Chapter 7
PEEK A BOO
Chapter 7
Ronde 4
Discalimer
Masashi Kishimoto
Story By
Lavendark
[Hinata Hyuuga, Sasuke Uchiha]
Genre
Romance, Drama, Slice of Life
.
.
.
.
.
Enjoy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
--- Ronde 4 ---
.
.
Niat Mikoto yang ingin mengeluh tiba-tiba hilang entah kemana.... Disuguhi pemandangan yang tak biasa, membuat jantung Mikoto berhenti sepersekian detik.
Sasuke mendorong Hinata menjauh, dan Hinata hanya bergetar dengan rona merah pekat di wajahnya. Hal yang tak terbayangkan dalam otak Hinata dengan kondisi seperti ini. Entah kenapa... tubuhnya seperti mati rasa, kilasan malamnya dengan Sasuke terputar layaknya kaset yang rusak.
Hinata tidak menyukai sensasi dan kondisi seperti ini. Apalagi saat pinggangnya berbenturan dengan meja karena dorongan Sasuke. ah! Ini cukup menyakitkan!
Saat Mikoto berhasil mengumpulkan kesadarannya, mata onyx itu menatap tajam keduannya. Mikoto bersidekap. Wajah serius dan garangnya diperlihatkan pada sang putra. Mikoto bersuara dengan suara dingin yang menggelegar layaknya badai.
"apa yang sedang kau lakukan, Sasuke?!"
.
.
.
"Kaasan sudah datang? Kupikir malam nanti" berusaha terlihat biasa, Sasuke berjalan santai dan duduk di banku seberang meja. Mikoto diam, masih menatap tajam Sasuke. putranya tidak menjawab apa yang dia tanyakan.
"Siapa dia? Sasuke?" netra onyx Mikoto melirik perempuan yang menunduk, matanya mulai meneliti. Kaki gadis itu gemetaran dan wajahnya yang tertutupi oleh poni tebalnya. Lagi, Mikoto menatap tajam Sasuke meminta penjelasan.
"Dia penata bunga yang aku sewa" mata Sasuke beralih ke vas bunga, menunjukan pada kaasannya jika apa yang diucapkan Sasuke adalah kebenaran.
Penata bunga? Bukan jawaban yang seperti itu yang Mikoto inginkan, tapi lebih menjurus kepada 'kenapa kau mencium leher seorang perempuan?'
"Pacarmu?" Mikoto bertanya lagi. Mikoto ingin memastikan.
Sasuke mendengus, seperti halnya Mikoto,.. mata onyx Sasuke meneliti dari bawah sampai atas tubuh Hinata. "Dia bukan tipeku" ujarnya santai.
Mikoto mengerutkan keningnya. Bukan tipenya katanya? Lalu kenapa Sasuke mengecup leher si gadis? Mikoto bukanlah orang bodoh yang langsung percaya begitu saja! Bahkan tanda merah dilehernya masih bisa Mikoto lihat. Bertanya pada putranya sepertinya sia-sia... lebih baik Mikoto bertanya pada perempuan di depannya.
Jika dilihat dari penampilannya, si penata bunga terlihat seperti gadis belia, mungkin siswi SMA? Tentu, jika itu benar... hanya akan memperburuk suasana. Apa putranya ini pedofil? "siapa namamu?" Mikoto berjalan mendekat, ucapannya terdengar sangat dingin dan bengis di telinga Hinata.
"Hyu-Hyuuga Hinata" Hinata mencicit. Sedikit bermain pada ibu jarinya untuk mengurangi kegugupannya.
"Kau siapanya putraku?" tanyanya lagi. Wajah Hinata mendongkak, matanya memandang wajah serius wanita cantik di depannya.
