Chapter 3
PEEK A BOO
Chapter 3
Yang Bersembunyi 1
Discalimer
Masashi Kishimoto
Story By
Lavendark
[Hinata Hyuuga, Sasuke Uchiha]
Genre
Romance, Drama, Slice of Life
.
.
.
.
.
Enjoy Reading!
.
.
.
.
.
--- Yang Bersembunyi (1) ---
.
.
Mata amethis itu terbuka. Saat menatap langit-langit yang bukan kamarnya, juga dengkuran halus seorang pria di sampingnya. Amethisnya berubah menjadi kosong.
Apa lagi yang diharapkannya? Lupa kejadian semalam dan berjalan pulang seakan-akan tidak terjadi apa apa?
Wajah lesu itu sedikit menoleh. Sungguh, dia dihabisi dalam satu malam. Wajahnya memerah. Rasa nyeri merambat diseluruh tubuhnya, dan terpusat pada daerah pribadinya. Segelnya dibuka secara paksa. Tidak ada kenikmatan seperti apa yang pernah dia dengar dari tetangga samping flatnya. Dada bidang yang menggiurkan, wajah tampan yang membuat lapar. Uchiha Sasuke perwujudan yang sempurna. Hinata telah melihat semua. Semua titik pada tubuh itu. semuanya berotot, dan karena itu Hinata rasa dia akan berjalan terpincang.
Impian wanita setelah memberikan harta yang berharga adalah bangun terlebih dahulu, kemudian memandangi wajah sang pujaan hati, mengecupnya singkat dan mengucapkan 'ohayou.. selamat pagi, anata'. Itu adalah impian sederhana miliknya nanti saat sudah menikah. Dan sialnya, hal itu tak akan pernah tercapai selamanya, sampai tubuhnya menyatu dengan tanah.
Mungkin ini adalah kebahagian setiap wanita. Tentu saja, kau bisa tidur dengan pria yang paling di incar di jepang. Tapi kenapa Hinata justru berasa ingin muntah? Ini bukanlah gejala kehamilan, tentu.... Baru malam tadi dia melepas status gadisnya, tidak mungkin sperma Sasuke akan dengan sangat cepat masuk ke sel ovumnya dan secara ajaib berkembang menjadi janin secara singkat.
Hinata mual, karena sosok Sasuke yang melebihi batas imajinasinya. Dan tentu saja semua orang tau, sesuatu yang berlebihan tidaklah baik. Wajah yang Hinata kagumi, yang dia impikan sebagai rolemodel suaminya nanti.... entah kenapa sekarang terlihat terlalu biasa.
Wajah dan tubuhnya sangat sempurna. Tapi perilakunya......? Entahlah... apakah Uchiha Sasuke sebrengsek ini? Atau ini hanya karena masalah pengaruh obat saja?
Hinata berdiri, mengabaikan rasa perih dan sakit di sekujur tubuhnya. Dengkuran halus masih setia menemani pergerakannya dalam memungti pakaian. Hinata sangat berhati-hati dalam bergerak. Pria pencuri kegadisannya ini tidak boleh bangun.
Sedikit merutuki ketika Hinata melihat wignya yang tersonggok di lantai. Huh! Saking liarnya Uchiha Sasuke tadi malam, membuat wig yang terpasang erat di rambutnya harus terlepas. Hinata segera memakai pakaiannya, dan wig tentunya. Hotel selalu menyimpan cctv, dan Hinata tidak mau berurusan dengan Uchiha. Oh.... Ini semua diluar kendalinya, siapa yang tau jika Hinata akan dijual dengan cara tidak elit seperti semalam?
Tangan lembut itu berhenti mengancingi kemejanya, padahal baru setengah yang sudah di benahi. Mata Hinata membola. Melihat tulisan yang membuat amarahnya naik sampai tingkat tertinggi. Belum pernah Hinata rasanya semarah ini.
'Terimakasih malam panasnya, kau luar biasa, kau layak disebut sebagai singa ranjang'
Tulisan yang Hinata yakini di tulis oleh mucikari Ino Yamanaka. Tidak salah Hinata menyebut sang desainer itu dengan sebutan mucikari, karena kenyataannya Hinata disini berperan sebagai jalang yang dijual.
Jadi si mucikari itu masuk kesini saat Hinata dan Sasuke sudah tertidur? Dan tentu saja, tulisan itu ditunjukan untuk Uchiha Sasuke. tidak mungkin Hinatalah si singa... dia hanyalah kijang kecil yang sudah terkoyak.
Berjalan gontai kearah cermin. Menatap wajah berantakannya. Sebelum-sebelumnya, Hinata merasa dirinya tidaklah cantik, tapi pagi ini, Hinata merasa jika dirinya itu benar-benar jelek.
