Akhirnya


08.25

Midorima masih setia menggenggam tangan kecil milik adiknya.

Sudah 1 tahun lamanya Kuroko terlelap sejak mengalami kecelakaan dengan Akashi.

Sampai saat ini Kuroko belum juga sadarkan diri.

Dokter sudah beberapa kali memeriksa, harusnya tidak ada luka fisik yang membuat Kuroko terlelap selama itu. Tapi entah kenapa Kuroko tak kunjung membuka matanya.

Sudah 6 bulan ini Akashi tak berkunjung. Entah dia pergi kemana.

Akashi hanya membayar biaya rumah sakit Kuroko setiap bulannya.

Sekarang, Midorima lah yang menjaga Kuroko.

"Kau tidak merindukanku nanodayo?."

"Bangunlah."

Midorima terisak pelan.

Midorima takut Kuroko tidak akan membuka matanya lagi.

Tak lama jari jari Kuroko bergerak.

Sungguh, Midorima bisa merasakannya.

Midorima mengangkat kepalanya.

"Nii-chan.."

Midorima menghentikan tangisnya.

Kuroko memanggilnya dengan suara yang lemah.

"Kuroko?! Kau bangun?! T-tunggu, kupanggilkan dokter!."

Midorima segera memanggil dokter untuk memeriksa Kuroko.

"Baguslah jika kau sudah sadar. Selama satu tahun kau hanya terbaring di sini. Tak pernah membuka matamu. Aku tidak tau penyebabnya, tapi mungkin pada saat itu kau sedang berada di tengah tengah antara kehidupan dan kematian."

Kuroko memegang kepalanya.

"Satu..tahun?."

"Apa kepalamu pusing?."

Kuroko meraba rambutnya.

'Ini, sudah panjang..'

(panjangnya kira kira seperti di pict)

"Aku sedikit pusing, dokter."

"Kubius ya. Nanti siang kau bisa kembali membuka matamu."

Kuroko mengangguk.

Midorima sedaritadi hanya menggenggam erat tangan Kuroko.

"Nii-chan tenang saja, ya. Nanti siang kan aku sudah bangun lagi."

Kuroko mengelus punggung tangan Midorima dan tersenyum manis.

Midorima hanya menatap mata adiknya.

Senyuman Kuroko, salah satu hal yang paling ia rindukan.

Kemudian Dokter menyuntikkan obat bius pada Kuroko.

Dan Kuroko kembali tertidur.

"Aku akan meminta obat pada suster untuk mengantarnya kemari."

"Kuroko nanti akan bangun lagi, kan Dok?."

"Ya. Tenang saja."

Setelah Midorima berterima kasih, dokter itupun segera pamit untuk pergi.

Midorima bernafas lega kala Kuroko bernafas dengan teratur.

Midorima mengambil Hp nya dan menghubungi keluarganya.

Midori
Kuroko sudah sadar.
Terserah kau mau kesini atau tidak nanodayo.

Tak lama ada yang mendobrak pintu kamar Kuroko dengan tidak sabarnya.

"Kuro chin sudah sadar? Bagaimana? Kapan dia sadar?."

Pria berbadan besar itu menghampiri Kuroko yang sudah terlelap.

"Bisakah kau membukanya secara perlahan saja?! Nanti pintu itu bisa rusak nanodayo!."

"Maaf, Mido chin. Aku langsung buru buru loh dari cafe kemari. Aku mengkhawatirkannya."

Midorima menghembuskan nafas beratnya.

Selama Akashi tidak ada, Midorima menyuruh Murasakibara menjaganya dan baru baru ini Midorima yang menjaga Kuroko, dan Murasakibara juga menyempatkan datang setiap hari untuk menjenguk.

"Kuroko habis di bius. Dokter bilang nanti siang dia akan sadar nanodayo."

"Mido chin pulang saja sana, aku yang akan menjaga Kuro chin."

"Kau mengusirku?! Sebenarnya siapa disini yang berperan sebagai kakaknya nanodayo?!."

"Aku tidak ingin menjadi kakaknya, kok. Aku hanya ingin menjadi orang yang selalu ada buat Kuro chin. Sudah Mido chin pulang saja sana, makan, mandi, dan bawa baju baju Kuro chin kemari. Aku akan menjaga Kuro chin selagi Mido chin pergi. Hush hus."

Sepertinya Midorima mempercayakan Kuroko pada Murasakibara saja.

Badannya besar, dia bisa melindungi Kuroko jika ada yang berniat buruk pada Kuroko.

"Baiklah aku akan pulang. Nanti siang aku akan kemari lagi nanodayo."

"Bawa camilan ya Mido chin."

"Tidak."

Midorima segera pergi dan segera digantikan oleh Murasakibara.

Murasakibara sendiri sebenarnya hanya teman Midorima, ia mengenal Kuroko. Ketika kakaknya menyuruhnya menjaga Kuroko, niat awalnya hanya ingin menjaga Kuroko selama pacarnya tidak datang menjenguk.

Tapi, sepertinya niatnya sedikit berubah.

Murasakibara membelai pipi Kuroko.

Dan dia tersenyum kecil.

Murasakibara, selama 6 bulan, sepertinya dia telah jatuh hati kepada makhluk biru yang sedang terlelap itu.

"Mungkin Kuro chin tidak bisa menerima kehadiranku, tapi aku akan berusaha untuk selalu ada kapanpun Kuro chin membutuhkanku."

Murasakibara tidak akan memaksa seseorang untuk mencintainya.

Jika dirinya tak diinginkan, Murasakibara tak masalah.

-🌻-

13.25

Bagaimana ini?.

Kuroko tak kunjung membuka matanya.

Ini sudah siang, tapi belum ada tanda tanda Kuroko membuka matanya.

Murasakibara sedikit takut.

"Kuro chin, huee bangun, jangan tinggalkan aku."

Murasakibara mengguncang tubuh Kuroko.

Tak lama Kuroko membuka matanya.

"Ngh, Nii-chan?."

Pandangan Kuroko sedikit kabur. Tapi sepertinya itu bukan kakaknya.

"Woah! Kuro chin sudah sadar! Ah, syukurlah. Aku khawatir sekali."

Kuroko mengerjapkan matanya.

"Murasakibara-kun?."

