di baris bawah Dewan pejabat yang ketiga. Pejabat Rui. Pejabat Rui ini seorang menteri pendidikan dan kebudayaan. Ia terkenal membantu membangun sekolah-sekolah di daerah pelosok Kota Li Ming. Sesekali Rong Mei mendengar berita itu di kalangan warga sipil di pasar.
Hubungan Pejabat Rui dengan seseorang di keluarga Fang pasti cukup baik. Namun, apa yang mereka lakukan sampai harus menjadi daftar orang mati selanjutnya?
Di lantai bawah, tepatnya di tengah panggung, lima penari tadi menunduk dan berbalik pergi. Tepuk tangan mengiringi seseorang yang muncul di balik panggung. Seorang pria kurus dengan kumis tipis yang tersenyum ke para pengunjung.
"Terima kasih sudah mampir ke kedai teh kami. Hari ini, selain penawaran spesial menu baru, aku, Fang Huxi, ingin mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Pejabat Rui yang duduk di atas sana..."
Mata Rong Mei mengikuti arah yang ditunjuk pria tadi. Di lantai yang sama, tepatnya di seberang tempat duduk Rong Mei, Pejabat Rui melambai dengan anggun dan tertawa pelan. Sambil mengangkat cawan untuk pura-pura menyambut Fang Huxi, semua orang kembali bertepuk tangan.
"Dengan bantuan Pejabat Rui, akhirnya aku bisa kembali mendapatkan sponsor dan membuat pelayanan terbaik di kedai teh ini. Aku tahu reputasi ini sudah harus diterapkan turun temurun oleh keluarga Fang, namun tanpa bantuan Pejabat Rui, kami bukanlah apa-apa..."
Rong Mei menyelidiki pelan-pelan. Dari sebelah ruangannya, terdengar dua orang pria bicara pelan.
"Memangnya Pejabat Rui sedekat itu dengan Fang Huxi?"
"Kau tidak tahu? Pejabat Rui itu bakal naik jadi kepala dewan dan menteri pendidikan secara resmi tahun ini. Ia secara organik, membutuhkan bantuan suara dari orang-orang. Dan salah satu caranya dengan menggaet Fang Huxi."
"Hah? Kenapa harus sampai Fang Huxi? Memang dia seterkenal itu?"
"Fang Huxi itu orang kaya terkenal. Dia yang memiliki kendali utama dalam keanggunannya menilai beragam seni sastra. Kau lihat saja, kedai tehnya sudah tersebar ke banyak kota. Keluarga Fang itu reputasinya bagus. Pejabat Rui hanya memanfaatkannya saja untuk mendapatkan suara."
Diam-diam Rong Mei menyipitkan mata, menyimak lebih dalam.
"Tapi, Fang Huxi itu juga bukan orang yang hebat. Dia juga memanfaatkan uang kotor yang Pejabat Rui kumpulkan dari Kaisar Li Minglao untuk menyokong fasilitas di setiap sekolah. Dia melakukan pencucian uang..." bisik pria itu hampir tidak terdengar. Tapi Rong Mei sudah meneguhkan keraguannya.
Ia tahu kenapa ia harus menghabisi kedua pria ini. Begitu juga alasan kenapa Bai Lianhua menuliskannya di daftar.
Tanpa menunggu, Rong Mei bangkit dari tempatnya lalu melompat turun ke tengah panggung hingga terdengar orang-orang menjerit. Ujung pedang Rong Mei mengarah ke muka Fang Huxi yang menjerit seperti pria pengecut paling menjijikkan yang pernah ia lihat. Tatapan Rong Mei menembus sampai ke tengkorak Fang Huxi.
"Seharusnya kau tidak pernah merasa bangga. Kalian semua, pejabat tidak berguna yang hanya bisa meremehkan para pendekar..." sebelum selesai bicara, Rong Mei mengangkat pedang dan mengayunkannya ke leher Fang Huxi. Semua orang menjerit ketika Rong Mei bisa merasakan mata pedangnya memutuskan arteri di leher pria itu. Darah mengucur deras, sementara Fang Huxi ambruk di tempat. Rong Mei segera mendongak ke tempat Pejabat Rui berada.
"Pendekar! Ada pendekar!" teriak seseorang keras. Semua orang langsung menjerit dan lari terbirit-birit keluar dari kedai teh. Kekacauan meledak setelah pedang diangkat. Rong Mei melompat naik dan mengentakkan langkah panjang untuk mencapai ke lantai dua. Ia menggunakan tirai panjang bertuliskan 'Hidup Pejabat Rui' di sekitar pilar untuk memanjat naik. Beberapa pengawal berseragam hitam berburu langkah dan mendongak. Sedikit ketinggalan langkah. Mereka cepat-cepat menaiki tangga dan mengejar Rong Mei yang kini berdiri di depan Pejabat Rui.
Di sebelah Rui, ada seorang pria berkepala botak dengan kaca mata bulat kecil. Berdiri gemetar dan panik. Rui sendiri tidak bergerak dari tempatnya. Ia memicingkan mata ke arah Rong Mei yang mengacungkan ujung pedang ke muka. Di bawah sinar lentera, ujung pedang Rong Mei berkilau tajam.
"Siapa kau? Pendekar dari sekte mana kau?" tanya Rui dingin. Ia tidak kelihatan takut.
"Hei Lianhua," ucap Rong Mei.
Dari ujung lorong, langkah para pengawal mulai saling memburu. Mengentak-entak panik seirama niat Rong Mei yang kian meninggi.
Ujung bibir Rui menaik, "Oh, nampaknya murid Pendekar Lotus yang lain, ya? Benar-benar merepotkan."
"Kau yang merepotkan." Tepat ketika Rong Mei hendak menusuk Rui, sebuah panah melesat di ujung pedangnya. Rong Mei menoleh ke arah panah sambil menangkis. Di seberang ruangan, pengawal mementang busur. Dalam gerakan sedetik, Rui melompat bangun dan menggunakan satu kaki untuk mendorong Rong Mei hingga tersungkur.
Rong Mei terbatuk, dan cepat-cepat bangun untuk mengejar Rui yang kabur. Pemanah dari seberang ruangan terus membidik sementara pengawal dari lantai bawah mulai menghadang setiap jalan masuk. Rong Mei mendengus, menahan langkahnya.
"Bodoh," gumam Rong Mei pelan.
Sebelum Rui menghilang dari ujung lorong, Rong Mei menyingkap lengannya dan memusatkan tenaga di bahu untuk melemparkan pedang. Tepat ia melempar pedang, panah melesat lagi. Rong Mei melompat menghindar dan pergi. Bersamaan dengan pedang yang menancap di dada Rui dan pria itu roboh di lantai.
***
Maaf gais, bab ini ketinggalan. Udah buru-buru aja mau ke bab karakter baru hehe. anyway, ini secuplik kisah Rong Mei yang berjuang setelah Bai Lianhua menghilang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top