11. Nasi goreng dan TCN
Terima kasih kepada teman-teman yang selalu nungguin cerita ini dan sering ngasi semangat buat ngetiknya. Part ini aku buat khusus untuk kalian 💚
.
.
.
Setelah mengetahui leherku berdarah, yang kuingat hanyalah beberapa orang berusaha menggotongku ke suatu tempat yang kuyakini adalah sebuah mobil, setelah itu aku benar-benar tidak sadarkan diri hingga aku membuka mata dan sadar bahwa saat ini aku sudah berada di kamar inap rumah sakit.
Aku mengerjap pelan, dan kudengar suara Ayudia mulai memanggilku dengan nada khawatir. "Lav, lo udah sadar, kan?" Aku nggak menjawab pertanyaan itu karena nggak tahu kenapa lidahku terasa kelu. "Lo tunggu di sini. Gue panggil dokter dulu."
Aku membiarkan Ayudia pergi dan meninggalkan aku sendiri di dalam bangsal yang tertutupi oleh kain panjang yang mirip gorden. Tetapi, tidak lama setelah Ayudia pergi, tiba-tiba muncul seorang laki-laki dengan topi dan masker yang menutupi wajahnya. Keningku mengerut dalam–mencoba menebak siapa dia. Namun otakku benar-benar enggan diajak berpikir saat ini. Hingga laki-laki berperawakan tinggi itu membuka maskernya, barulah aku melihat ekspresi khawatir dari seorang Ji Hyun.
"Noona," panggilnya dengan wajah tertunduk. "Maafkan aku."
"Maaf?"
Ji Hyun mengangguk pelan dan terdiam cukup lama. Kedua jari telunjuknya bahkan saling bertautan dengan sangat erat.
"Maaf karena aku ... Noona jadi seperti ini."
"Lihat, Dokter. Dia sudah siuman!" seru Ayudia heboh.
Dokter wanita itu kemudian mendekat ke arahku dan memperhatikan luka yang ada di leher bagian kiriku. Dia kemudian tersenyum lebar dan mulai menjelaskan kepadaku.
"Untungnya luka itu tidak terlalu dalam, jadi sayatannya tidak sampai mengenai hal vital." Aku mengangguk paham dan diam-diam menarik napas pelan karena lega aku nggak kenapa-napa
"Tapi, dia sempat pingsan, Dokter. Serius itu tidak apa-apa?" tanya Ayudia masih belum puas dengan penjelasan dokter barusan.
"Itu karena dia syok. Jadi, tidak apa-apa."
"Ah, iya. Dia juga sangat takut melihat darah." Ayudia kini tersenyum lebar. "Lo ... beneran nggak apa-apa, kan, Lav?"
Aku mengangguk pelan. "Cuma masih pusing dikit." Aku kemudian melirik Ji Hyun yang kini menatapku. "Kamu dengar kan yang dokter bilang?" tanyaku pada Ji Hyun.
"Iya, tapi tetap saja, Noona. Ini salah aku."
"Oke, oke. Ini salahmu. Jadi, kamu nggak usah minta maaf lagi."
Ji Hyun terlihat menarik napas panjang lalu beralih menatap ke arah Ayudia. Jangan tanya Ayudia sekarang bagaimana, karena dia sudah pasti salah tingkah. "Noona, biaya perawatannya tolong dibebankan saja sama aku."
Ayudia melongo sebentar, sepertinya nggak menyangka diajak bicara duluan sama Ji Hyun. "O-oh, itu ... oke."
"Jadi, Dokter. Apa saya boleh pulang sekarang?" tanyaku memastikan.
"Iya, boleh."
"Baik, Dokter."
Setelah kepergian dokter itu, aku kembali menatap Ji Hyun yang menggaruk tengkuknya terlihat salah tingkah.
"Kamu nggak latihan?" tanyaku mencoba mencairkan suasana.
"Oh, itu ... aku sudah izin sama manager hyung."
Aku mengangguk paham. "Kamu nggak ngasi tahu Lee Janu, kan?"
"Ngg, nggak. Tapi Chen tahu, dan tadi dia sempat nelpon kalo dia sama Janu hyung sedang ke sini."
Mendengar ucapan Ji Hyun tentu saja berhasil membuat aku kaget dan refleks menatap Ayudia dengan kedua mata terbuka lebar. "Tante Hina nggak tahu kan, Yu?"
Kedua bahu Ayudia terangkat dengan kepala menggeleng pelan. "Gue nggak pernah ngehubungi. Tapi nggak tahu kalo ... Janu yang ngehubungi."
"Aduh, bisa panjang nih urusan kalo sampai tante Hina tahu," gumamku dengan nada khawatir. Pasalnya, kalau sampai tante Hina tahu, kabar bahwa aku masuk rumah sakit pasti akan sampai ke telinga ibu, dan aku nggak mau ibu sampai khawatir di sana.
"Bagaimana kabarmu?"
Aku mendongak dan menemukan kehadiran Lee Janu bersama dengan Chen tepat di belakang Ji Hyun. Bagai tersambar petir, aku mematung menatap keduanya dengan bibir sedikit terbuka.
"Oh, Hyung! Kalian akhirnya datang!" seru Ji Hyun dan mempersilakan kedua hyungnya itu mendekat ke ranjangku.
"Bukankah kita sudah boleh pergi?" tanyaku pada Ayudia dengan suara bergetar. Rasa gugup, malu, serta sedikit kesal menghinggap di benakku.
"Iya, benar. Kalo gitu ... ayo! Kita pergi!" jawab Ayudia sambil membantuku berdiri dari posisi dudukku. Namun, saat kami berdua akan melewati Lee Janu dan kedua member TCN itu, Janu menghalangi jalan kami berdua hingga aku dan Ayudia hanya bisa berdiri di tempat dengan napas yang sulit diatur.