Kuroko memanggil namanya dengan suara lemasnya.

"Iya, ini aku."

Murasakibara menggenggam tangan Kuroko.

"Dimana Nii-chan?."

"Dia sedang pulang, sebentar lagi mungkin akan datang."

"Sei-kun...dimana?."

Walaupun Murasakibara menginginkan Kuroko bahagia, tapi mendengar Kuroko mencari lelaki lain dihadapannya itu rasanya..

Sakit sekali.

"Aku, tidak tau. Kata Mido chin dia sudah tidak menjengukmu selama 6 bulan. Jadi Kakakmu menyuruh aku yang menggantikan Akashi. Aku dan Mido chin menjaga Kuro chin selama 6 bulan ini. Apa Kuro chin butuh sesuatu?."

"Air..aku, haus."

Murasakibara membangunkan Kuroko, menahan punggung Kuroko, dan memberinya air.

Setelah sudah, Murasakibara kembali menidurkan Kuroko.

"Terima kasih, sudah menjagaku."

"Sama sama. Kuro chin lapar tidak?."

"Sepertinya."

"Aku belikan bubur dulu, ya!."

Murasakibara segera keluar untuk membeli bubur.

Dan membeli camilan untuk dirinya sendiri.

Setelah itu dia kembali. Dan melihat Midorima sudah ada di kamar Kuroko.

"Mido chin sudah datang?."

Midorima menoleh.

"Baru saja sampai nanodayo."

Murasakibara menuangkan bubur ke mangkuk dan memberinya ke Midorima.

"Adikmu lapar. Suapi Kuro chin, ya."

"Kenapa tidak kau saja nanodayo?."

"Aku mau memakan camilanku, hehehe."

Midorima menggeleng saja dan segera mengambil bubur di tangan Murasakibara.

"Nii-chan, apa Nii-chan tidak tau Sei-kun dimana?."

"Tidak. Mungkin dia sudah dengan yang lain dan meninggalkanmu begitu saja nanodayo."

Sejujurnya Midorima kesal sekali dengan Akashi yang tiba tiba meninggalkan Kuroko tanpa alasan. Tapi Kuroko malah menanyakannya terus.

"Nii-chan, jangan seperti itu. Mungkin Sei-kun ada keperluan, ya kan?."

"Mungkin ada, dengan selingkuhannya nanodayo."

Midorima membenarkan letak kacamatanya.

"Nii-chan!."

Midorima menatap sinis Kuroko kala Kuroko menaikkan suaranya.

"Berhenti menanyakannya. Jika dia mencintaimu dia akan datang untuk melihatmu saat aku memberinya pesan singkat bahwa kau sudah sadar, tapi malah titan ini yang datang nanodayo."

Kata Midorima menunjuk Murasakibara yang sedang memakan maiubo nya.

Kuroko melirik Murasakibara yang sedang memakan maiubo.

"Aku khawatir sama Kuro chin, hehe."

Dan Kuroko kembali menatap Midorima.

"Mungkin Sei-kun sedang benar benar ada keperluan, Nii-chan."

"Teruslah berfikir positif, jika kau tiba tiba melihatnya di jalan dengan orang lain, apa kau masih bisa berfikir positif nanodayo?."

"Mido chin, sudahlah. Kasian Kuro chin nanti kepikiran yang tidak tidak."

Midorima menghembuskan nafasnya. Dan menatap Kuroko dengan tatapan teduhnya.

Kemudian Midorima membelai pipi Kuroko lembut.

"Maafkan aku, aku hanya tidak ingin dia menyakiti adikku yang paling kusayangi ini nanodayo."

Kuroko tersenyum dan menggenggam tangan Midorima dengan kedua tangannya.

"Terima kasih telah menyayangiku seperti aku adalah adik kandungmu sendiri. Aku juga menyayangi Nii-chan. Kalau sampai Sei-kun berselingkuh, aku tidak akan kembali dengannya lagi. Aku tidak ingin membuat Nii-chan khawatir karna aku."

Kuroko tersenyum lembut.

Dan Midorima mengecup kening Kuroko.

Walau Kuroko bukan adik kandungnya, tak ada alasan untuk tidak menyayanginya seperti adik kandungnya sendiri.

"Aku akan berusaha menjadi kakak yang baik. Maafkan aku jika aku salah menunjukkan rasa sayangku padamu nanodayo."

Kuroko mengangguk.

Tak lama ponsel Midorima berdering.

"Atsushi, kau lanjutkan suapi Kuroko dulu, aku akan mengangkat telpon sebentar nanodayo."

Setelah Midorima pergi mengangkat telpon, Murasakibara menyuapi Kuroko.

"Mido chin baik, ya?."

"Sangat. Dia selalu mengkhawatirkan aku seperti itu, walau aku bukan adik kandungnya."

"Murasakibara-kun, bagaimana perasaanmu jika melihat pacarmu berselingkuh? Apa kau akan memaafkannya atau akan mengakhiri hubungan kalian?."

Murasakibara sedikit bingung.

"Aku tidak pernah berpacaran sebelumnya, tapi jika dia sudah berani sekali untuk berkhianat, dia akan terus melakukannya jika ada kesempatan. Kurasa lebih baik aku mengakhiri hubungannya daripada terus dikhianati. Percuma dimaafkan juga, kalau dia terus mengulangi perbuatannya yang salah itu."

Kuroko tersenyum.

"Kau benar. Aku tidak ingin mempunyai seseorang yang berkhianat dan aku tidak suka dikhianati."

"Ya, benar. Jangan memaafkannya jika kau melihat pacarmu dengan pria/wanita lain!."

Kuroko terkekeh.

"Tidak akan. Aku pasti akan langsung memutuskannya!."

Midorima kembali.

Midorima melihat Kuroko yang sedang tertawa.

Rasanya sudah lama sekali Midorima tak melihatnya.

"Apa aku mengganggu?."

Kuroko menoleh.

"Nii-chan! kesini kesini! Aku sedang mengobrol dengan Murasakibara-kun."

Midorima menghampirinya.

"Membicarakan apa nanodayo?."

"Tadi Kuro chin bertanya jika pacarmu berselingkuh kita harus memaafkannya atau mengakhiri hubungannya."

