Part 4 - Bertengkar Lagi
Tes, tes, tes satu dua tiga......
Yuhuuu aku balik lagi bareng Haikal dan Jihan.
Say hi dulu dong 👉
Spam ❤ di sini 👉
Kalian baca cerita ini jam berapa? 👉
Happy reading ❤
Seperti lirik lagu dangdut, "aku bukan pengemis cinta."
_____
"Iya, Ma.
"Jihan sehat."
"Hmmm."
"Aku baru pulang dari rumah teman."
"Iya, Ma."
Jihan mematikan sambungan teleponnya dengan Sang Ibu yang ada di kampung. Ah, sudah berapa lama Jihan tidak pulang kampung? Sepertinya hampir satu tahun. Terakhir dia pulang saat sepupunya menikah. Dan saat itu dia belum memiliki hubungan dengan Haikal. Hingga sekarang Jihan tidak pernah menceritakan tentang Haikal pada keluarganya.
Sebagai seorang perantau Jihan hanya menggantungkan hidup pada teman-temannya. Geng Cabe-cabean Syariah menjadi tempatnya mengadu. Harusnya sekarang Haikal bisa menjadi tempat Jihan bergantung, tetapi laki-laki itu terlalu tinggi untuk Jihan raih.
"Bukankah Anda member girlband Cabe-cabean Syariah?" Seseorang datang menghampiri.
Jihan mengangkat kepala untuk melihat siapa gerangan laki-laki yang berdiri di hadapannya. Saat ini Jihan sedang duduk di halte bis yang tidak jauh dari komplek perumahan Haikal.
"Alvian?!"
Alvian si playboy cap kaki tiga ternyata. Rekan kerja Jihan yang kena omel Haikal saat rapat tadi siang.
"Dari mana lo?" Alvian duduk di sisi Jihan.
"Habis dari rumah calon mertua," jawab Jihan apa adanya.
"Widiiiw, ngapain? Caper?"
"Enak aja!" Jihan memukul bahu Alvian dengan kesal.
"Becanda. Jadi ngapain?" tanya Alvian.
"Mau caper," Jihan menjawab dengan cengiran. Membuat Alvian kesal. "Gue dari rumah calon mertua habis makan malam ala-ala holang kaya."
"Nggak bikin malu kan lo di sana? Secara kan tampang lo nggak ada aura-aura orang kaya," kata Alvian.
"Kampret emang lo!" Jihan memaki.
"Terus ngapain duduk sendirian di sini?"
"Biasa, ada tragedi. Makanya gue nggak diantar pulang. Hiks," ujar Jihan penuh drama.
"Kenapa? Lo dihina di sana? Nggak diterima keluarga Pak Haikal karena beda kasta? Pak Haikal kasta Brahmana, lo gembel." Alvian tidak kalah drama.
"Lo teman gue atau bukan, sih?" Lama-lama Jihan jadi kesal.
"Tadinya gue mau temanan sama Pak Haikal, tapi sayangnya dia nggak mau temanan sama gue. Ya gitu, terpaksa gue temanannya sama lo." Alvian memasang wajah tanpa dosa.
"Sialan lo!" Jihan memukul bahu Alvian dengan keras.
Bukannya kesakitan, Alvian justru balas memukul bahu Jihan.
Jihan balas memukul lagi.
Alvian tidak mau kalah, ia pukul lagi.
Jihan membalas.
Alvian juga kembali membalas.
Begitu seterusnya sampai Upin dan Ipin tumbuh rambut.
"Jihan! Pulang!" suara geram seseorang mengudara keras. Mematikan jiwa untuk sesaat.
"Pulang! Masuk mobil!" ulang Haikal tegas.
Jihan menatap bingung. Perasaannya masih tidak baik-baik saja tentang Haikal. Ia tatap Haikal dengan ragu.
"Pulang sana!" suruh Alvian ikut-ikutan menyuruh Jihan.
Sumpah, nggak jelas banget lo, Alvian. Jihan berdecak.
"Masuk mobil!" pintah Haikal layaknya bos, tidak seperti pacar.
"Gue duluan," pamit Jihan.
"Cepat!" desak Haikal tak senang.
Kaki Jihan bergegas melangkah menuju mobil milik Haikal. Ia tinggalkan kursi halte yang terasa dingin malam ini. Sekilas Jihan melirik Alvian yang tampak tenang.