"Saya ha-hanya penata bunga" Hinata meringis sedih, ditambah pinggangnya yang sakit akibat dorongan Sasuke tadi, sungguh Hinata rasanya benar-benar ingin pergi dari sini. Apalagi melihat wajah nyonya Uchiha yang sarat akan ketidaksukaan, sungguh.... Hinata merasa terpojok dan terintimidasi.
Otak Mikoto runyam. Banyak kemungkinan yang melayang di kepalanya, seperti perempuan di depannya ini adalah jalang yang disewa, atau pacar diam-diam anaknya,... atau hal-hal yang lebih parah lagi. Namun, ada beberapa hal juga yang membuat Mikoto tidak yakin dengan pemikirannya.
Putranya.
Sampai detik ini, Mikoto tidak pernah melihat putranya antusias terhadap seorang wanita. Terakhir kali fakta yang Mikoto dapati adalah Sasuke yang memanfaatkan yamanaka Ino. Jadi selama ini putranya tidak serius dengan Ino, dan menjadikan Ino sebagai alasan agar Mikoto tak menjodohkannya? Licik sekali! Tidak seperti Itachi! Sungguh, Mikoto bertanya-tanya perihal nafsu putranya terhadap wanita..... inginya Mikoto berfikir jika Sasuke itu gay, namun... dilihat dari adegan bercinta sang putra dengan Shion yang viral, membuat Mikoto yakin jika putranya itu normal.
Tentu saja! diam-diam, Mikoto juga pernah melihat video mesum itu, sungguh... hanya menonton saja, membuat tubuh Mikoto panas, padahal durasinya hanya beberapa detik saja!.... putranya terlihat sangat normal dan sangat menikmati. Ini bukan berarti Mikoto mesum atau sebagainya, Mikoto hanya penasaran dengan video itu, terlebih dengan si wanita pirang di dalamnya.
"Pulanglah nona..... tak perlu kau selesaikan pekerjaanmu" Hinata terkejut mendengar ujaran Mikoto yang terlewat dingin, sangat berat untuk kakinya bergerak. Sepertinya karena Hinata sudah sangat takut dan syok!...
Melihat si penata bunga itu tak bergeming membuat Mikoto mengerutkan alisnya tak suka "ada apa lagi? Kau belum dibayar?" Mikoto bersidekap, dan Hinata langsung menggeleng cepat, tak perlu membuang waktu, Hinata segera merapikan barang bawaannya, lalu membungkuk untuk segera pergi.
Sasuke menghela nafas. Apalagi ini? Pasti ibunya akan menghujaminya dengan berbagai pertanyaan dan nasihat.
.
.
.
...
.
.
.
Hinata mencopot sepatunya sambil mendesah Lelah. Beberapa bagian tubuhnya terasa dingin dan lembab. Hinata sedikit kehujanan saat berlari ke tokonya dari parkiran. Diluar memang hujan sangat deras. Tidak heran jika nyonya Uchiha juga terlihat cukup basah tadi.
"Kaachan!" gerakan Hinata terhenti, memandang Himeka yang berlari dengan pipi memerah kearahnya. kaki mungil itu berlari kecil sambil membentangkan tanganya lucu. Hinata berjongkok dan menerima pelukan dari sang putri. Melihat putrinya, membuat rasa Lelah Hinata hilang entah kemana.
"Maaf Ayame, membuatmu harus berlama-lama disini. Aku akan berikan uang lembur sebagai gantinya" Hinata menatap dengan raut yang bersalah, sedang Ayame membalas tersenyum kearahnya, Hinata membiarkan Himeka dalam pelukannya yang masih asik memainkan rambut panjangnya. Tangan satunya digunakan untuk menunjuk-nunjukan pipi tembem Hinata.
"Tidak perlu, Hinata-san,... saya juga senang bisa menjaga Hime" ujarnya membalas. Ayame berkata jujur, siapa yang tidak senang bisa bermain dengan putri menggemaskan dan kelewat cantik itu? tidak ada!.. Ayame bahkan ingin cepat-cepat menikah hanya karena melihat tingkah Himeka yang sangat menggemaskan.