"Kamu belum jawab pertanyaanku."
"Yang mana?" tanyaku gugup.
"Bagaimana keadaan kamu?" tanyanya lagi. Benaran, ekspresi Lee Janu yang sekarang ini benar-benar sangat berbeda dengan ekspresi yang sering ditunjukkan di kamera. Kali ini, ekspresinya seperti tengah melihat seorang fans yang menyebalkan. Lantas, apakah aku ... termasuk menyebalkan?
"Aku baik-baik saja. Lihat? Aku diperbolehkan pulang sekarang."
Lee Janu mengangguk pelan. "Kudengar dari Chen penyebab kamu masuk ke sini karena berusaha menyelamatkan Ji Hyun dari seseorang yang ingin mencelakainya." Apakah itu pertanyaan? Atau ... pernyataan? "Kalau sampai kamu kenapa-napa, bisa panjang urusannya."
Jadi, sebenarnya dia ini khawatir atau nggak, sih?
"Kamu tenang saja. Aku nggak apa-apa. Jadi, semuanya nggak perlu diperpanjang," ucapku cepat.
"Ibuku tidak tahu tentang ini, kan?"
"Sampai saat ini sepertinya begitu."
Lee Janu mengangguk lagi, tapi kali ini dia terlihat lega. Entah apa yang membuatnya seperti itu, tapi ... kok bikin aku ngerasa nggak terima, ya?
"Kalau begitu, kami permisi."
Lee Janu akhirnya menyingkir dari posisinya dan membiarkan aku dan Ayudia lewat. Tetapi sebelum kami berdua benar-benar pergi. Ji Hyun menyusul kami.
"Noona, biar kuantar pulang."
"Hah? Nggak, nggak usah. Kamu juga harus latihan, kan? Sebaiknya jangan buang-buang waktu," tolakku.
"Nggak, kok, Noona." Melihat ekspresi permohonan Ji Hyun membuat aku merasa nggak enak juga jika menolaknya. Apalagi Ayudia mulai mencolek-colek lenganku seolab memberi kode agar menerima tawaran itu.
"Baiklah, jika itu nggak merepotkan."
"Oke, Noona. Aku akan mengurus biaya perawatan terlebih dahulu. Ngg, Noona bisa tunggu aku di lobi."
"O-oke."
Ji Hyun meraih tangan Chen dan mengajaknya untuk keluar.
***
Kupikir kami akan pulang hanya bersama dengan Ji Hyun, tetapi ternyata Janu menawarkan agar kami pulang bersamanya. Jadilah aku dan Ayudia berada di dalam mobil milik Janu bersama dengan Chen dan juga Ji Hyun. Jangan tanya soal perasaanku sekarang, karena saking deg-degannya, aku sampai bingung harus melakukan apa. Ayudia? Dia yang biasanya sering menjadi pencair suasana kini juga mendadak berubah menjadi seorang yang pendiam. Padahal aku sudah mengandalkannya sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil Janu.
"Ngomong-ngomong, kenapa Noona bisa tahu kalau ada orang yang bakal nyelakain Ji Hyun?" tanya Chen setelah kami berada di dalam mobil dengan hening yang cukup lama.
"Itu ... aku nggak sengaja melihatnya."
"Oh, begitu. Memangnya Noona kerja di SNS juga?"
"Ng-nggak. Tadi itu ... aku ... cuma lewat aja."
"Ooh, gitu. Oh, ya. Kotak makan noona sementara aku simpan di kantor. Sepertinya masih ada isi karena rasanya sedikit berat." Aku melirik Ayudia yang kebetulan juga tengah melirikku. "Tapi, wangi masakannya seperti nggak familiar. Seperti ... wangi nasi gorengnya Indonesia."
"Nasi goreng?" celetuk Janu cepat.
"Omo! Nasi goreng? Jinja?" Ji Hyun menoleh ke arahku seolah meminta jawaban.
"Iya, benar. Itu nasi goreng Indonesia."
"Woah! Noona serius? Noona yang masak?"
Aku nggak tahu kenapa mereka sangat excited dengan nasi goreng Indoensia, tapi ... aku cukup tersanjung mendengarnya.
"Boleh kami makan nggak, noona?"
"Hah? Jangan! Mungkin nasinya sudah basi."
"Oke, akan aku cek nanti." Chen mengarahkan high five pada Ji Hyun yang langsung disambut antusias. "Noona, kamu berasal dari Indonesia?"
"Iya, benar."
"Woah, kebetulan sekali. Tapi, sayangnya noona nggak sering ke kantor, jadi nggak bisa tiap hari makan nasi goreng. Hehe."
Aku tersenyum canggung. Bingung juga harus bilang apa.
"Noona kenal sama Janu hyung, kok. Jadi kita bisa minta tolong dimasakin nasi goreng. Hehehe. Soalnya bosan juga tiap hari makan telur goreng Sean hyung," ujar Ji Hyun sambil tertawa pelan.
Wait, wait. Ini beneran aku lagi semobil sama member TCN, kan? Malah asyik ngobrol juga. Wah, benar-benar jackpot ini namanya. Tapi, aku nggak pernah kepikiran bakal sedekat ini dengan mereka.
"Kami berdua nggak sedekat itu," balas Janu cepat.
"Berarti noona sebenarnya tadi mau bawain nasi goreng buat Janu hyung? Atau benaran cuma lewat aja?" tanya Chen dengan ekspresi polosnya.
***
Auto pengin teriak "Mau bawain hyung lo itu! Biar bisa dinotis!" 🤣🤣🤣
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top