29. Berpisah?


.

.

.

Hari terakhir berada di Korea membuat aku dan Ayudia jadi sedikit kalap. Beberapa aksesoris, perlengkapan make up, sampai pakaian dan beberapa makanan ringan kami beli untuk dibawa pulang ke Indonesia sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan rekan kerjaku di penerbitan. Sampai kami sendiri kaget melihat hasil buruan kami selama setengah hari mengelilingi Seoul.

"Kayaknya kita harus charger tenaga dulu, deh, Lav," saran Ayudia saat kami selesai membeli beberapa gantungan kunci berbentuk namsan tower.

"Mau makan di mana?"

"Gue pengin makan seafood deh rasanya."

"Seafood mah di Indonesia juga banyak. Yang lain."

"Apa, ya. Gue belom search lagi makanan apa yang perlu dicoba. Lo ada saran nggak?"

"Gimana kalo makan Samgyeopsal?"

"Setuju. Kenapa juga gue nggak kepikiran makanan itu, ya? Padahal sering nongol juga di drama-drama Korea." Ayudia menepuk jidatnya pelan. "Lo tahu tempatnya?"

"Gampang, bisa dicari di internet, kok."

***

Selagi menunggu pesanan kami datang, aku mengambil ponsel dari sling bag yang kupakai dan mencoba melihat-lihat foto yang tadi kuambil saat di perjalanan menuju restoran ini. Wah, ternyata foto Ayudia lebih mendominasi. Saat aku sedang sibuk melihat-lihat foto itu, kembali aku teringat dengan pesan yang dikirim Janu tadi malam, dan itu benar-benar membuat aku jadi sulit tidur. Aku bahkan tidak membalas pesannya itu karena terlalu syok dengan fakta itu.

Pikiran-pikiran burukku bekerja sangat baik setelah menerima pesan itu. Pikiran seperti; ternyata rumor itu benar adanya. Apakah Janu menjalin hubungan dengan salah satu member TCN? Soalnya, Janu memang sering dipasang-pasangkan dengan salah satu member TCN.

Ah, memikirkannya benar-benar membuatku sebal. Aku tahu aku bukan siapa-siapa, hanya seorang fans.

"Kenapa lo?" tanya Ayudia.

"Hah? Oh, nggak pa-pa." Ayudia memang belum tahu perihal pesan itu, dan aku nggak berniat untuk memberitahukannya. Dan lebih baik memang seperti itu.

"Yakin? Kok gue ngerasa lo lagi nyembunyiin sesuatu, ya? Apa? Soal tante Hina? Atau ... Janu?" tebak Ayudia asal.

Beruntung pesanan kami datang dan aku nggak perlu mencari-cari alasan lagi untuk nggak memberitahukannya pada Ayudia. "Yeay, udah dateng, nih."

"Thankyou," ujar Ayudia setelah pelayan itu meletakkan semua pesanan kami di atas meja.

Selagi menikmati hidangan kami, aku dan Ayudia sama sekali nggak banyak ngomong dan memilih untuk benar-benar menikmati makanan yang ada di atas meja. Ini benar-benar enak, sih. Aku tipikal yang nggak terlalu suka makan daging karena sering nyempil di gigi, tapi daging sapi di restoran ini beneran nggak alot, jadi enak banget dikunyah. Belum lagi kalo udah digabungin sama daun perilla dan selada. Sumpah, ini enaaknya kebangetan.

"Kayaknya kita kudu nambah dagingnya nggak, sih? Enak banget asli," ujar Ayudia menyuarakan isi kepalaku.

"Gue sih yes."

Maka, kami benar-benar menambah satu porsi daging lagi dan memakannya tanpa sisa. Jujur, aku heran sama orang yang suka menyisa makanan yang itu rasanya enak banget. Bisa-bisanya gitu mereka menyisakan kenikmatan di tetes terakhir.

"Secinta itu gue sama dagingnya, Lav."Aku terkekeh seraya menyeruput minuman soda yang kupesan. "Apa gue harus bawa pulang juga?"

"Terserah lo, sih."

"Gue tandai resto ini. Bakalan wajib banget gue datengin kalo ke Korea lagi nanti. Semoga resto ini nggak tutup atau semacamnya, deh."

"Hahah, udah secinta itu ya."

"Hooh, kalo kata orang, gue ini udah jatuh cinta pada pandangan pertama."

Aku tertawa geli melihat ekspresi lebay Ayudia yang benar-benar memuji piring kosong yang ada di depannya. Matanya berbinar kagum. Inget banget aku sama tatapan itu, mirip-mirip saat Ayudia menatap Ji Hyun perform.

Berbicara soal Ji Hyun, aku sudah menyiapkan hadiah untuknya dan untuk Chen juga tentunya. Hadiah yang ... memang nggak seberapa, tetapi sengaja kubeli untuknya. Aku membeli dua buah gantungan ponsel, untuk Ji Hyun berbentuk hamster lucu, dan untuk Chen yang berbentuk dolpin. Akan aku kirimkan nanti malam.

***

"Yu, bangun. Kita harus siap-siap buat ke bandara."