"Kalau begitu pulanglah... ayahmu pasti akan mencarimu" Hinata berdiri sambil menggendong Himeka yang mengendusi rambut panjangnya, beringsut kearah leher hangat Hinata.
Ayame mengangguk, tentu Ayame harus pulang untuk membantu sang ayah menutup kedai ramennya. "kalau begitu, saya permisi, Hinata-san" Ayame pergi sambil membentangkan payungnya. Jarak kedainya dengan toko bunga Hinata memang sangat dekat, Ayame hanya perlu berjalan kaki saja.
Hinata berjalan dan memperhatikan sisa kue di meja bundarnya, lalu menatap Himeka dengan pandangan sedih "kenapa blueberry cake-nya tidak dihabiskan?" Himeka menggigit bibirnya menatap sang ibunda yang memasang raut sedih.
"Hime enyang!" tubuh kecilnya dibuat agak menjauh, sambil menepuk-nepukan perutnya yang terlihat membuncit. Hinata terkekeh gemas. Rasa-rasanya Hinata ingin punya satu lagi yang seperti Himeka.
Kekehan Hinata terhenti saat melihat putrinya malah mengernyit tidak suka. "kenapa Hime? Mau eek?"
Himeka menggeleng lucu. "mamuk nacal (nyamuk nakal)" Hinata mengernyit. Nyamuk? Apa putrinya ini digigit nyamuk?
"Apa Hime digigit nyamuk? Dimana? Sini biar kaachan tiup dan cium agar sakitnya hilang" kebiasaan Hinata jika Himeka mendapat gigitan serangga atau jatuh. Ditepuk-tepukan, lalu ditiup dan terakhir di cium,.. biasanya itu sangat ampuh untuk membuat putrinya berhenti menangis.
Lagi, putrinya hanya menggeleng lucu, lalu tangan mungilnya menunjuk kearah leher Hinata, ada bekas gigitan merah disana. "mamuk nacal!" Hinata mulai mengerti, lalu wajahnya memerah. Itu bukan bekas gigitan nyamuk... tapi bekas gigitan ayahnya Himeka! Uuuughhh.
"A-ah! Tidak apa-apa sayang...!" Hinata gelagapan saat sang putri malah menepuk, meniup dan mencium rona merah di lehernya. Untung saja Ayame sudah pulang... karena mau bagaimanapun, tanda merah itu sangat terlihat seperti kissmark! Untunglah sang putri ini suci dan polos.
"cembuuuh!" ujarnya sambil menekan kedua pipi sang kaasan dengan tangan mungilnya.
.
.
.
"belbi-bachan!!" mata onyx Himeka berbinar menatap layar laptop ibunya, disana ada wanita berambut pirang yang tersenyum kearahnya. Hinata berada di dapur sedang membuatkan susu formula untuk Himeka, sekarang pukul setengah sembilan malam, sudah jadwalnya Hinata membuatkan susu agar Himeka bisa tidur. sedangkan Himeka asik di ruang tengah ketika sebelumnya Hinata menghubungi bibi barbienya.
"Hime sayaaaang!" Ino tersenyum senang! Sambil melambai kearah Himeka. Ino memang sudah sering berhubungan dengan Hinata melalu situs online, tentu,... Ino tak mau ketinggalan perkembangan calon menantunya. Tinggal di Amerika membuat Ino harus rela untuk tidak bertemu dengan Hime-nya, oh sungguh... keadaan mendesaknya untuk berjauhan dengan Hinata.
"kau semakin cantik saja! Inojin pasti akan tergila-gila padamu!" dipuji cantik, membuat Himeka bersemu malu. Sedangkan Ino hanya terpekik girang. "Duh sayang... Ino-jin sedang pergi dengan ayahnya." Ino menampakkan wajah sedihnhya. Perbedaan waktu antara jepang dan amerika adalah 14 jam, sehingga disana matahari sudahlah terbit. Sai-sialan itu! membawa Inojin jalan-jalan saat Ino sibuk di dapur.