Uchiha sialan. Bahkan bibirnya bengkak. Berapa kali si tampan itu mengecapnya? Dan jangan lupakan toreah motif merah disekujur tubuhnya.
Tangannya terulur, hampir menghapus tulisan itu ketika suara lenguhan pria dibaliknya terdengar. Jantungnya berdegub dengan keras. Menoleh sebentar, dan Uchiha Sasuke hanya berganti posisi tidur. Lupakan menghapus tulisan, Hinata lebih memilih lari sekarang sebelum dirinya tertangkap oleh netra sang prodigy Uchiha.
Dengan mengabaikan rasa sakit di area pribadinya, dan mengabaikan kancing baju yang masih terlepas, Hinata.. berlari keluar tanpa suara.
.
.
.
...
.
.
.
Air dingin itu membasahi kulit putih susu Hinata. Hinata bukanlah gadis tanggung yang akan menangis dibawah shower dan menggosok-gosokkan tubuhnya secara keras. Nyatanya Hinata masih mandi dengan normal. Hinata tau, mau sekeras apapun Hinata menggosok, pastinya tanda ruam-ruam merah ditubuhnya tidak akan hilang. Itu hanya akan menyakiti dirinya sendiri... lebih baik mandi dengan sabun yang wangi, setelahnya aroma pria yang menggagahinya akan menghilang.
Setalah dirasa sudah bersih, tangan itu mengambil handuk dan mulai melilitkannya di tubuhnya. Bercermin di dekat westafel. Ruam merahnya sungguh banyak, rasa-rasanya Hinata ingin menghitungnya dan menuliskannya dalam buku diarynya. Oh lupakan buku diary, lebih baik uangnya untuk ditabung daripada membeli buku remaja tanggung itu.
Menatap wajahnya dicermin. Tiba tiba Hinata teringat tulisan lipstick itu. "kau pelacur rendahan" ungkapnya pada dirinya sendiri. Hinata terkekeh sebentar. Ini benar-benar terjadi. Pada akhirnya Hinata harus menjual tubuhnya untuk melunasi hutangnya. Ini semua berawal karena dia melamun saat bersepeda. Oh sungguh.... segala hal besar terjadi karena sebuah hal yang kecil.
"yah,... setidaknya aku menjual tubuhku pada lelaki yang amat sangat tampan" monolognya lagi. Lihat betapa rendah dirinya, Hinata mengakui jika dirinya cukup menyukai aroma musk yang dimiliki Uchiha Sasuke, pun dengan wajah tampannya. Hei, wanita mana yang bisa menolak pesona Uchiha Sasuke? bukan Hinata tentunya. Lagipula, meski berat mengakuinya, ini bukanlah kesalahan Uchiha Sasuke. Hinata merasa mereka berdua adalah korbannya. Korban dari sang mucikari Yamanaka Ino.
Tapi, jika harus memilih, Hinata tentu akan memilih tidak tidur dengan Uchiha Sasuke. Hinata miskin harta, oleh karenanya, setidaknya Hinata bisa menyimpan harta wanita yang di zaman ini sudah amat sangat murah. Jika Hinata tidak memiliki uang dan wajah yang menunjang, setidaknya Hinata bisa memberikan keperawanannya kelak pada sang suami. Anggap saja sebagai ungkapan terimakasih karena mau menikah dengannya. Dan sekarang itu hanya akan jadi halusinasi yang tak tergapai.
"apa aku operasi keperawanan saja ya?" ah lupakan,... uang dari mana? Pelek mobil saja harus dibayar dengan tubuhnya. Operasi? ah! Itu bisa terjadi jika Hinata sudi menjual salah satu ginjalnya.
Selesai memakai kaosnya, Hinata meninggalkan kamarnya. Mengambil segelas air dan meminum obat pencegah kehamilan. Meski hanya tamatan Senior high school, Hinata cukup pintar untuk tidak hamil karena kejadian ini. Kasian anaknya nanti jika harus lahir tanpa seorang ayah. Yah.... Memang tadi malam adalah masa subur Hinata, dan Hinata yakin si brengsek itu sudah menumpahkan berliter-liter sperma kedalam rahimnya. Oleh sebab itu, setelah meninggalkan hotel, Hinata langsung ke apotik dan membeli obat ini.
'tok tok tok tok!'
suara ketukan pintu yang keras dan tidak sabaran, membuat Hinata sedikit memaki. Flat murahnya tidak dilengkapi bel. Pokoknya, jika Hinata menikah nanti, rumahnya harus dipasang bel, AC dan penghangat ruangan. Itu perlu... untuk menebus kesulitan Hinata selama melajang. Selalu membeku di musim dingin dan selalu ternerakakan saat musim panas.