"Hmm, lo duluan yang mandi. Gue masih mau tidur bentar."

"Dasar."

Aku masuk ke dalam kamar mandi lebih dulu dan melakukan ritual pagiku. Kami harus segera bersiap-siap karena akan kembali ke Indonesia pukul sepuluh nanti. Agak berat rasanya membayangkan meninggalkan Korea, tetapi tidak mungkin juga aku dan Ayudia harus tinggal di sini sementara kerjaan kami di Jakarta pasti sudah menumpuk.

"Bangun, Yu. Gue udah mandi, nih. Giliran lo. Cepetan."

"Hmm, iya."

Untungnya tadi malam kami sudah membereskan barang-barang yang akan dibawa pulang, jadi kami nggak perlu lagi grasa-grusu pagi ini. Aku tinggal bersiap-siap dan keluar membeli sarapan untuk kami.

Sementara Ayudia mandi, aku memutuskan untuk keluar dan membeli beberapa sandwich dan hotdog untuk kami makan di perjalanan menuju bandara. Karena memiliki waktu beberapa menit, aku benar-benar menikmati suasana pagi kali ini sambil memperhatikan semua orang yang berlalu-lalang.

Aku memutuskan untuk membeli sandwich dan hotdog di toko terdekat. Dan setelah memesan, aku segera kembali ke hotel karena aku nggak ngasi tahu Ayudia sedang keluar. Namun, di saat aku sedang terburu-buru menuju lift, seorang pegawai hotel menahanku dan memintaku untuk menunggu sebentar.

"Ini ada paket untuk nona," ucapnya seraya menyerahkan sebuah paket berukuran sedang.

Aku langsung menelan saliva karena teringat kembali dengan paket berisi burung gagak yang sudah mati itu. Kemudian, dengan tangan sedikit gemetar aku menerima paket itu.

"Dari siapa, ya?" tanyaku setelah paket itu berada di tangan.

"Dari Ji Hyun, nona."

"Ji Hyun?" ulangku. Pegawai wanita itu mengangguk pelan lalu meminta izin untuk pergi. "Terima kasih."

***

Saat berada di dalam kamar, aku nggak langsung membuka isi paket itu karena memang sudah terlalu mepet, sementara kami harus segera makan lalu ke bandara.

"Ayo cepat, makan dulu," ujarku pada Ayudia.

"Kirain lo kemana dah nggak bilang-bilang mau keluar."

"Iya, gue nggak sempet buat sarapan. Jadi cuma beli ini."

"It's okay. Tapi ... apa nggak sebaiknya kita makan di perjalanan aja?"

"Ide yang bagus."

Kami berdua bergegas mengambil koper masing-masing –dan tentu saja beberapa tentengan dan satu buah kardus berisi oleh-oleh untuk dibawa ke bawah. Tentu saja kami berdua nggak bisa membawa semuanya, makanya aku inisiatif memanggil bellboy untuk membantu kami mengeluarkan barang-barang kami. Beruntung saat kami sampai di bawah, sebuah taxi kosong melintas dan aku nggak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menahannya.

***

Perjalanan menuju bandara Incheon memakan waktu sekitar satu jam lebih. Sebenarnya bisa lebih cepat, tetapi tadi beberapa kali kami terjebak macet sehingga sampai sedikit terlambat.

"Lo beneran nggak ngasih tahu siapa-siapa soal kepulangan kita ke Indonesia?"

"Hmm, gue cuma ngasi tahu ke tante Hina, sih. Soalnya nggak sopan rasanya pulang tanpa ngasi tahu."

Ayudia mengangguk pelan. "Kenapa nggak ngasi tahu Ji Hyun dan Chen? Atau ... Janu?"

Aku menoleh sebentar pada Ayudia lalu kembali menatap ke arah langit yang sangat cerah hari ini. "Nggak pa-pa. Lagian, siapa gue sih sampai mereka harus tahu?"

"Hah? Lo masih bisa ngomong gitu setelah sebulan ini berurusan mulu sama mereka?"

"Apa lo belum sadar, Yu. Kita ini punya batasan dengan mereka. Nggak bisa sedekat itu."

"Kalo lo bisa bilang kayak gitu karena takut mereka kenapa-napa, please lah ... para penjahat itu udah bersenang-senang di penjara. Jadi nggak ada lagi yang bisa gangguin kita ataupun mereka."

"Tetep aja nggak bisa, Yu. Mungkin emang lebih baiknya kalau kita cuma sebatas fans dan idol."

Ayudia terkekeh pelan. "Kok sakit ya dengernya."

Karena ada kalanya semua nggak akan berjalan dengan semestinya. Meskipun pernah berada di satu garis takdir untuk bertemu, nggak berarti di garis terdepan ... pertemuan ini akan terus bertahan.

***

CUPLIKAN PART SELANJUTNYA

"Lav, ada cowok cakep yang nyariin lo."

"Nyariin gue?"

-----

"Kamu harus bertanggungjawab atas semua perlakuan kamu selama di Korea."

"T-Tapi –"

"Tidak ada tapi-tapian. Pihak agensi kami sudah setuju."

***

TO BE CONTINUE

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top