"Putuskan saja. Pasti selingkuhannya juga kalah imut dengan adikku satu ini! Kuroko tidak akan rugi, kok. kehilangan seorang pengkhianat sepertinya!."

Kuroko kembali tertawa.

"Nii-chan, inikan hanya semisalnya. Jangan menanggapinya terlalu serius begitu dong, aku tidak benar benar berfikir bahwa jika Sei-kun akan menyelingkuhiku. Tapi jika itu pilihannya, aku tidak keberatan."

"Untuk mengakhiri hubungan kalian?."

Murasakibara bertanya.

"Diduakan, dong."

Midorima melebarkan matanya dan sudah membuka mulutnya untuk kembali protes.

Kuroko kembali tertawa saat melihat wajah kesal Midorima.

"Hanya bercanda, Nii-chan. Tidak ada yang ingin di duakan, aku salah satunya. Aku tidak akan mau kembali dengannya jika itu benar benar terjadi. Nii-chan tenang saja."

"Sepertinya kau sudah baik baik saja nanodayo."

"Ya, sepertinya. Badanku rasanya sudah baik baik saja. Aku ingin pulang, Nii-chan."

"Aku akan mengurus biayanya dulu. Jika sudah diizinkan, nanti malam aku akan langsung membawamu pulang ke rumah nanodayo."

Midorima pergi untuk membayar biaya perawatan Kuroko.

-🌻-

19.20

"Kaa-san. Tou-san."

Kuroko berlari kecil memeluk Ayah dan Ibunya kala dirinya sudah sampai di rumah.

"Tetsuya, kami merindukanmu.."

Ayah dan Ibunya memeluk anaknya dengan penuh sayang.

Kuroko senang, ternyata masih ada yang merindukannya.

"Maaf ya sayang tadi Ayah ada pekerjaan, dan Ibumu harus ikut dengan Ayah."

Kuroko menggeleng pelan.

"Tidak apa, Tou-san. Tadi Nii-chan dan temannya menjagaku, kok!."

Murasakibara menunduk sopan dan memperkenalkan diri.

"Karna sudah di sini, bagaimana jika kita makan malam bersama?."

"Eh? Tante, tidak usah repot repot, aku langsung pulang saja.."

Kuroko menarik Murasakibara.

"Ayolah, Murasakibara-kun. Tadi kan kau belum makan, sebentar saja tidak apa apa kok."

"Eh? Ya, tapi-"

"Sudahlah ikut saja nanodayo."

"Ya, baiklah. Permisi."

Murasakibara duduk di sisi kanan Kuroko, dan Midorima di sisi Kuroko.

"Itadakimasu."

Dan mereka mulai makan.

-🌻-

"Terima kasih makanannya. Aku akan pulang. Sampai jumpa, Kuro chin, Mido chin."

Kuroko melambaikan tangannya.

"Hati hati di jalan."

Setelah Murasakibara pergi, Kuroko menguap.

"Ayo tidur nanodayo."

"Eh? Ah, ya. Ibu, Ayah, Aku akan tidur duluan, ya. Aku ngantuk sekali."

"Ya. Selamat malam sayang."

"Selamat malam Ibu, Ayah."

Kuroko segera berjalan ke kamarnya. Tapi Midorima malah menariknya ke dalam kamar Midorima.

"Nii-chan!."

"Malam ini tidur denganku nanodayo."

"Tapi besok traktir aku vanilla shake, ya!."

"Dengan restoran restorannya juga akan kubelikan jika kau mau nanodayo."

Kuroko tertawa. Kakaknya memang paling bisa membuatnya tertawa.

Kuroko berbaring di kasur Midorima.

"Nii-chan memasang foto kecilku?."

Kuroko melihat bingkai foto yang berisi wajahnya saat masih kecil.

"Ya."

Kuroko menepuk nepuk sampingnya-menyuruh Midorima untuk ikut berbaring.

Midorima mengganti bajunya dan berbaring di samping Kuroko.

Midorima memeluk Kuroko, menyembunyikan kepalanya di dada Kuroko dan memejamkan matanya.

"Selamat malam, Nii-chan."

-🌻-

05.10

Kuroko mengerjapkan matanya dan menguap.

Kuroko sudah bersiap untuk sekolah hari ini.

Kuroko melepas pelukan Midorima, dan turun ke bawah untuk memasak sarapan.

"Sudah lama sekali aku tidak membuat sarapan, mungkin rasanya agak sedikit berbeda."

Setelah Kuroko selesai memasak, Kuroko pergi ke kamarnya untuk mandi.

Sepertinya badannya mengecil, buktinya bajunya sedikit kebesaran.

Tak lama Midorima membuka pintunya dengan kasar.

Membuat Kuroko reflek menoleh.

"Huft, kau ada di sini rupanya. Aku kaget saat bangun tidak ada kau nanodayo."

Kuroko terkekeh.

Midorima dengan muka bantalnya dan rambut berantakannya, terlihat sangat lucu dimata Kuroko.

"Nii-chan, mandi sana. Nanti terlambat loh."

"Ah ya, aku akan mandi."

Midorima kembali ke kamarnya dan segera bersiap.

-🌻-

"Ibu, Ayah, kami berangkat ya!."

Kuroko dan Midorima kemudian pergi.

"Murasakibara-kun?."

Kuroko melihat Murasakibara yang sepertinya sedang kebingungan di depan pagar rumahnya.

"Ada apa?."

Murasakibara menggaruk lehernya yang tak gatal.

"Aku hanya ingin berangkat bersama kalian, hehe."

"Kenapa tidak memencet bel nya? Apa Murasakibara-kun sudah makan?."

"Aku sudah makan kok."

"Ayo berangkat nanodayo."

-🌻-

Siapa yang sangka setelah sampai di sekolah teman teman nya sudah naik ke kelas dua dan Kuroko terpaksa harus mengulang.

"Yah, aku terpaksa mengulang, deh."

"Woah Kurokocchi!."

Kise yang berpapasan dengan Kuroko, langsung memeluk teman nya itu.

"Oi, Kuroko tidak bisa nafas nanodayo!."

Midorima menarik Kise agar segera melepas pelukannya.

"Heh, Midorimacchi jahat sekali ssu! Aku kan rindu sekali dengan Kurokocchi!."

"Kise-kun, lama tidak bertemu, ya."

