Part 26 - Mawar Merah

Hai.... ada yang kangen aku?

Atau kangen Haikal?

Spam nama Jihan 👉

Spam nama Niken 👉

Spam nama Dirga 👉

Spam PEMERAN UTAMA 👉

*NOTE
Aku mau jelasin dikit, part awal bab ini adalah bagian lengkap waktu Haikal jemput Niken di kampus. Itu loh, bagian terakhir di part sebelumnya cuma potongan aja.

Aku sedang mencintaimu.
________

"Maaf, aku jemput kamu terlambat." Haikal menghampiri Niken yang menunggunya di depan fakultas.

Niken tersenyum sembari menggeleng. Tubuhnya masuk ke dalam lingkar payung yang Haikal gunakan. Hujan yang turun tidak lagi begitu deras, hanya menyisakan rintik-rintik kecil saja.

"Mau aku masakin apa nanti?" tanya Niken riang sembari menggandeng Haikal.

"Mama udah masak mungkin," kata Haikal yakin mengingat hari sudah sangat sore. Pasti ibunya sudah beres mempersiapkan makan malam.

"Aku masakin ayam sambal rica-rica, mau?" tawar Niken.

"Nggak usah, kamu capek."

"Nggak capek!" sahut Niken dengan cepat. "Nanti aku buat ya."

"Iya."

"Tahu nggak tadi aku ketemu Dirga. Aku traktir dia makan sebagai ucapan terima kasih udah kasih boneka ulat bulu. Walau masih muda gitu Dirga penuh semangat. Aku dengar dia punya distro. Walau rada bandel tapi aku suka cara berpikirnya mempersiapkan masa depan," cerita Niken.

Wajah Haikal tidak menunjukkan ekspresi apa-apa.

"Katanya dia mau menpersiapkan masa depan dengan baik. Buka distro, udah punya karyawan sekitar lima belas orang. Punya tiga cabang. Rencananya aku mau undang dia untuk jadi pemateri di seminar fakultas nanti, pemuda yang menginspirasi."

"Ya." Hanya itu balasan Haikal.

"Harus aku akui dia cukup berani dekat dengan Niken yang lebih tua darinya." Niken lanjut bercerita.

"Ya, dia lumayan keren," balas Haikal seadanya.

"Makasih." Niken masuk ke dalam mobil Haikal, laki-laki itu membukakan pintu untuknya.

Haikal menyimpan payung ke dalam jok belakang, lalu dengan setengah berlari ia mengitari mobil dan masuk. Haikal menepuk-nepuk kemejanya yang basah terkena air hujan.

"Dirga itu--"

"Bisa berhenti ngomongin dia?" potong Haikal dengan nada sarkas.

Niken langsung mengunci bibirnya dengan cepat. Wajah Haikal terlihat bete.

"Kita pulang?" tanya Haikal.

"Bayar parkir dulu, baru pulang." Niken menunjuk pada tukang parkir tidak resmi yang ada di lingkungan fakultas. "Walau tukang parkir ilegal gitu, tapi tetap harus kita hargai."

"Ambil saja uanganya." Haikal menunjuk dompetnya yang ia letakkan di dekat perseneling mobil.

Niken membuka dompet milik Haikal dengan senyuman lebar. Senyuman yang perlahan-lahan memudar saat dompet kulit berwarna hitam itu benar-benar terbuka.

Ada foto Jihan.

Dengan cepat Haikal menarik dompetnya dari tangan Niken.

"Uangnya belum aku ambil," ucap Niken nyaris berbisik.

Haikal menatap lurus ke depan. "Maaf."

"Aku nggak minta kamu jelaskan apa pun!" Niken menyela. Sudut matanya mulai berair. Sedih sekali rasanya, Haikal masih menyimpan foto Jihan.

Niken menyandarkan kepalanya di kaca mobil. Ia menatap tukang parkir ilegal yang sibuk menghitung uang receh hasil hibah warga fakultas yang kasihan pada si tukang parkir.

Kasihan.

Kata itu kembali terlintas dalam benak Niken. Hatinya sakit.

"Jangan kasihan padaku, Haikal. Aku nggak butuh itu!" kata Niken dengn nada rendah.

Haikal menghela napas. Bagus sekali, niatnya untuk berbuat baik malah berujung menyakiti.

"Buang foto itu!" suruh Niken. Otaknya terlalu lambat untuk memikirkan hal lain.

"Buang," mohon Niken. "Haikal, apa kamu udah benar-benar berubah? Apa aku nggak ada lagi di hatimu?"

Haikal menghela napas lelah. Bagaimana dia harus menjelaskan keadaan ini?

"Jihan perempuan yang baik, walau terkadang cara berpikirnya kekanakan. Dia juga terkadang kasar, kamu lihat sendiri bagaimana dia bersikap terhadap kamu. Ceroboh. Sangat jauh dari kata sempurna."

"Kamu suka dia?" tanya Niken dengan nada bergetar.

Haikal mengangguk pelan.

"Aku gimana Haikal?"

"Aku mungkin suka dia, bukan berarti aku mau sama dia," jawab Haikal.

"Tapi kenapa? Kamu kasihan sama aku?" debat Niken.

Haikal menggeleng. "Bukan kasihan, lebih tepatnya aku mau melindungi kamu dari Bams. Memastikan kamu bahagia. Aku rasa menumbuhkan rasa cinta itu mudah mengingat kita sudah saling mengenal sejak awal, bahkan kita pernah bersama lima tahun," jelas Haikal dengan sabar.