"Hime mau liyat belbi-bachan!"
"ummm, seleramu sangat bagus dalam menilai siapa yang cantik!" Ino yang selalu dipanggil barbie merasa sangat senang... sungguh Himeka sangat pandai memuji dan melihat sebuah kecantikan. Sangat berbeda dengan ayah biologisnya! Yang melihat Ino hanya sebatas tameng besi berkarat untuk perjodohan. Cih...!!.
Terimakasih kepada Hinata yang menurunkan sifat baik hati kepada Himeka.
"oh! Hime... kau beruntung bisa menikahi seorang berondong!" Ino lagi memekik, sedangkan Himeka mengernyit tidak mengerti. Memang Inojin 10 bulan lebih muda dari pada Himeka "Duh... aku tak sabar untuk meminang cucu yang lucu dari kalian berdua!"
"Ino, berhenti mengajarkan putriku hal yang tidak-tidak!" Hinata datang dengan botol dot yang berisi susu hangat "dia itu masih kecil!" Himeka menoleh ke kaachannya, dan berbinar saat melihat botol susunya.
"Kaachan!" Himeka berteriak girang. Mengambil susunya dan langsung mengedotnya dengan bringas.
"Hime, ke kamar ya... nanti kaachan akan menyusul" Himeka mengangguk patuh, memberi salam perpisahan pada bibi berbienya, dan mulai berjalan dengan mulut yang setia mengedot susunya.
"Kaachan! Hime mau pulti calju" Hinata mengangguk, Himeka memang paling senang dibacakan cerita tentang princess Disney.
"Hinata, putrimu sudah setuju dengan perjodohanku! Jadi jangan berani-beraninya kau untuk membiarkan Hime dekat dengan laki-laki lain!" nada Ino terdengar mengancam. Jika dirinya gagal mendapatkan gen Uchiha, maka sang putralah yang akan meneruskan keinginannya.
"Terseralah!" Hinata menghela nafas Lelah. Setuju dari mana? Tentu saja putrinya yang polos itu belum mengerti perihal cinta-cintaan. Lagipula Hinata bukanlah tipikal orang tua yang suka menjodoh-jodohkan. Dilihat saja nanti, jika Inojin kaya raya dan tersoroh, mungkin akan Hinata pertimbangkan.
"kau tau kenapa aku menghubungimu?" wajah Hinata mulai serius. Entahlah... sepertinya kali ini Hinata harus bergantung lagi pada Ino.
"Aku tau,... Shino mengabariku, jika perusahaan Sasuke membuka cabang di kirigakure" Ino juga memasang wajah seriusnya. Apapun yang menyangkut Uchiha adalah racun untuk Ino dan Hinata, salah-salah... mereka berdua bisa mati jika meneguknya "kuharap kau tidak bertemu dengannya, Hinata" lanjutnya lirih.
Hinata diam, lalu memandang Ino penuh arti. "aku sudah bertemu dengannya Ino, sore tadi... di apartemennya" lalu mata aquamarine itu membola. Ketakutan menyeruak dalam dirinya. Ino bukan takut perihal dirinya, tapi Ino takut jika terjadi apa-apa kepada Hinata dan putrinya.
"A-apa?" dan setelahnya, Hinata menceritakan segalanya pada Ino. Mulai dari insiden pemesanan bunga, apartemen Sasuke, Sasuke yang tidak mengenalinya dan juga saat Mikoto berkunjung disana. Satu hal yang tidak Hinata ceritakan adalah perihal Sasuke yang menggigitnya.