"Ya, kau tertidur sangat lama ssu! Apa sekarang kau baik baik saja?."

"Ya, aku sudah baik baik saja sekarang."

"Ke kantin yuk!."

Kise menarik Kuroko agar ikut dengannya.

Midorima dan Murasakibara mengikutinya dari belakang.

"Ne, Kise chin. Apa kau melihat Akashi?."

"Heh? Tidak, tuh. Sudah seminggu dia tidak sekolah ssu."

Mereka kembali melanjutkan perjalanan.

Saat sudah sampai di kantin, Kuroko melihat seseorang yang seperti tak asing dari melihat warna rambutnya.

"Itu, seperti..Sei-kun."

Kenapa Akashi duduk berdua dengan Perempuan? Mereka sedang bermesraan di depan Kuroko.

Apa itu? Kenapa mereka terlihat seperti sepasang kekasih?.

Kuroko menghampirinya, tak menghiraukan panggilan kakak dan teman temannya.

"Are, ternyata memang Sei-kun. Ternyata memang sudah memiliki orang lain, ya?."

Akashi reflek menoleh ke arah suara yang benar benar ia kenali. Suara yang sudah sangat lama ia rindukan.

"Tetsuya-"

"Jangan panggil namaku seperti itu. Apa yang kau lakukan di sini bersama orang lain?."

Kuroko menoleh ke arah perempuan yang sedang menatapnya takut takut.

"Tidak perlu takut, kau tau, merebutnya dariku, kau bisa membuktikan bahwa seseorang yang kau kira baik, tak selamanya baik. Ada kalanya ia bosan menunggu yang tak pasti, dan ia pergi mencari yang lain-"

Kuroko kembali menatap Akashi yang juga sedang menatapnya dengan memohon.

"Kita putus saja. Kau sudah tidak membutuhkanku, kan?."

"Tetsuya-"

"Kubilang jangan memanggilku seperti itu, Akashi-kun."

Ada penekanan di setiap perkataannya.

Midorima dan Murasakibara tak ikut campur. Biarlah itu urusan mereka berdua.

"Maafkan aku, tolong jangan putus dariku."

"Lalu apa? Kau mau menduakanku? Aku tidak mau."

Akashi menggenggam tangan Kuroko.

"Kumohon, aku akan memutuskannya! Kumohon, jangan tinggalkan aku."

"Kau akan meninggalkannya demiku? Aku tidak ingin. Kalau begitu, suatu saat kau bisa saja kan, meninggalkanku demi orang lain? Aku tidak ingin kembali bersama dengan pengkhianat sepertimu, Akashi-kun."

Akashi menggebrak meja kantin, membuat Kuroko terlonjak kaget.

"Kau pikir aku bisa sabar begitu saja sampai menunggu kau kembali bangun dari tidurmu yang panjang itu hah?!."

Oh, Akashi membentaknya.

Sungguh Kuroko yang malang.

Sebenarnya di sini siapa yang salah?.

Kenapa jadi Kuroko yang dibentak seperti ini?.

Saat Midorima ingin menghampirinya, dia lebih dulu ditahan Murasakibara.

"Kau pikir salah siapa sampai aku jadi seperti ini?-"

Kuroko sudah menggigit bibirnya, suaranya bergetar.

Kuroko mengambil nafas dalam dalam, dan membuangnya.

"Sudahlah, memang benar seharusnya kita putus saja. Anggap aku yang salah agar kau puas. Aku akan mengembalikan uang yang tiap bulan kau bayarkan untuk pengobatanku. Jangan kembali padaku lagi. Aku tidak menginginkanmu. Pergilah dengan perempuan itu. Jangan menyakitinya seperti kau menyakitiku. Ja ne, Akashi-kun."

Kuroko segera pergi dari kantin, hampir semua mata tertuju padanya.

Kuroko terus berjalan, Kuroko tidak tau mau kemana.

"Kuroko.."

Kuroko reflek menghapus air matanya dan menoleh ke arah kakaknya.

"Jadi selama ini memang salahku, ya?."

"Tidak, kau tidak salah. Lelaki itu memang bajingan. Aku akan mengurusnya nanti nanodayo."

"Nii-chan ke kelas saja. Aku juga akan pergi ke kelas. Dah, Nii-chan."

Kuroko segera pergi.

Dirinya tak benar benar pergi ke kelas.

Kuroko masuk ke salah satu bilik kamar mandi.

Kuroko duduk di kloset. Meratapi nasib malangnya di hari pertama kembali sekolah.

"Jika saja waktu itu aku tidak mengenalnya dan mencintainya, pasti tidak akan sesakit ini untuk melepasnya."

Bodohnya Kuroko.

Memangnya mana ada yang mau menunggunya untuk bangun selama setahun tanpa bosan?.

"Yah, aku tidak menyalahkannya sih. Cuma, kan dia bisa memutuskanku saja daripada memacari perempuan lain."

-🌻-

08.10

Kuroko membasuh wajahnya dan keluar dari kamar mandi.

"Kuro chin tidak masuk kelas?."

Kuroko tersentak.

"Aku, aku habis..etto, habis buang air kecil!."

"Masa, sih? Kok lama sekali?."

Murasakibara menatap wajah Kuroko dari dekat.

"Tuh, matamu merah. Pasti habis nangis, kan?."

Tunjuk Murasakibara.

"T-tidak, kok. Untuk apa juga aku menangisi orang sepertinya!."

Murasakibara mengelus surai biru milik Kuroko.

"Kalau begitu, masuk ke kelasmu sana."

"Ya. Sampai nanti, Murasakibara-kun."

Kuroko kembali ke kelasnya.

-🌻-

(Anggap itu AkaKuro). //plak (ditampar yang menyukai AkaKuro)

Bel pulang telah berbunyi. Tinggal Kuoko seorang di kelasnya yang sedang menunggu sang kakak menjemputnya.

Bukannya kakaknya yang datang, malah Akashi.

"Ada apa?."

"Aku minta maaf, Kuroko. Kumohon kembali padaku."

"Aku sudah mengatakannya, kan? Aku tidak ingin kau kembali padaku."

"Kumohon, aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi, jadi, kumohon, mari kita mengulanginya sekali lagi, beri aku kesempatan sekali lagi."