"Mudah?" Niken tertawa tanpa arti. "Aku tanya sama kamu, apa sekarang kamu sayang sama aku?"

"Ini hanya soal waktu," balas Haikal.

"Aku udah nggak ada di hati kamu?" tuntut Niken. Ini hal yang paling ditakutinya.

"Kamu selalu punya tempat tersendiri."

"Tapi aku mau tempat yang miliki Jihan!" Niken memandang sedih.

Haikal terdiam.

"Sebaiknya sekarang kita saling menjauh dulu," putus Niken. Dia terlalu paham Haikal, diam laki-laki itu menandakan bahwa saat ini Niken sudah tidak ada di hati Haikal.

Sedih sekali.

******

Sejak hari itu Niken benar-benar menjauh dari Haikal. Menghindari interaksi agar tidak saling menyapa. Niken selalu menolak untuk diantar atau jemput Haikal.

Namun satu hal yang Haikal kagumi dari perempuan itu. Niken tetaplah Niken yang sangat memahaminya. Niken selalu menyiapkan sarapan pagi untuk Haikal.

"Kamu barantem sama Niken?" tanya Lily saat Haikap bergabung di meja makan pagi ini.

Roti panggang buatan Niken sudah tersaji, khusus untuk Haikal.

"Ya," sahut Haikal apa adanya.

"Jangan terlalu keras pada Niken. Matanya bengkak setiap pagi, mungkin dia nangis karena masalah kalian," nasehat Lily.

Haikal hanya mengangguk sebagai jawaban. Tanpa membuang waktu ia berangkat bekerja setelah melahap habis roti buatan Niken dan segelas teh hangat.

"Bicara baik-baik dengan Niken," kata Lily sebelum Haikal benar-benar hilang bersama jarak.

Haikal sudah memilih dan dia tidak bisa mundur.

******

"Beliin itu." Tunjuk Jihan ke arah toko boneka yang mereka lalui saat perjalanan ke kantornya.

"Siap, Komandan!" Dengan cekatan Dirga menepikan mobil, parkir sembarangan. Lalu berlari tergesah-gesah menuju toko boneka yang Jihan tunjuk tadi.

Tak berapa lama Dirga datang dengan boneka ulat bulu warna kuning.

"Imutnya." Jihan terima dengan suka cita.

Lalu mobil kembali berjalan.

"Beli itu!" tunjuk Jihan ke arah toko boneka yang lain.

"Siap, Komandan!" Dirga keluar dengan tergopoh-gopoh.

Tak berapa lama dia kembali dengan boneka ulat bulu warna hijau.

"Imutnya."

Mobil Dirga kembali bergerak. Dirga harap tidak ada ada lagi toko boneka di depan sana.

"Beli itu!"

Sial! Ada toko boneka.

"Siap, Komandan!" Dirga menghormat pada Jihan. Kakinya segera bergerak menjalankan perintah.

"Imutnya." Sambut Jihan saat Dirga kembali. Kali ini boneka ulat bulu warna abu-abu.

"Makasih ya udah dijajanin." Jihan tersenyum girang sambil memeluk boneka-boneka ulat bulu miliknya.

Sekarang dia punya banyak boneka ulat bulu. Tidak kalah dari milik Niken. Jihan memang tidak boleh kalah dari Niken.

"Senang?" tanya Dirga.

Jihan mengangguk kelewat semangat.

"Entah siapa yang bocah di sini." Dirga mencibir dengan nada bercanda.

Jihan berdecak mendengarnya.

"Beli itu!" tunjuk Jihan ke arah toko bunga.

Walau rada sebal, Dirga tetap mengangguk mantap. "Siap, Komandan!"

"Ikut." Jihan menyusul Dirga yang turun dari mobil terlebih dahulu.

Kini mereka berjalan bersisihan menuju toko bunga.

"Nanti beliin bunga mawar merah ya, sebagai lambang cinta yang menggebu-gebu. Kan ceritanya di sini lo lagi jatuh cinta menggebu-gebu sama gue," oceh Jihan.

"Sama toko-tokonya dibeliin sekalian," sahut Dirga pongah.

"Lebay," cibir Jihan sembari membuka pintu kaca toko bunga. Lonceng kecil yang ada di atas pintu berdenting kala di dorong ke dalam.

Kaki Jihan yang awalnya bergerak ringan berubah kaku. Seseorang yang paling ingin Jihan hindari ada di toko itu.

"Maaf, Pak. Kartu ucapannya untuk siapa?" tanya karyawan toko.

"Untuk Niken." Jawaban Haikal terdengar telinga Jihan.

Ada bunga mawar merah dalam genggaman laki-laki itu, lambang cinta yang menggebu-gebu.

Tbc

Spam next di sini 👉

Spam ❤

Sini dulu semua, kita bicara baik-baik soal Haikal.

Jadi gini, Haikal itu cuma mau bertanggung jawab atas pilihan yang sudah dia ambil. Dia memilih Niken, maka artinya dia melepas Jihan.

Sampai sini paham? Paham-pahamin aja ya 😁😁

Next part mau di publish kapan?

1000 komen
500 vote

Ig : Ami_Rahmi98

☡ Awas ada typo ☡

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top