Hinata membuka pintu yang sudah terkelupas catnya itu. dan mata amethisnya terbelalak.
Perempuan yang tak punya harga diri dan tak punya malu.
Apa yang dilakukan si desainer cantik di depan Flatnya? Setelah berhasil menjebak dirinya... masih punya muka juga seorang Yamanaka Ino.
"apa?" sedikit galak dan dingin. Hinata tidak mau ditindas lagi. Melihat Ino yang tersenyum culas tanpa rasa bersalah itu membuat Hinata rasanya ingin menampar dan membuat pipi Ino penuh dengan bercak merah dan biru. Tentu saja Hinata masih waras untuk tak melakukan itu. status selalu membuatnya berfikir rasional. Si kaya yang berkuasa dan si miskin yang harus selalu diam. Hinata hanya bisa menyumpah dalam hati.
"bisakah kita bicara?" nadanya tenang, dan santai. Hinata menukikan alis tak sukanya.
"maaf, nona Yamanaka..... kurasa perjanjian kita sudah selesai tadi malam" Hinata hampir menutup pintu, namun tangan lentik dengan banyak perhiasan itu menahannya.
"kau tak mau tau perihal video bercintamu dengan Uchiha Sasuke?" dan saat itu, Hinata merasa semua duniannya benar-benar runtuh seteketika.
.
.
.
...
.
.
.
Mata Hinata berair. Menonton video yang berdurasi cukup Panjang. Ternyata malam itu cukup buruk. Hinata baru menyadarinya sekarang. Disana Hinata diseret, dibanting, di paksa dan... entahlah. Benar benar Hinata terlihat diperkosa. Sekarang Hinata ada diruang tamu Bersama Ino, Ino bilang pembicaraannya privasi, dan tentu saja.... ini menyangkut kegiatan panasnya bersam Uchiha Sasuke.
"kupikir kau sudah puas menangis tadi pagi, makanya aku datang agak siang" ucap Ino yang melihat Hinata sedang mengusap air matanya.
"Apa yang sedang kau coba lakukan?" Hinata berujar lirih, sedikit ada isakan disana. Tapi Hinata Sudah mencoba untuk lebih tenang.
Ino menghendikan bahu "balas dendam" ujarnya singkat.
Hinata membola. Apa katanya? Balas dendam? Hanya karena Hinata menabrak mobilnya dengan sepeda, Yamanaka Ino harus membalasnya sampai seperti ini?. "kau membalasku hanya karena aku membuat mobilmu penyok?" ujar Hinata. Tangisnya sudah hilang entah kemana. Sekarang Hinata justru syok.
Dunia ini sungguh kejam dan keras.
"bukan padamu, manis.... Tapi pada Uchiha Sasuke"
"apa?" jadi Hinata hanya terseret masalah dua sejoli yang sedang dalam tahap bermusuhan?
"sejujurnya...... kita bertiga adalah korban, Hyuuga san" bertiga katanya? Tidak! Setelah Hinata pikir-pikir, Sasuke bukan lah korban.. hanya Hinatalah korbannya. Keperawanan bisa diketahui, tapi keperjakaan tidak akan ada yang tau. Uchiha Sasuke, masih bebas melalang buana dan mengakui dirinya masih perjaka. Toh meski tidak perjaka, masih trilyunan perempuan disana yang mau dengannya. Tapi tidak dengan Hinata. Coba pikirkan, siapa yang mau dengan perempuan miskin, bodoh, tidak menarik dan tidak perawan?
Arghhhhh~!!!
"kau korban? Kau sudah gila ya?" lupakan rasa takut, Hinata tidak peduli lagi dengan status miskin dan kaya. "dengar ya Yamanaka-san.... Kau menjualku pada kekasihmu sendiri? Aku tidak tau apa motifmu sebenarnya, kau membohongi ku dan sekarang kau merekam adegan bercintaku?!" Hinata marah tentu saja. apa motifnya? Tunggu dulu.... Mungkinkah Yamanaka Ino ini tipikal orang yang terobsesi pada threesome?
"kekasihku? Aku dan Sasuke sudah putus" mata Hinata membelak. Sepertinya Hinata mulai paham situasinya. Mereka putus, Ino marah dan tidak terima, lalu membalas dendam kepada sang kekasih. Tentu saja, siapa yang rela putus dengan kekasih yang memiliki kesempurnaan seperti Uchiha Sasuke? Hinata rasa, bahkan istrinya kelak akan rela di madu agar tidak diceraikan. "Aku kesini, ingin membuat penawaran denganmu Hyuuga-san" lanjutnya lagi.