Siapa yang menyangka Akashi akan sampai bersujud dan memohon agar Kuroko kembali padanya?.

Kuroko berjongkok di depan Akashi.

"Kau tau? Aku mencarimu setelah aku terbangun. Aku seperti anak anjing yang sudah dibuang mencari majikannya saat kau meninggalkanku selama 6 bulan. Saat aku mencoba untuk berfikir positif, seperti ini kelakuanmu? Tidak bisakah kau sedikit lebih bersabar lagi untuk menunggu aku terbangun? Kau tau kan, aku paling tidak suka di khianati, Akashi-kun."

Akashi menatap Kuroko yang matanya sudah berkaca kaca.

"Maafkan aku, itu salahku. Kumohon, Kuroko.."

Kuroko menggeleng.

"Aku sudah memaafkanmu, tapi, jika kembali denganmu, aku tidak bisa. Maaf ya, aku akan mengganti uangmu kalau uangnya sudah ada."

Akashi menggigit bibirnya.

Bukan uang yang dia inginkan untuk kembali.

"Aku hanya menginginkanmu untuk kembali padaku, bukan uang itu.."

Kuroko sedikit tersentak melihat Akashi menangis.

Pertama kalinya Kuroko melihat Akashi menangis, dan itu karnanya.

Kuroko membawa Akashi ke dalam pelukan yang sangat nyaman.

Pelukan yang menenangkan.

"Kenapa tiba tiba kau menjadi cengeng, Akashi-kun? Padahal kan kau hanya kehilanganku."

Hanya?.

Akashi memang bodoh.

"Maafkan aku, aku memang manusia paling bodoh yang rela kehilanganmu yang sangat tulus mencintaiku hanya karna rasa bosanku yang sementara ini."

Akashi memeluk Kuroko, erat sekali.

Mungkin ini adalah pelukan perpisahan bagi mereka berdua.

Kuroko mengusap lembut punggung Akashi.

"Tidak apa, salahku juga karna terlelap terlalu lama. Maafkan aku, Akashi-kun."

Tak lama Midorima dan Murasakibara sudah ada di kelas Kuroko.

Apa ini?.

"Menjauh kau dari adikku, sialan!."

Midorima segera menarik tubuh Akashi agar menjauh.

"Nii-chan!."

"Jangan pernah kau sentuh adikku lagi. Tidak sudi aku adikku disentuh oleh orang sepertimu nanodayo!."

"Nii-chan jangan berkata seperti itu kepada Akashi-kun. Itu terlalu jahat."

Midorima menoleh.

"Terlalu jahat kau bilang? Dia sudah selingkuh, dan aku hanya memperingatinya agar tak kembali mendekatimu, mana yang lebih jahat, Kuroko?."

Yah, kakaknya jadi seram sih jika sudah menyangkut dirinya.

"Nii-chan. Akashi-kun memang salah, tapi jangan seperti ini caranya. Nii-chan bisa memberitahunya secara baik baik saja, kan?."

"Kau terlalu baik, Kuro chin. Kalau aku sih, langsung kuhajar ditempat."

"Kekerasan itu tidak baik. Itu tidak akan menyelesaikan masalah."

"Aku sungguh minta maaf, aku tidak akan meminta Kuroko untuk kembali padaku lagi. Orang sebaik dirinya memang tidak pantas denganku."

"Ya benar, kau bajingan."

Midorima menatapnya sinis.

"Nii-chan."

"Akashi-kun, maaf. Sebaiknya kau pergi saja, kakakku sedang kesal dan dia nantinya malah makin menyakitimu dengan perkataannya, maaf ya."

Akashi tersenyum dan segera pergi dari sana.

Terlihat Midorima yang masih sangat kesal.

"Nii-chan, sudahlah. Lagian masalah ini sudah selesai, kok. Aku tidak akan kembali pada Akashi-kun lagi. Itukan yang Nii-chan inginkan?."

"Jadi kau melepaskannya bukan karna kemauanmu sendiri?."

Murasakibara membuka suaranya.

"Aku memang tidak ingin menerimanya lagi. Dan Nii-chan juga pasti akan memarahiku jika aku tidak melepaskannya. Dan sekarang, kami sudah benar benar selesai. Sudah tidak ada lagi Akashi-kun dihatiku."

Midorima menghembuskan nafas beratnya.

"Ayo pulang."

Midorima jalan lebih dulu.

"Murasakibara-kun, apa kau pernah melihat Nii-chan marah?."

"Baru kali ini."

"Lucu, kan? Nii-chan selalu marah jika ada yang menyakiti atau menjahiliku. Dia melindungiku dengan sangat, walaupun aku bukan adik kandungnya. Aku sangat menyayanginya, loh."

Murasakibara tersenyum.

"Kuro chin sayang aku tidak?."

Kuroko terkekeh.

"Tidak, ah. Nanti Murasakibara-kun menyakiti-

Woah!."

Kuroko yang tiba tiba digendong Midorima pun reflek memeluk leher kakaknya.

"Walaupun kau bukan adik kandungku, aku selalu menyayangimu seperti ini. Maafkan aku jika aku berlebihan, aku hanya tidak ingin kau disakiti orang lain nanodayo."

Kuroko menatap Midorima. Kuroko memegang kedua belah wajah Midorima.

"Aku tau, kok. Nii-chan selalu melindungiku seperti ini, tapi itu tidak perlu, aku bisa menyelesaikannya dengan caraku sendiri. Jadi Nii-chan tenang saja. Aku sudah besar, aku bisa memilah mana yang benar dan salah."

Midorima melayangkan satu kecupan di kening Kuroko.

"Aku menyayangimu."

Kuroko pun mengecup hidung Midorima.

"Aku juga menyayangi Nii-chan."

Dan Kuroko kembali memeluk leher Midorima, menatap Murasakibara dibelakangnya yang sedang asik menonton pertunjukan kakak beradik yang sedang saling mengungkapkan perasaan sayangnya.

"Murasakibara-kun, aku mau."

Murasakibara menyuapi Kuroko Maiubo yang sudah ia gigit tadi.

"Mido chin ternyata bisa luluh dihadapan Kuro chin, nya."

Midorima membenarkan letak kacamatanya.

"Urusai nanodayo."

Kuroko terkekeh.

"Ya, dia selalu seperti itu."