"Hinata, kau pindah saja ke Amerika, aku akan mencarikanmu rumah dan membelikannya untukmu! Anggap saja kado atas kelahiran Himeka" Hinata mengangguk menyetujui. Demi putrinya, apapun akan Hinata lakukan, termasuk meninggalkan negara tempat kelahirannya. Hinata bukanlah perempuan yang mendrama dan sok kuat, yang menolak segala bantuan dan mencoba kuat dengan caranya sendiri. Bukan! Hinata adalah perempuan yang akan selalu mengambil kesempatan yang menguntungkannya. Ditambah lagi ini menyangkut sang putri, sudah pasti Hinata akan memilih pilihan yang terbaik.
"Aku setuju, Terimakasih Ino.... Maaf jika aku akan membebanimu lagi" perkataannya tegas, menandakan Hinata tak akan merubah pikirannya. Pergi ke amerika, adalahs satu-satunya jalan yang aman.
"Ini bukanlah perihal yang besar" sebenarnya Ino agak sedih karena menyeret seorang penjual bunga sejauh ini, sungguh ini sedikit runyam untuknya. Sebenarnya semua menjadi sulit karena kehadiran Himeka, namun tentu saja... Himeka adalah anugrah terindah untuk Ino dan Hinata. Mereka berdua tidak menyalahkan Himeka, tapi menyalahkan diri sendiri atas ketidakebecusan mereka. "Tapi ini akan lama, Hinata... aku akan menyuruh Shino untuk mengurus segala hal mengenai berkas-berkas seperti paspor, identitas dirimu, kewarganegaaran dan lain-lainnya" Hinata mengangguk, dia juga harus memikirkan perihal masadepan toko bunganya, Ayame, dan panti asuhan tentunya. "satu bulan Hinata.... Bertahanlah sampai segala berkasnya beres!"
Benar, Hinata akan bersembunyi selama satu bulan, tentu juga harus terus memasang mata untuk mengawasi sang putri. Uchiha tak akan dibiarkan untuk mengetahui faktanya. Hinata hanya perlu bersembunyi sampai dirinya dan Ino bisa memenangkan petak umpet sialan ini.
"Bukan masalah, Ino.. aku akan bertahan sampai segalanya siap"
.
.
.
...
.
.
.
"Berhenti bermain-main, Sasuke!" Mikoto sedikit mendesis. Padahal tujuannya kesini adalah berlibur dan melihat sang putra, tapi kenapa Mikoto harus disuguhi hal yang membuat kepalanya pening?
"Hn" Sasuke bergumam, membuat Mikoto naik darah.
"Dasar! Kau selalu menolak untuk kaasan jodohkan dan sekarang kau malah bermain-main dengan seorang wanita?" Mikoto mendengus, menatap tajam sang putra yang mulai gusar "terlebih dia hanyalah seorang penjual bunga! Bahkan sepertinya masih gadis SMA! Kau mau membuat skandal lagi ya?!" habis sudah kesabaran Mikoto. Mikoto sangat menyayangi Sasuke, tentu saja Mikoto tak akan rela jika Sasuke harus melepas marganya hanya karena skandal yang lagi-lagi dibuatnya.
"Dia sudah menikah! Umurnya 28 tahun...." Sasuke tak nyaman, apalagi melihat sang kaasan yang seperti kebakaran jenggot. "dan sudah kubilang, dia itu bukan tipeku!" Mikoto semakin mendelik.
"Bukan tipemu? Lalu kenapa mata kaasan melihat kau mencumbu lehernya? Dan oh Kami-sama... jika perempuan itu benar-benar sudah menikah! Kau habis, Sasuke!" Sasuke berdecak kesal, sekarang moodnya berada di kondisi yang terendah.
"itu diluar kendaliku, kaasan!" ujarnya yang membuat Mikoto tambah melotot.
"Semua saja kau bilang diluar kendalimu! Perihal skandalmu dengan Shion pun kau bilang diluar kendalimu? Jadi apa lagi alasanmu sekarang? Perempuan itu menggunakan parfum perangsang? Seperti si Shion yang dulu?!" Sasuke mengeraskan rahangnya, selalu seperti ini, Sasuke akan disalahkan dengan membawa-bawa skandalnya bersama Shion. Apa kaasannya itu masih tak percaya dengannya.
