I. Chapter 17 : Kembali ke Shanyi


Tanpa mengucapkan perpisahan, Bai Junhui pun memutuskan pergi dari Kediaman Du karena Bai Lianhua. Selama ini ia bertahan di rumah itu karena keinginan Gao Renwei demi syarat kediaman itu. Sekarang Bai Junhui pergi dan ia tidak peduli lagi dengan Gao Renwei. Walaupun setengah hati Bai Junhui ia masih sedikit berharap wanita itu bisa berubah, karena bagaimanapun, hati Bai Junhui yang lembut pernah jatuh cinta padanya. Dan rasa cinta itu sulit untuk dilupakan begitu saja.

Perjalanan memakan seminggu. Sesampainya mereka di Kampung Shanyi, Bai Lianhua berseru pada orang-orang di Pasar Huang kalau ayahnya sudah kembali dan akan membuka toko lukisnya lagi. Tapi banyak orang langsung berbisik-bisik sinis dan berkata kalau Bai Junhui tidak tahu malu. Sudah pergi meninggalkan istri tapi masih berani kembali. Melihat reaksi itu, Bai Lianhua merasa itu bukan yang bagus. Ia melirik ayahnya yang termenung dan menunduk sepanjang jalan.

Waktu sampai di rumah, kondisi Yao Yupan sudah tidak brutal seperti lima tahun yang lalu. Pribadinya yang keras sudah diperbaiki pelan-pelan oleh kunjungan Nenek Teratai setiap minggunya. Yao Yupan menyambut Bai Junhui di rumah. Bai Junhui sempat bersujud di lantai dan tersedu-sedu berharap Yao Yupan memaafkannya. Tapi Yao Yupan dengan ringan menerima Bai Junhui kembali ke rumah. Bai Junhui melihat istrinya begitu tegar, hatinya pedih dan rasa bersalah semakin melebar dalam hatinya.

Sementara itu, Bai Lianhua merasa lengkap kembali. Walaupun rumahnya masih kehilangan kehangatan—karena mungkin ibunya masih belum bisa menerima suaminya sepenuhnya, Bai Lianhua perlahan-lahan paham kalau tidak semua luka bisa sembuh secara instan. Dulu, waktu Bai Junhui pergi begitu saja, Bai Lianhua sedih dan ingin sekali membawa ayahnya kembali lagi. Tapi berkat impian ayahnya, Bai Lianhua mengalah dan ia lebih dulu mengurus masalah Nenek Teratai.

Sekarang, setelah Bai Lianhua mendapatkan apa yang ia mau, sedikit hatinya malah merasa sedih karena semuanya tidak akan pernah bisa kembali seperti dulu.

Satu minggu setelah ayahnya kembali, ia membantu sang ibu pergi ke toko. Selama lima tahun ini juga Yao Yupan menyibukkan diri dengan toko tembikarnya di pasar. Sementara Bai Lianhua kembali ke Sekte Bai untuk berlatih.

Sejak lima tahun berlalu, Bai Lianhua tumbuh cepat.

Tak terasa, Bai Lianhua sudah menginjak usia 21 tahun. Meninggalkan masa remaja dan tingkat energi dalamnya juga sudah mencapai Energi Hati—nyaris menyentuh Energi Bebas. Hampir setara kekuatan Nenek Teratai.

Hari itu, di Sekte Bai, Nenek Teratai membawa Bai Lianhua ke tepi sungai. Di pinggir sungai, tebing-tebing tinggi Gunung Shen membatasi cakrawala. Bai Lianhua senang dibawa Nenek Teratai untuk sedikit bersantai. Hari-hari berlatih sangatlah melelahkan.

"Nek, apa kau berpikir akan kembali ke rawa lagi? Melihat air, aku jadi ingat soal pondokmu di sana."

Hua Linxing berdiri menghadap tebing membelakangi Bai Lianhua. Ia tidak menjawab, Bai Lianhua bangkit dan menghampirinya.

"Nek, kau sedang berpikir apa?"

"Semalam aku memimpikan sesuatu."

Bai Lianhua terdiam. "Apakah ini tentang Sekte Tengkorak? Kau mendapat penglihatan dari Dewa? Bagaimana? Mereka sudah menyerang Sekte Rajawali?"

Dengan tenang Hua Linxing menggeleng. "Baru kali ini aku tidak melihat mimpi itu sejelas biasanya. Mimpi itu... terasa aneh dan menakutkan..."

Sudah lama sejak kejadian pembataian Sekte Tengkorak terhadap Sekte Lotus dan Sekte Penyu Samudera. Nyaris sepuluh tahun berlalu. Para prajurit Organisasi Pendekar menggeledah kediaman sekte dan membakar semua dokumen penting yang berbau pendekar yang masih mereka simpan. Tapi menurut laporan pengintaian yang dilakukan Zhou Peng, Organisasi Pendekar tidak menargetkan dua sekte yang lain. Mereka fokus mencari Sekte Tengkorak.