"Kuroko, kau juga?!."

Kuroko dan Murasakibara tertawa.

"Lihat? Pasti setelah ini Nii-chan akan merajuk padaku. Dia selalu melakukannya jika aku mengejeknya."

"Kuroko, diam atau tidak kubelikan vanilla shake nanodayo."

"Kalau cuma vanilla shake sih, aku bisa membelinya sendiri dengan uang jajanku, kok."

"Kuroko, dasar kau-"

"Ahaha, gomen gomen, geli, Nii-chan. Ah, maaf maaf, aku minta maaf."

-🌻-

1 bulan kemudian.

Sudah satu bulan ini, kedekatan Murasakibara dan Kuroko semakin terlihat.

Kali ini Murasakibara sedang mengunjungi Midorima.

Kuroko disuruh membuatkan minuman, dan membawanya ke kamar Midorima.

"Oh, Kuro chin."

"Murasakibara-kun, sedang apa?."

"Aku sedang belajar bersama Mido chin."

Kuroko ikut tengkurap di samping Murasakibara.

Kuroko melihat lihat catatan Murasakibara.

"Heh, jadi seperti ini ya pelajaran di tingkat akhir? Kelihatannya susah sekali."

"Iya, aku juga tidak mengerti ini. Makannya aku bertanya pada Mido chin."

Kuroko mengangguk mengerti.

"Nanti malam, Kuro chin ingin pergi jalan jalan denganku tidak?."

Kuroko menatap Murasakibara yang juga tengah menatapnya.

"Kemana?."

"Ke cafe ku. Aku traktir. Setelah dari cafe, Kuro chin boleh mengajakku ke tempat yang Kuro chin ingin kunjungi. Bagaimana?."

Kuroko melirik Midorima.

"Nii-chan? Boleh aku pergi dengan Murasakibara-kun?."

"Jangan pulang larut malam nanodayo."

"Wah, terima kasih Nii-chan!-

Mari kita pergi, nanti malam, jam berapa?."

"Jam 7 aku jemput, ya."

"Baiklah."

Kuroko tersenyum lembut ke Murasakibara.

"Ah, Kuro chin lucu sekali."

Bagaimanapun, Kuroko terlalu lucu untuknya.

Murasakibara menarik kedua pipi Kuroko.

Kuroko memegang tangan besar Murasakibara.

"Swakit, lwepwaskwan."

Kuroko melepas tangan Murasakibara.

"Makannya jangan lucu lucu dong, Kuro chin."

Murasakibara tersenyum jahil dan mengacak surai Kuroko.

Sebenarnya Midorima itu mereka anggap patung atau apa, sih?.

Kenapa mereka asik sekali?!.

"Ehem! Kita jadi belajar atau tidak, ya? Jika tidak, lebih baik kau pergi dari rumahku nanodayo."

Kuroko terkekeh.

"Haha, maafkan aku mengganggu acara belajar kalian. Aku akan ke kamarku saja."

Kuroko segera pergi ke kamarnya.

"Mido chin, Kuro chin nya jadi pergi deh."

Midorima memberi wajah kesalnya.

"Sebenarnya kau kemari ingin belajar atau hanya ingin melihat adikku nanodayo?!."

Murasakibara memegang dagunya, berpose seperti sedang berpikir.

"Hmm, dua duanya mungkin?."

-🌻-

19.01

Bel rumah berbunyi, menampilkan seseorang berbadan besar dari balik pintu.

"Selamat malam, Tante. Boleh aku mengajak Kuro chin pergi? Aku akan mengantarnya kembali sebelum pukul 11 malam."

"Malam, Murasakibara-kun. Boleh, kok. Silakan masuk dan duduk dulu, akan kupanggilkan Tetsuya dulu, ya."

Setelah itu Ibunya ke atas untuk memanggil Kuroko.

Cklek

"Tetsuya, Murasakibara-kun ingin mengajakmu pergi. Cepatlah."

"Iya Ibu, aku akan turun."

Kuroko merapihkan pakaiannya, dan berkaca dulu sebelum pergi.

Pas sekali, saat Kuroko keluar, Midorima juga keluar.

"Nii-chan! Aku pergi, ya."

"Hati hati nanodayo."

Kuroko mengangguk.

"Sampai nanti, Nii-chan."

Kuroko segera turun dan menemui Murasakibara.

"Maaf membuatmu menunggu, Murasakibara-kun."

"Langsung saja, ya. Keburu malam."

Murasakibara menggenggam tangan Kuroko dan mengajaknya pergi.

-🌻-

"Jadi, ini cafemu?."

"Ya. Aku mendapat modal dari Ayahku, karna aku suka membuat kue, jadilah cafe ini. Aku memperkerjakan beberapa koki yang menurutku baik dalam membuat kue, jadi saat aku ada keperluan mendadak aku bisa pergi dengan tenang."

"Murasakibara-kun hebat, ya."

"Terima kasih. Mau mencoba menu lain? Biar aku pesankan untukmu."

"Memangnya tidak apa apa?."

"Pesan saja apapun yang Kuro chin mau. Tidak apa apa kok."

Kuroko tersenyum kecil.

"Terima kasih, Murasakibara-kun."

"Ah, lucunya lucunya, aku ingin memakan Kuro chin."

Murasakibara mengacak rambut Kuroko.

"Eh? Tapi aku bukan makanan."

Murasakibara terkekeh.

"Bukan itu maksudnya, dasar. Kau ini polos sekali."

Malam itu mereka mengobrol random sekali, bercanda, tertawa, sampai Murasakibara bertanya.

"Kuro chin tidak mau ke suatu tempat?."

"Eh? Aku?."

Murasakibara mengangguk sambil menyesap jus nya.

"Aku, ingin ke toko buku."

"Kutemani yuk."

Kuroko tersenyum dan mengangguk.

Mereka segera menghabiskan makanan dan minumannya, dan segera ke toko buku.

-🌻-

21.20

"Sudah?."

Kuroko mengangguk dan menunjukkan kantung belanjaannya yang berisi buku buku.

"Kita mau kemana lagi, Murasakibara-kun?."

"Ikut aku sebentar, ya."

Murasakibara kembali menggenggam tangan kecil Kuroko.

Mereka berjalan ke taman.

Taman nya tidak terlalu gelap tapi tidak juga terlalu terang.

