Part 34 - Kita Semua Pantas Bahagia
Hai, hai aku balik lagi. Ada yang kangen?
Jangan lupa cek semangat dulu. Ketik Aaaaaaaa 👉
Udah pada makan belum?
Spam nama Jihan 👉
Spam nama Niken 👉
Spam nama Haikal 👉
Spam nama Dirga 👉
Jangan lupa ramaikan setiap paragraf 😉
Happy reading ❤
Kita semua pantas bahagia.
______
Hari ini Dirga menikmati weekend dengan lari pagi di sekitar komplek perumahannya. Langit tampak cerah dengan awan putih yang indah.
"Dirga!"
Dirga menoleh, seseorang memanggilnya.
"Kak Mutia." Dirga menampilkan senyum ramah.
Dirga dan Mutia satu komplek perumahan sudah sejak lama. Mereka bertetangga dengan rukun. Sepertinya Mutia juga sedang olahraga pagi dilihat dari pakaian yang dikenakannya.
Mutia membersihkan keringat di dahi dengan handuk kecil yang mengantung di leher. "Udah ketemu Jihan?" tanya Mutia.
Air muka Dirga berubah kala nama Jihan disebut. Ada rasa kesal yang besar bersarang di hatinya.
"Gue kasih saran ke Jihan untuk minta kerjaan ke lo," beritahu Mutia.
"Minta kerjaan?" Dirga tidak paham.
"Dia keluar dari kantor," jawab Mutia. Melihat wajah bingung Dirga sepertinya semua tidak berjalan lancar.
"Keluar? Dipecat? Apa karena Kak Jihan yang sebar gosip tentang Kak Niken?" Dirga tersenyum remeh. "Itu bayaran yang pantas."
"Gue nggak tahu siapa dalang gosip Niken. Jihan nggak pernah cerita," komentar Mutia.
"Dia perempuan yang picik."
"Lo nggak bisa menghakimi Jihan gitu aja. Menurut gue, lo hanya melihat dari sisi Niken. Apa lo tahu penderitaan Jihan selama ini? Dia berjuang sendirian. Tentang perasaan Jihan yang patah karena Niken merebut Haikal," cerita Mutia.
Wajah sedih Jihan terbayang dalam benak Dirga. Terakhir kali mereka bertemu dia menyakiti hati perempuan itu. Menghina lebih tepatnya.
"Dia menyembuhkan sendiri lukanya," tambah Mutia.
Dirga diam.
"Dia hanya mengandalkan dirinya sendiri. Seberapa sakit pun itu."
Apa Dirga sudah salah melimpahkan semua kesalahan pada Jihan?
"Dia menderita sendirian."
"Tapi Kak Jihan nggak pernah cerita," lirih Dirga menyesal.
"Lo tahu saat Niken kembali muncul? Orang-rang mengatakan bahwa Jihan nggak pantas buat Haikal. Keluarga Haikal menyudutkan Jihan. Semua orang memuja Niken. Mungkin ini terdengar jahat, tapi gue senang dengar gosip soal Niken. Seenggaknya Niken merasakan apa yang pernah Jihan rasakan. Disudutkan. Dihina." Mutia menjeda kalimatnya.
Sejauh ini Jihan tidak pernah mengatakan pada Mutia bahwa Jihan adalah orang yang telah menyebar gosip tentang Niken. Lagi pula Mutia tidak pernah bertanya. Dan Jihan sedang tidak dalam posisi ingin menjelaskan.
"Siapapun yang menyebar gosip tentang Niken gue harus berterima kasih karena dia sudah menyelamatkan harga diri sahabat gue," ungkap Mutia dengan tulus.
Rasa sesal menyelinap dalam hati Dirga.
"Gue kenalin lo ke Jihan karena gue tahu lo orang baik. Gue harap lo bisa jadi penawar lukanya." Mata Mutia menyorot serius.
"Tapi gue udah nyakitin dia," bisik Dirga pada dirinya sendiri.
"Jihan itu orang baik. Dia pasti maafin lo." Mutia meyakinkan.
"Gue mau ketemu Kak Jihan sekarang!"
******
"Niken, jangan begini Sayang. Tinggal di rumah Mama ya sampai kondisi kamu lebih baik." Mohon Lily.
"Nggak, Ma. Aku nggak mau ngerepotin lagi."
"Terus kamu mau tinggal di mana?"
"Aku punya kenalan, Ma. Dunia ini nggak akan kehabisan orang baik. Aku bisa minta tolong dia untuk carikan kos yang murah nanti." Niken meyakinkan Lily.
"Biar Mama yang carikan kamu kos," debat Lily.
Nanti sore Niken akan keluar dari rumah sakit. Sejak perdebatan kemarin dengan Haikal, laki-laki itu tidak pernah muncul lagi. Bahkan hari ini pun saat Niken akan keluar dari rumah sakit Haikal tidak datang.
Niken kebingungan ke mana harus melangkah. Haikal tidak lagi bisa ia jadikan tumpuhan.