Jihan bermaksud untuk duduk di kursi depan dekat bagian kemudi.
"Duduk di belakang!" Haikal berkata sebelum Jihan membuka pintu. "Ada Niken. Dia sedang tidur. Kasihan dia kalau dibangunkan untuk pindah duduk ke belakang."
Tadinya Haikal ingin mengantar Niken untuk pulang ke rumah perempuan itu selepas drama yang terjadi. Saat melintasi halte, tidak sengaja Haikal melihat Jihan duduk dengan seorang laki-laki.
"Duduk di belakang," ulang Haikal sebab Jihan tidak kunjung bergerak.
Niken. Dan selalu saja Niken. Dengan berat hati Jihan duduk di kursi belakang. Dengan keras Jihan tutup pintu mobil menciptakan dentuman yang memekak telinga yang bisa saja membuat Niken terbangun, tapi Jihan sungguh tidak peduli.
"Cinta segitiga yang rumit," decak Alvian seraya berjalan menuju motor besarnya. "Gue duluan tetangga," pamitnya.
Alvian tinggal satu komplek perumahan dengan Haikal, hanya beda beberapa rumah saja. Kenapa mereka tidak akrab di kantor? Ya, karena mereka memang tidak akrab. Alvian baru pindah sekitar tiga bulanan di perumahan yang sama dengan Haikal.
Kemudian Haikal masuk ke dalam mobil dengan kesal. Hal yang pertama Haikal dapati adalah wajah terlelap Niken dan wajah merenggut milik Jihan.
"Kamu nggak perlu antar aku pulang," kata Jihan dengan tajam.
"Diam!"
"Bukannya kamu yang suruh aku pulang sendiri tadi? Kamu lebih milih untuk tetap bareng Niken yang ketakutan karena laki-laki nggak jelas itu muncul. Aku terima itu. Dan sekarang kamu seret aku ke dalam mobil ini. Kamu pikir aku nggak punya harga diri?!" Jihan berdecih diakhir kalimatnya.
"Jangan berisik. Nanti Niken bangun."
"Aku nggak peduli, Haikal! Aku nggak peduli bahkan sekalipun dia sekarat. Aku nggak peduli," bentak Jihan tanpa sadar.
"Jaga omongan kamu!" Haikal tatap Jihan melalui kaca spion dengan tajam.
Mata Niken mengerjabkan pelan. Terlihat satu tetes air mata jatuh di pipinya. Niken mendengar ucapan Jihan.
Niken tidak benar-benar tidur sejak tadi. Mama mungkin ia bisa terlelap saat orang yang paling Niken takuti muncul beberapa menit yang lalu dan mengacaukan acara keluarga Haikal.
"Maaf karena aku kalian berantem," lirih Niken pelan. Mata mengantuknya penuh air mata.
Drama apa lagi ini? decak Jihan.
"Iya karena lo!" Jihan sudah kepalang kesal. Dia keluar dari dalam mobil begitu saja.
"Kamu lebih baik kejar Jihan," suruh Niken.
"Biar dia sendiri dulu." Haikal memilih untuk melajukan mobil dan meninggalkan area halte.
Sementara Jihan menatap kepergian mobil Haikal dengan tatapan masa bodoh. Sudah biasa!
*****
"Lo pulang sendirian?!" pekik Mei keras. Ekspresinya tidak percaya.
Jihan mengangguk lemas. "Iya! Di acara itu Haikal benar-benad melindungi Niken mati-matian dari cowok yang tiba-tiba datang. Bahkan Haikal sama cowok itu hampir aja adu tinju kalau nggak dilerai," cerita Jihan lemas.
"Lo nggak kenal siapa cowok itu?" tanya Mutia ingin tahu.
Jihan menggeleng.
"Atau mungkin cowok itu dan Haikal rebutan Niken jadi mereka berantem," tebak Anita.
Benarkah?
Malam ini hati Jihan semakin kusut memikirkan tentang Niken dan Haikal. Panggil video bersama ketiga rekannya tidak Jihan hiraukan lagi. Hingga pada akhirnya panggilan video call itu putus begitu saja.
Niken dan Haikal, dua orang itu memang perusak mood Jihan.
Tbc
Spam next di sini 👉
👹 Awas ada typo 👹
Ig: ami_rahmi98
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top