Mereka duduk di kursi taman.

"Kuro chin, bagaimana dengan hatimu? Apa Aka chin masih berasa di sana?."

"Kenapa tiba tiba?."

Murasakibara tersenyum.

"Hanya bertanya."

"Sebenarnya, rasa cintaku langsung tergantikan rasa kecewa saat melihat Akashi-kun selingkuh. Siapa yang ingin di duakan? Tidak ada. Sejak saat itu, rasaku menghilang. Bahkan untuk sekedar menerima orang baru saja rasanya aku tidak bisa. Aku masih takut."

Kuroko tersenyum kecil ke arah Murasakibara.

Apa Murasakibara harus menyatakan perasaannya disaat seperti ini?.

"Ada apa, Murasakibara-kun?."

Murasakibara menggenggam kedua tangan Kuroko. Walau nantinya akan tertolak, yang terpenting nyatakan dulu saja.

"Aku mencintaimu."

Sebentar..

Kuroko bingung.

"Eh?."

"Kuro chin, mungkin ini waktu yang tidak tepat. Tapi aku ingin mengungkapkannya. Selama ini aku menantimu. Aku tidak begitu romantis, tapi aku akan selalu ada jika kau membutuhkanku. Aku akan menjadi tempatmu bersandar kapanpun kau butuh. Kuro chin, maukah kau menjadi pacarku?."

Bagaimana ini?.

Jantung Kuroko sudah berdegup tidak karuan.

"Etto.."

Murasakibara tersenyum.

"Tidak apa jika kau menolakku sekarang. Aku tau kau-"

Cup

Kuroko tiba tiba mencium bibir Murasakibara, dan berhasil membuat Murasakibara terkejut.

"Aku, mau..kok."

Kuroko membuang wajahnya ke segala arah dan menjawab dengan wajah meronanya.

Murasakibara tidak salah dengar, kan?.

"Sungguh?!."

"Y-ya, kurasa Murasakibara-kun baik. Jadi, tidak ada salahnya, kan? Jika aku mencoba membuka hatiku kembali untuk orang lain."

Murasakibara tersenyum.

Benar, karna perbuatan satu orang yang telah membuatmu kecewa, bukan berarti kau harus menutup hatimu untuk orang yang telah memperjuangkanmu.

"Aku mencintaimu, Kuro chin."

Murasakibara memeluk tubuh mungil Kuroko.

"Aku-"

Cup

Kali ini Mirasakibara yang mencium bibir Kuroko.

Manis.

Murasakibara menggerakkan bibirnya, dan Kuroko membalasnya.

Kuroko mengalungkan tangannya di leher Murasakibara.

Dalam hati Kuroko berdoa semoga Murasakibara bisa menjaga selalu perasaan Kuroko dan tidak mempermainkannya.

Mereka hanya saling memagut di bawah cahaya rembulan sampai nafas keduanya telah menipis.

Mereka melepaskan pagutannya, dengan wajah Kuroko yang sudah sangat memerah.

Murasakibara bisa melihatnya, walaupun pencahayaannya sedikit redup.

"Aku juga, mencintaimu."

Murasakibara mengecup kening Kuroko dan mengajaknya untuk pulang.

"Kita pulang, ya? Sudah malam, nanti aku dimarahi Mido chin."

Kuroko mengangguk.

"Umm."

-🌻-

"Selamat malam. Selamat beristirahat."

Murasakibara mengecup kening Kuroko sekali lagi sebelum benar benar pergi.

Dan membuat Kuroko kembali merona.

"Selamat malam, Murasakibara-kun. hati hati di jalan, ya."

"Ya, aku akan mengabarimu saat aku sudah sampai."

Murasakibara tersenyum dan mengusap surai biru Kuroko, kemudian dirinya segera pulang.

Kuroko masuk dengan wajah meronanya. Dan berpapasan dengan Midorima di dapur.

"Kenapa dengan wajahmu nanodayo?!."

"H-hah? T-tidak kenapa kenapa, kok."

Kuroko langsung berlari dan masuk ke kamarnya.

"Jangan berlari di tangga nanodayo!."

"Y-ya!."

"Ada apa dengannya nanodayo?."

Midorima menggeleng pelan.

Adiknya aneh sekali.

Haruskah dia bertanya pada Murasakibara?.

Midori
Oi, apa yang kau lakukan pada adikku?.
Kenapa wajahnya memerah saat dia pulang tadi nanodayo?!.

Atsushi
22.15
Heh? Kenapa, ya?.
Aku hanya mengecup keningnya tadi sebelum pergi..
Read

Midorima membelalakkan matanya.

"Apa?!."

Midorima langsung berlari ke kamar Kuroko.

Dan menggedor gedor pintu kamar Kuroko, karena kamarnya dikunci.

"Kuroko, buka nanodayo."

Kuroko pun gelagapan.

Pasti kakaknya sudah tau.

Bagaimana ini?.

"A-aku, aku sudah tidur! Jangan mengganggu orang tidur, itu tidak baik!."

"Itu kau masih berbicara, tandanya kau belum tidur nanodayo! Buka pintunya."

Kuroko membekap mulutnya sendiri.

Kenapa bodoh sekali dirinya.

Kuroko masih bingung.

Pasti nanti kakaknya akan mengintrogasi dirinya.

"Buka pintunya atau aku dobrak nanodayo."

Akhirnya Kuroko membuka pintunya.

"Aku bisa menjelaskannya, Nii-chan!."

"Hah, akhirnya dibuka juga."

Midorima masuk ke kamar Kuroko.

"Apa yang kalian lakukan? Kenapa katanya Murasakibara mengecup keningmu tadi?."

Midorima menunjukkan chat nya dengan Murasakibara.

Kuroko menatap tak percaya layar HandPhone Midorima.

"Kenapa dia sangat jujur, sih?."

"Apa yang kau sembunyikan?! Apa yang kalian lakukan nanodayo?!."

"Kami, berpacaran, hehe."

Midorima menganga tak percaya.

"APA?!."

-🌻-

4 Tahun sudah mereka menjalani hubungan mereka.

Hari ini hari ulang tahun Kuroko yang ke 20.

Murasakibara merencakan akan membuat kejutan kecil untuk Kuroko.

Tiing!