"Aku bisa sendiri, Ma," jawab Niken.
"Maafin Haikal, ya. Dia nggak bermaksud nyakitin kamu. Dari tadi Mama udah telepon dia, tapi anak itu-- ah sudahlah." Lily pasrah akan kelakuan putranya.
Niken tersenyum maklum. Mungkin Haikal sedang sibuk dengan Jihan. Mereka bahagia, dan dia menderita di sini.
"Siapa teman kamu itu? Mama ingin pastikan dia orang baik atau tidak."
"Namanya Dirga," jawab Niken dengan senyuman.
"Dirga?"
Niken mengangguk. "Aku hubungin dia dulu." Niken meraih ponselnya yang ada di atas nakas.
Lily tersenyum melihat Niken yang sibuk mengotak-atik ponsel. Dia usap puncak kepala Niken dengan sayang. "Kamu harus bahagia."
Niken mengalihkan pandangan. "Makasih, Ma."
******
Jihan membuka pintu kamar kosnya dengan ogah-ogahan. Gedoran dari balik pintu menganggu hari Jihan yang suram sebagai pengangguran.
Tidak tahu apa kalau ini hari weekend?
"Ganggu aja," decak Jihan.
Jihan membuka pintu. Dan terlihat nyata dua wajah yang sangat tidak ingin Jihan lihat. Dirga dan Haikal.
"Kak Jihan." Dirga berkata dengan tak sabaran.
"Jihan," panggil Haikal dengan suara lembutnya.
Jihan terbengong.
"Selamat pagi," sapa Haikal.
"Selamat pagi." Dirga ikut-ikutan. Jelas, dia tidak ingin ketinggalan.
"Sudah sarapan?" tanya Haikal.
"Sudah sarapan?" Sambar Dirga.
Haikal mengangkat bungkusan yang ia bawa. "Saya bawa makanan."
"Saya juga." Dirga mengangkat bawaannya.
Haikal melirik Dirga dengan ujung mata setajam pedang.
"Boleh saya masuk?" tanya Haikal pada Jihan.
"Nggak boleh!" Dirga yang menjawab.
"Saya tanya pada Jihan."
"Saya yang mewakilkan."
"Siapa Anda?!"
"Anda yang siapa?"
"Dasar bocah!"
"Dasar orangtua."
Jihan menghela napas jengah menyaksikan drama yang sangat tidak menarik ini.
Apa Jihan sedang sedang diperebutkan sekarang?
Jihan merasa tidak pantas diperebutkan dengan outfit yang sedang ia gunakan. Hanya menggunakan celana training hitam dan kaus lusuh bertuliskan I love Bandung oleh-oleh gratis dari Alvian saat berlibur.
"Tolong hormati yang lebih tua," omel Haikal.
"Hormat." Dirga menirukan gerakan orang menghormat bendera. Bukan begitu konsepnya, Bambwaaang!
Mata Haikal menyorot malas. Pagi yang cerah ini menjadi mendung karena wajah Dirga kelewat menyebalkan.
"Jihan, tolong suruh orang ini pergi. Dia sangat berisik," kata Haikal.
Jelas Dirga tidak terima dikatakan berisik. "Enak saja!"
"Kalian berdua yang berisik!" sentak Jihan sebal.
"Kak Jihan, gue mau minta maaf masalah di distro kemarin. Maaf. Benar-benar minta maaf. Sebagai gantinya gue bawa tahu bulat digoreng tiba-tiba," bujuk Dirga.
"Saya bawa bubur untuk kamu." Haikal maju satu langkah memasuki kos Jihan.
Dirga ikut menerobos masuk. Membuat Jihan yang berdiri di tengah-tengah pintu bergeser. Begitu masuk ke dalam Dirga dan Haikal terkejut melihat seorang laki-laki ada di dalam kamar kos Jihan.
Mata keduanya melotot hebat. Dirga bahkan menjatuhkan tahu bulat digoreng tiba-tiba yang ia bawa.
"Siapa cowok ini, Kak?!" tanya Dirga dengan nada tidak percaya.
Jihan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Dia menginap di kos kamu?!" suara Haikal terdengar marah.
Anggukan Jihan membuat Haikal menjatuhkan bubur ayam yang ia bawa ke lantai, persis seperti yang Dirga lakukan.
Tbc
Hayoloh, berani-beraninya Jihan bawa cowok masuk ke dalam kos.
Yang kemarin minta Jihan disodorin anak tunggal kaya raya mana suaranyaaaa?
Spam next 👉
Spam ❤
Spam 🐞
100000 vote 100000 komen
Yok bisa yok 😉
Tarik napas sebentar ya, part ini agak santai dulu. Btw akhirnya Jihan direbutin juga 😂😂😂
Share cerita ini diberbagai sosial media kamu supaya yang lain ikutan baper 😉
Ig : ami_rahmi98
❌ Awas ada typo ❌
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top