Dua

Setiap datang saat pembagian rapor, Ujang selalu saja diledek oleh teman-temannya.

"Mana hasil kejujuran itu, hah? Yang juara satu saja sama seperti kita. Sebaiknya jangan jadi orang sok suci," kata Faiz meledek Ujang.

"Iya, mana yang jujur teh? Masa cuma juara ke-7," timpal Hakim.
Datanglah Neneng, si juara satu.

"Sudahlah kalian, biarkanlah Ujang tetap pada kejujurannya dan biarkanlah dia dalam kegagalan." Ia tertawa tanda puas diikuti oleh anak-anak yang lain.

Ujang hanya membalas dengan senyuman sambil menjawab, "tidak apa-apa, itu pilihan kalian. Tapi, kejujuran tidak akan mendatangkan kegagalan. Justru orang jujur yang akan mujur."

Teman-temannya mempermainkannya. Bahkan mereka tidak mendengar ucapan Ujang. Mereka tidak menatapnya sedikitpun saat ia berbicara. Hanya ada beberapa orang yang merasa kagum dan memerhatikan ucapan Ujang tadi.

****

Berahun-tahun telah berlalu. Kini, Ujang sudah sukses. Ia sudah berkeluarga dan ia sudah mempunyai kesibukan sebagai pengajar di berbagai sekolah dan iapun aktif mengisi kajian-kajian di majelis-majelis ta'lim di Bandung. Ia hidup bahagia walaupun sederhana.
Teman-temannya yang dulu juga sama. Mereka sekarang sudah menjadi orang sukses. Ada yang menjadi pejabat tinggi, ada yang bekerja di pabrik obat, ada yang menjadi dokter, ada yang menjadi insinyur, dan ada juga yang menjadi pengangguran setelah lulus sarjana.

Ia juga ikut senang apabila mendengar kabar kalau teman-temannya sudah sukses. Tapi ia juga prihatin saat mendengar temannya menjadi pengangguran. Padahal mereka dulunya ada yang menjadi juara kelas. Tapi mungkin karena hasil yang mereka dapat bukan hasil murni sehingga walaupun nilai akademik mereka bagus, tapi kemampuan mereka tidak terpakai.

Ada juga yang menjadi pejabat, yaitu Neneng. Ia menjadi kepala daerah di daerahnya. Ia memang masih sering mengunjungi rumah Ujang. Entah memang benar ingin bersilaturahmi, atau mungkin hanya ingin pamer kekayaan yang ia punya. Apabila ia datang ke rumah Ujang, Ujang selalu menjamunya dengan ramah. Walaupun sedikit kesal karena Neneng tak henti-hentinya membicarakan kekayaan yang ia punya. Walaupun Ujang sudah sering mengingatkannya, ia masih saja keras kepala.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top