15. Keanehan Janu


Haechan sebagai Donghyun
.

.

.

Happy reading💚

.

.

"Nih." Aku mengerjap cepat saat tiba-tiba Chen menyodorkan sepiring nasi goreng di hadapanku. "Noona yang bakal nyuapin Janu hyung, kan?"

"Hah?" Chen menaikkan sebelah alisnya setelah melihat responku. Buru-buru aku berdeham pelan. "K-kok aku?"

"Loh, kan tadi aku udah bilang kalo noona yang nyuapin dia." Aku mengernyit bingung. Ya, tapi kan aku nggak ngiyain. "Lagian, masa aku yang nyuapin."

Lebih masuk akal sih kalau kamu yang nyuapin. "Memang kenapa harus disuapin? Dia ... sakit?"

Chen kembali menyendok nasi goreng dan menaruhnya di atas piring. "Iya. Dia kayaknya lagi sakit. Makanya tadi pingsan. Dia juga belom makan apa-apa lo, Noona. Mana tadi kita abis latihan pula."

Aku membulatkan kedua mata terkejut mendengar pengakuan dari Chen. Namun, pada akhirnya aku menyetujui usulan Chen menyuapi Janu yang ternyata masih terkapar di sofa setelah aku, Chen, dan Ayudia kembali ke ruangan itu. Sorakan gembira dari mereka langsung menyambut kami. Kelihatan banget kalau mereka benar-benar antusias sama yang namanya nasi goreng.

Saat semuanya sudah mendapat piring masing-masing, aku duduk tepat di samping sofa di mana Janu sedang berbaring dengan mata terpejam. "Janu," panggilku dengan suara seperti tercekat. Jujur, aku gugup banget tahu! "Lee Janu! Ayo, bangun dulu," ucapku lagi. Tapi dia benar-benar nggak menggubris panggilanku. Hingga Donghyun yang sedang melahap nasi gorengnya tiba-tiba ikut berceletuk dan membantuku membangunkan Janu.

"Janu, bangun dulu lah. Makan, biar kamu sehat. Lagian, kapan lagi kan disuapin sama cewek Indonesia," ujar Donghyun dengan nada bercandanya. Dia bahkan mencoba menggoyang-goyangkan kaki Janu hingga cowok itu berhasil membuka mata. "Ayo, bangun! Makan dulu. Abis itu kamu mau tidur kek, mau ngedance kek. Terserah."

Aku menatap Donghyun dengan tatapan takjub, karena ternyata dia aslinya memang berisik dan jail banget.

"Noona, ya udah, nasi gorengnya siniin aja. Nggak usah kasi ke dia," ucap Donghyun.

"Aish! Berisik banget!" Janu bangun dari posisi berbaringnya dengan ekspresi kesal. Tampak sekali jika dia sedang tidak ingin diganggu, tapi tetap saja dia harus makan agar tetap hidup, kan?

Donghyun tertawa kecil lalu melanjutkan makannya tanpa merasa bersalah. "Benar kata Donghyun, kamu tetap harus makan. Biar tetep bertenaga," celetuk Joon Woo.

Janu menghela napas panjang lalu menatapku dengan tatapan malas. Tentu saja aku langsung salah tingkah ditatap seperti itu.

"Siniin piringnya," pinta Janu.

"Lah, lah. Bukannya mau disuapin?" tanya Brian seperti nggak setuju saat Janu pengin makan sendiri.

"Aku masih bisa makan sendiri, kok, hyung."

Tanpa banyak bicara lagi, aku menyerahkan piring itu pada Janu. Dia langsung menerimanya–masih dengan raut malasnya. Nggak lama, dia pun menyuapkan sesendok demi sesendok nasi goreng ke mulutnya hingga menyisakan setengah.

"Waah, nasi goreng Indonesia emang enak banget. Nggak sia-sia noona dateng ke sini," ucap Chen seraya menepuk tangannya seolah sangat puas dengan apa yang baru saja dia makan.

"Aku setuju!" Ji Hyun ikut bersuara.

"Ngomong-ngomong, kalian manggil dia noona. Emang noona lahir tahun berapa?" tanya Donghyun kepadaku dan Ayudia–yang entah kenapa jadi pendiam banget sekarang.

"Aku? Oh, iya. Aku belum kenalan, ya, dengan kalian. Umm, aku lahir tahun 99. Sama dengan dia–Ayudia. Dia sahabat aku," jelasku. Donghyun dan yang lain–kecuali Chen dan Ji Hyun mengangguk paham. "Aku ... fans kalian." Oke, kali ini aku harus mengapresiasi diriku yang udah berani banget jujur ke mereka.

"Woaah! Ternyata kita seumuran! Maaf banget tadi aku manggilnya noona karena ikut-ikutan Chen dan Ji Hyun." Donghyun mengatupkan kedua tangannya ke arahku dan Ayudia.