Murasakibara-kun❣️
Selamat pagi, Kuro chin.
Jangan lupa ya nanti bertemu di cafeku pukul 10!.

Kuro
Selamat pagi.
Aku tidak akan lupa.

-🌻-

Murasakibara melancarkan aksinya saat Kuroko sudah berada di cafenya.

Murasakibara menyuruh teman teman, dan keluarga Kuroko untuk menghias rumah mereka sebelum Kuroko pulang.

-🌻-

15.25

"Baiklah, Aku pulang dulu ya, Murasakibara-kun."

"Iya. Maaf aku tidak bisa mengantar, aku sedang ada urusan penting nih, hehe."

"Tidak apa, sampai jumpa."

Kuroko segera pulang.

Sesampainya di rumah, Kuroko menyatukan alisnya.

"Kenapa gelap sekali? Apa tidak ada orang di rumah?."

Kuroko menyalakan lampu.

"OTANJOUBI OMEDETOU, KUROKO."

Wah, teman temannya, ayah, ibu, kakaknya, termasuk Murasakibara, juga ada di sana.

Kuroko sedikit terisak.

"Ah, kalian mengingatnya?."

"Sebenarnya aku diingatkan Ibu nanodayo."

"Aku juga diingatkan Kise."

"Aku juga diingatkan-"

"AH KALIAN MENYEBALKAN SEKALI, MASA TIDAK ADA YANG MENGINGATNYA SENDIRI."

Murasakibara kemudian menghampiri Kuroko.

Murasakibara tersenyum dan berjongkok di depan, menggenggam tangan Kuroko sambil menyodorkan hadiah.

"Selamat ulang tahun, Kuro chin. Ini hadiah untumu, hehe."

"Apa, ini..?."

Itu cincin! Mata Kuroko masih sehat untuk bisa melihat apa yang sedang dipegang Murasakibara.

Murasakibara tersenyum.

"Aku merasa kita sudah lama berpacaran, daripada kau direbut orang lain, lebih baik aku mengikatmu dulu. Jadi, maukah kau menjadi istriku?."

Kejutan yang luar biasa sekali.

Kuroko sudah sesenggukan loh dibuat mereka.

"Kau, hiks."

"Kenapa menangis?."

Murasakibara menghapus air mata Kuroko.

"Huaaaa aku terharu sekali."

"Jadi, bagaimana?."

Murasakibara masih setia menggenggam tangan Kuroko.

Kuroko melihat Ayah dan Ibunya, mereka mengangguk setuju.

Tapi kakaknya malah menatapnya tajamT^T

Apa salahnya T^T

"Nii-chan?."

"Terserah kau saja. Kan kau yang akan menikahinya nanodayo."

Kuroko kembali menatap Murasakibara.

"Etto, emm, y-ya, aku mau menjadi istrimu."

Sorak gembira terdengar dari ruangan itu.

"Sungguh kau menerimanya?!."

Kuroko mengangguk.

"Ya."

Kuroko tersenyum manis, Murasakibara bangkit dan memasangkan cincin yang telah ia beli, dan memeluk Kuroko.

Mereka saling mendekap, seakan tak ada hari esok untuk bisa saling mendekap satu sama lain.

Tak lama Kuroko melepas pelukannya, dan menatap mata Murasakibara.

"Ini hadiah teristimewaku, terima kasih. Aku sangat mencintaimu, Murasakibara-kun."

Kuroko sedikit berjinjit untuk menarik kerah baju Murasakibara, dan mengecup bibirnya sebentar.

Murasakibara ingin sekali membalasnya dengan ganas, tapi ada orang tua Kuroko di sana, terlebih nanti pasti dia akan kena semprot Midorima.

Murasakibara sedikit menunduk untuk bisa mencapai kening Kuroko, lalu ia menciumnya, lama.

"Aku juga mencintaimu."

Mereka berdua tersenyum bahagia.

"Aku akan membalasnya nanti."

Murasakibara membisikkan Kuroko, bahwa dia akan membalas ciumannya nanti.

Setelah tiup lilin dan potong kue dan acara selesai, Kuroko mengajak Murasakibara ke kamarnya.

"Murasakibara-kun, terima kasih ya-"

Kuroko melebarkan matanya kala Murasakibara tiba tiba mendorong tubuhnya ke atas kasur dan Murasakibara sudah berada di atasnya.

Murasakibara mulai mencium lembut bibir Kuroko.

'Jadi maksudnya ini saat kau bilang akan membalasnya nanti?.'

Kuroko tersenyum kecil. Dia mulai memejamkan matanya dan mengalungkan tangan nya di leher Murasakibara.

Mereka saling mengemut, dan menghisap.

Murasakibara merubah posisinya menjadi duduk dan mengangkat tubuh kecil Kuroko agar menjadi di atas pangkuannya.

Mereka sedang mengatur nafasnya, saling menatap, dan kembali saling melumat lagi.

Murasakibara sedikit lebih liar menciumnya, membuat Kuroko sedikit susah mengimbangi permainan.

Murasakibara mengelus punggung Kuroko.

Sampai Kuroko kehabisan nafas, Murasakibara menyudahi ciuman mereka.

Murasakibara mencium setiap inci wajah Kuroko.

Kening, mata, hidung, pipi, dan terakhir di bibir.

"Aku, mencintaimu..sangat mencintaimu."

"Aku juga mencintai Murasakibara-kun. Sangat sangat sangat mencintai Murasakibara-kun."

Ternyata penantian Murasakibara sudah terbayarkan dengan Kuroko mau menerimanya. Murasakibara berjanji dengan dirinya sendiri tidak akan pernah menyakiti hati si birunya yang manis.

Murasakibara akan menjaga Kuroko. Dia berjanji.

Dan mereka kembali berciuman sampai Midorima tiba tiba masuk ke kamarnya dan mengganggu acara mereka berdua.

-END-

----------------------

finally I wrote this story as much as 5289 words.😂

Gatau ini manis atau enggak, aku masukin beberapa moment MidoKuro sama MuraKuro aja hehe.

Maaf ya jika kurang puas atau gimana, akupun hanya menyalurkan ide yang terlintas dipikiranku aja lewat tulisan.

Maafin kalo ada yang kurang dan terutama kurang manis T^T

See You!.

💝

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top