"terserahlah.... Kaasan mau berfikiran apa... sudah kukatakan, dia hanyalah perempuan jasa penata bunga, aku juga baru bertemu dengannya sore tadi! Dan..... aku sama sekali tidak tertarik padanya!" atmosfirnya semakin memanas, Sasuke terlihat menyederkan punggunya pada bahu kursi, kentara sekali dia sudah mulai tak nyaman dengan obrolan ini. Tapi Mikoto harus tetap keras kepala, putranya tidak boleh melakukan kesalahan lagi.....
"Kali ini kaasan tidak peduli lagi dengan Shion, Sasuke...." Sasuke mendelik, mengetahui arah pembicaraan ini akan kemana. "kau akan kaasan jodohkan dengan perempuan pilihan kaasan" ujarnya sambil melemparkan majalah ke depan Sasuke. Sasuke melihat perempuan berambut merah Panjang yang menjadi model cover depannya. "namanya Sara, dia putri kenalan kaasan,.. seorang model berumur 26 tahun... bulan depan, kau akan menikah dengannya!"
"bisakah kaasan tidak mencampuri urusan percintaanku? Aku bisa mencarinya sendiri?" Sasuke berdiri, mulai melangkah pergi.
"mencari sendiri?" ejekan Mikoto membuat Sasuke kembali menolehkan wajahnya, memandang tak suka kearah sang ibunda. "seperti memacari perempuan bersuami? Seperti itu?" kepalan tangan Sasuke semakin kuat, Mikoto juga ikut berdiri.. mendekati sang putra dengan pandangan kemutlakan "kaasan sudah cukup bersabar selama ini, kau akan menikah dengan Sara, mau tidak mau! kaasan hanya tidak ingin mendengar sebuah skandal jika salah satu putra kaasan terlibat perselingkuhan dengan seorang perempuan bersuami terlebih perempuan itu hanyalah penata bunga!" perkataan sang kaasan membuat Sasuke tau, kali ini dirinya tak akan bisa berkelit. Sasuke akan segera melepas status bebasnya. Terseralah! "minggu depan, kau akan kaasan kenalkan dengan Sara"
"Hn, terserah!" Tidak ada pilihan lagi, tak apa... lagipula Sasuke juga tidak merasakan yang namanya jatuh cinta hingga saat ini. Mau dijodohkan atau tidak..... Sasuke sudah tidak peduli. Asal perempuan yang bernama sara bukanlah tipe perengek,... maka Sasuke tidaklah masalah. Toh setau Sasuke, perempuan yang dikenalkan sang kaasan adalah perempuan yang sudah teruji dan memiliki kualitas yang tinggi. Jadi sepertinya tidaklah masalah dan tidak merepotkan.
Setelah sang putra memasuki kamarnya, Mikoto segera mengambil ponselnya.
"Kakashi, datanglah ke kirigakure,.. aku ingin kau mencari tau tentang Hyuuga Hinata.... Dan awasi juga Sasuke.." Mikoto harus was-was kali ini. Mikoto akan mencari kebenaran tentang Hyuuga Hinata... benarkan dia wanita bersuami seperti yang putranya bilang? Mikoto harus memastikannya sendiri... jika sang putra tak memiliki hubungan khusus dengan perempuan penata bunga itu. Mikoto akan merahasiakan ini dulu, jangan sampai Fugaku mengetahui ini. Suaminya itu lebih temperamental dibandingkan dirinya. Tentu, Mikoto memilih untuk melindungi sang putra dengan segenap hati.
"sepertinya aku harus menetap disini sedikit lebih lama"
.
.
.
...
.
.
.