"Gwenchana."

"Tapi, kok Chen, Ji Hyun, dan Janu bisa kenal sama kamu?"

Aku mulai menjelaskan sedikit demi sedikit awal aku kenalan dengan Chen, Ji Hyun, dan Janu. Tapi tentu saja aku nggak menjelaskan secara detail termasuk alasan aku mendekati Janu. Bisa-bisa aku jadi bahan kejailan mereka kalau mereka sampai tahu.

"Tapi, bukannya noona dekat dengan Janu hyung karena–"

"Ah! Ayudia ngefans banget loh sama Ji Hyun!" ucapku cepat. Maaf banget, Yu! Aku harus menyelamatkan diri dulu dari kepolosan seorang Ji Hyun.

"Wah! Noona serius? Tapi, sepertinya noona salah. Karena Ayudia noona seperti ... nggak ngefans sama aku," ujar Ji Hyun dengan sudut bibir ditarik ke bawah.

Ayudia yang mendengar hal itu langsung angkat bicara. Ekspresinya bahkan terlihat kesal karena Ji Hyun mengira dirinya bukan fans Ayudia. "Kamu salah, aku benar-benar ngefans sama kamu!" ucap Ayudia cepat.

"Tuh, kan!" Aku ikut angkat bicara.

"Oh, tapi yang kulihat ... kita bahkan hampir bertemu selama beberapa hari belakangan ini, tapi Ayudia noona sama sekali nggak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia ngefans sama aku."

Ayudia berdiri dari posisi duduknya lalu menatap Ji Hyun dengan sewot. "Itu karena aku bingung tahu harus bagaimana! Sekarang aja aku masij kayak mimpi berada seruangan sama kalian!"

Raut wajah para anggota TCN jelas terlihat sangat terkejut, pun dengan Ayudia yang akhirnya tersadar akan apa yang baru saja dia ucapkan.

"M-mianhae, aku nggak bermaksud membuat kalian kaget," ucap Ayudia cepat. Perlahan, dia kembali duduk seraya menatapku dengan ekspresi salah tingkah. Sementara aku hanya bisa tersenyum tipis melihatnya.

"Hmm, berarti kalian berdua termasuk fans yang beruntung karena bisa bertemu kami dan makan bareng seperti sekarang ini." Donghyun terkekeh. "Kalian berdua jangan bosan buatin kita nasi goreng, ya. Atau ... kalau bisa buatin kita masakan Indonesia yang lain, dong."

Joon wo yang duduk tepat di samping Donghyun langsung memukul pelan paha laki-laki berkulit kuning langsat itu. "Jangan gitu! Kamu pikir dia pelayan?"

"Bukan gitu, tapi masakan Indonesia memang seenak itu. Jadi mumpung di sini ada orang Indonesia, kita bisa minta dibuatin, kan?" sahut Donghyun membela diri.

"Tapi, by the way, kalian berdua memangnya bakalan tinggal di Korea?"

Aku menatap Brian yang kini meneguk sodanya. "Nggak bakalan lama, kok. Sebenarnya kami berdua cuma jalan-jalan ke Korea. Nggak tahunya malah ketemu kalian langsung kayak gini," jelasku.

"Yaaah, sayang sekali. Seandainya noona mau tinggal di sini." Chen ikut bersuara yang langsung mendapat anggukan setuju dari Ji Hyun.

"Nggak bisa, soalnya kami berdua juga kerja di Indonesia."

"Ooh, begitu. Tapi noona sering ke konser kami kan kalo kami ke Indonesia?"

"Tentu saja!"

Pembicaraan kami terus berlanjut hingga lupa waktu. Rasa canggung yang awalnya menghinggapiku bahkan hilang begitu saja. Mereka benar-benar humble. Aku merasa seperti sedang ngobrol dengan teman sekarang. Tapi, aku merasa sedikit aneh saat sesekali memperhatikan Janu. Hanya dia yang paling sedikit melakukan interaksi denganku dan Ayudia. Mungkin juga karena dia sedang sakit? Atau ... entahlah.

"Ngomong-ngomong, aku request dibuatin nasi goreng sama Lavina noona karena rekomendasi dari mamanya Janu hyung looooh!" ujar Chen dengan ekspresi senangnya. Semua bahkan heboh menanggapi ucapan Chen dengan tepukan tangan.

"Waaah, mamanya Janu emang paling tahu kesukaan kita. Terutama anaknya!" Brian menatap takjub ke arah Chen yang saat ini mengangguk pelan, setuju dengan ucapan Brian. Namun, Janu tiba-tiba berdiri dan mengambil jaketnya yang tersampir di sandaran sofa.

"Aku pergi."

***

Janu kenapa siiii?😌

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top