"Setelah Sekte Tengkorak bersembunyi dari Organisasi Pendekar, mereka tidak pernah memberi petunjuk apa-apa lagi. Keberadaan Pendekar Naga juga masih belum ditemukan. Sudah sepuluh tahun... aku ragu umurku menjadi penghalang untuk menunggumu menyelesaikan tugas ini..."

Bai Lianhua mendekati Nenek Teratai dengan raut cemas. "Nek, jangan bicara begitu. Kau masih sehat begini. Apa yang membuatmu ragu? Pula, kau bilang sendiri kalau tenaga dalamku sudah mencapai hampir mencapai Tingkat Empat. Itu berarti aku hampir bisa mengalahkan Sekte Tengkorak, kan?"

"Hampir saja tidak cukup. Kau masih harus berlatih banyak mengumpulkan energi putih di sekitarmu. Sekarang saja kau masih tidak bisa diam di perguruan dan masih bolak-balik pulang karena mengkhawatirkan orangtuamu. Bagaimana mau bisa maksimal?"

Bai Lianhua sedikit termenung. Memang benar setelah lima tahun ayahnya kembali ke rumah ia jadi lebih sering pulang dan melewatkan beberapa hari latihan. Kegembiraan atas berkumpulnya keluarganya kembali membuat dirinya lupa terhadap masalah penting para pendekar.

"Aku tahu aku salah, nek. Tapi... kau jelas-jelas paham bagaimana aku masih ingin bersama-sama mereka..."

Hua Linxing menatap muridnya lurus. "Kau berhati lembut sama seperti ayahmu. Pula mudah tersentuh. Itu baik, tapi tidak pernah cukup keras untuk bisa membantu kami."

"Tidak mungkin! Nenek, kenapa kau bicara begitu?"

Bai Lianhua menatap Hua Linxing kecewa. Ia tidak tahu kalau selama ini gurunya berpikir begitu.

"Jangan panggil aku nenek. Aku ini gurumu."

"Meskipun kau guruku, tapi tetap saja, orang yang menjagaku sejak kecil adalah orangtuaku. Aku menghabiskan waktu hampir sepuluh tahun untuk membiarkan diriku dilatih padamu, kurang niat apa aku ini? Kau bicara padaku seolah-olah aku orang asing."

"Memang benar, Xiao Hua." Hua Linxing memandang Bai Lianhua lekat-lekat. Di matanya, Bai Lianhua menemukan tatapan gurunya tanpa minat. Mendadak, kekecewaan menyerang Bai Lianhua. Apakah gurunya bersungguh-sungguh? Tapi kenapa tiba-tiba seperti ini?

"Sejak kau berhasil membuat Bai Junhui kembali, aku tahu kalau pikiranmu hanya setengahnya ada padaku. Setengahnya lagi, kau masih memedulikan keluargamu."

"Memang kenapa kalau begitu? Aku jelas-jelas harus memedulikan mereka."

"Untuk mencapai Energi Bebas, kau harus bisa melepaskan semuanya." Perkataan Hua Linxing terasa dingin dan menyakitkan.

"Aku... aku tahu. Tapi..."

Hua Linxing menatap muridnya dalam-dalam. "Apa kau pikir kematian saudara-saudaraku di  Sekte Lotus dan Sekte Penyu Samudera sia-sia? Tidak. Kematian mereka adalah senjata baru untuk diriku menempuh Energi Bebas semakin dalam. Meskipun kekuatanku tidak pernah pulih, tapi aku menemukan titik kedamaian paling penting dalam diriku sendiri."

"Lalu apa hubungannya denganku? Aku bisa mencapai Energi Bebas. Tapi mungkin bukan sekarang," sahut Bai Lianhua membela diri. Ia bukan tidak percaya kata-kata gurunya, tapi ia merasa kalau kepentingan utama tetaplah pada keluarga.

"Mimpiku kali ini tidak bisa diterka. Entah sesuatu yang buruk atau baik bisa saja terjadi. Tapi aku harap kau tidak meninggalkan sekte sampai musim dingin mendatang."

"Apa?! Tidak bisa, nek. Aku harus membantu ibu dan ayah di toko—"

Hua Linxing hanya meliriknya dengan ekor mata, Bai Lianhua sudah tahu kalau itu tatapan tanpa arti.

"Entah kenapa, rasanya aku menyesal sudah mengangkatmu sebagai murid. Karena aku baru tahu kalau kau tidak akan pernah bisa membantuku sama sekali." Setelah mengatakan itu Hua Linxing berbalik dan pergi. Meninggalkan Bai Lianhua yang tertegun pada kata-kata itu.

Angin musim panas menerpa.

Sesekali membuat desau tipis di antara rerimbunan pohon.

Bai Lianhua menatap jauh ke atas langit.

Lewat matanya, semesta tahu kalau hatinya sakit.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top