Sasuke bersumpah, dirinya tidak peduli dengan perempuan bernama Hyuuga Hinata. Ditambah perempuan itu bersuami dan jauh dari tipikal idealnya, membuat perempuan itu seharusnya tidak ada dalam eksistensi otaknya. Namun entah kenapa, raganya justru membawanya ke sini. Ke toko bunga sunnyplace.
Tidak! Ini bukanlah salahnya... semenjak kejadian kemarin sore, membuat Sasuke yang biasanya memimpikan Shion, tiba-tiba berubah. Dalam mimpinya, dia bercinta dengan Shion, namun wajah Shion tergantikan dengan wajah si gadis Hyuuga. Ini gila menurutnya! Bagaimana mungkin dia bermimpi mencumbu dan bercinta dengan istri orang? Terlebih dia hanyalah penjual bunga kecil-kecilan! Oh ayolah... yang kita bicarakan Ini Sasuke! cassanova yang digilai banyak perempuan yang jauh lebih cantik dibanding si penjual bunga itu! jadi sangat gila jika Sasuke mencumbu si Hyuuga meski dalam mimpi.
Sasuke selalu berusaha untuk mengenyahkan si penjual bunga, namun... entah kenapa,.. saat Naruto datang ketempatnya dan menanyainya perihal toko bunga, membuat Sasuke reflek berdiri... dan mengusulkan satu tempat yang pernah dikunjungi oleh karin.
Sunnyplace.
Tempat si gadis Hyuuga menjual bunga.
"Sebenarnya kau tak perlu sampai mengantarku kesini, teme! Aku kan hanya bertanya lokasinya saja!" Sasuke memutar bola matanya malas. Pada akhirnya Naruto menghianatinya, memilih untuk segera meminang Sakura. Alasannya klise. Sakura sudah hamil duluan. Tentu Naruto tak punya pilihan lain. Ah Sasuke tidak peduli! toh dirinya juga akan menikah bulan depan.
"Untuk apa kau membeli bunga, dobe?" Sasuke berusaha mengalihkan topik. Naruto mengernyit, tak biasanya Sasuke penasaran akan sesuatu hal.
"Sakura-chan akan datang kesini... kau tau,! sama seperti ibumu,,.. Sakura-chan sangat menyukai bunga, tapi hanya mawar berwarna pink saja! aku kan mau jadi pria yang romantis!" Naruto tambah heran saat Sasuke bergumam tidak jelas, kentara sekali jika Sasuke tidak berminat dengan obrolan mereka. "kau! Kenapa kau mengantarku kesini? Kau kan banyak pekerjaan.... Tidak seperti biasanya" Naruto tau jika Sasuke itu orang yang cuek! Jadi tentu saja Naruto sangat penasaran saat Sasuke dengan mudahnya mengantarkan dirinya kesini.
"Aku tidak mengantarmu, aku juga ingin membeli bunga untuk kaasanku" Sasuke sedikit tak acuh dan mulai membuka pintu. Naruto di belakangnya hanya mendumel tidak jelas sambil mengikuti langkah Sasuke.
Bunyi lonceng segera menyapa telinganya saat pintu itu didorong, mata onyxnya mulai bergerilya di ruangan yang penuh dengan aneka bunga warna-warni itu. lalu, onyxnya berhenti saat menatap objek yang tak biasa diruangan itu.
Jantungnya berdebar-debar dan berdenyut tak menentu.
Saat sadar, Mata onyxnya mulai melebar.
.
.
.
TBC
.
.
Aku sedikit bosan dengan karakter Mikoto yang terlalu antusias dengan Hinata, kali ini aku buat Mikoto dengan karakter realistis,... yang tetap memikirkan segala masa depan, untuk Sasuke dan untuk Uchiha. Mikoto akan memiliki peran penting nantinya... so sabar aja ya.. hehehehe.
.
.
.
Signature,
Lavendark (06 Maret 2019)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top