"ini tidak masuk akal. Jika kau tidak terima diputuskan Uchiha Sasuke, seharusnya kau lah yang tidur dengannya...... dengan begitu, kau bisa mengikatnya selamanya" Hinata bersidekap. Menaikan satu kakinya. Lupakan sopan santu, kakinya sudah kesemutan semenjak dia menonton video pornonya.
"jangan salah paham Hyuuga-san, akulah yang memutuskannya. Bukan dia" Hinata diam membisu. Yamanaka sudah gila. Kenapa putus dengan orang sekaliber Uchiha Sasuke? "lagipula.... Aku hanya akan memberikan keperawananku pada orang yang mencintaiku" Hinata tertohok mendengarnya. Dan tersinggung tentu saja. Ino brengsek dan sialan. Mucikari tak tau tempat. Ino mempertahankan keperawanannya sedangkan Hinata di korbankan? Tidak adil!
Tapi apa katanya tadi?
Jadi si desainer ini masih perawan? Sama seperti dirinya sehari yang lalu? Dan apa? Mencintainya? Maksudnya.... Uchiha Sasuke tidak mencintainya?
"kau terkejut? Lihatkan... aku hanya perempuan yang menyedihkan, berpacaran lebih dari dua tahun dengan orang yang tidak mencintaiku" kali ini Ino tersenyum kecut. Dirinya masih sedih dengan kenyataan yang ada.
"kau hanya menyimpulkannya sendiri Yamanaka-san" Hinata mendengus apa perempuan di depannya ini sedang sok merendah? Apa dia tidak tau bagaimana serasihnya mereka di media social ataupun berita? Bahkan Hinata selalu iri jika menonton kemesraan mereka berdua.
"itu kenyataannya Hyuuga san, dan hal terpahitnya adalah... dia hanya memperalatku" lagi, perkataan yang menurut Hinata tidak masuk akal. Uchiha itu sudah sempurna, memiliki segalanya.... Apa yang diperalat dari Ino? Sebagai pemuas nafsu? Tidak mungkin... Ino sendiri yang bilang jika dia masih perawan.
"lupakan itu! jadi penawaran apa yang kau mau?" sedikit jengah. Hinata berfikir Ino sedang mengancamnya dengan video ini. Memeras Hinata dengan ancaman video akan disebar.
"aku ingin menyebarkan videomu" ucapnya santai.
"Aku menolak" dengan tegas dan tanpa berfikir, Hinata menolak. Tentu! Perempuan mana yang terima-terima saja jika video mesumnya terekspos dan tersebar?
"kau tidak bisa menolaknya" jawab Ino tak kalah cepat. Sambil menyodorkan satu map dengan beberapa isi. Hinata penasaran dan membukanya.
Sertifikat rumah, dan uang tunai yang jumlahnya tidak sedikit. Hinata terkekeh geli. "kau benar-benar menganggapku sebagai wanita yang haus uang ya?"
Ino tersenyum "kurasa tidak. Kupikir, inilah yang terbaik yang bisa kuberikan padamu. aku kasihan padamu, setidaknya aku mengerti sedikit bagaimana perasaanmu" Ino menjeda kalimatnya, lalu menatap Hinata dengan senyuman sinis "dan seharusnya kau tau, setuju atau tidak, aku tetap akan menyebarkan video ini" Hinata menggigit bibirnya. Benar sekali. Hinata tidak bisa menghentikan Ino dalam menyebar videonya.
"kurasa aku harus melaporkanmu, nona Yamanaka" hukum, Hinata berharap dia bisa mendapat keadilan nantinya.
Lagi, Ino hanya tersenyum dan menggeleng "kau akan semakin rugi, Hyuuga-san. Video ini akan tersebar dan identitasmu akan ketahuan" buku-buku jarinya sudah memutih. Hinata benar-benar dalam masalah besar. Meski tidak percaya, kali ini Hinata harus rela mengikuti alur yang dibuat wanita ponytail di depannya ini.
"kalau begitu, untuk apa kau datang kesini? Toh persetujuanku tidak akan berpengaruh padamu" dengan nada judes, Hinata membuang wajahnya. Ino terkekeh.
"mengajakmu bekerja sama. Aku ingin menghancurkan Uchiha Sasuke, dan kau harus tutup mulut jika aku adalah dalang dari semua ini" ucapnya.
kali ini Hinata terkekeh.
"kau jenius, dibanding kepolisi, sebaiknya aku mengadu pada keluarga Uchiha" ucap Hinata "Dengan begitu, kau yang akan mati!" lanjutnya lagi.
"Tidak! kita akan mati berdua"lanjut Ino "kau harus tau keluarga Uchiha... mereka jauh dari skandal, jika mereka tau aku adalah dalangnya... maka akan kuberitahukan juga kalau kau dengan suka rela bekerja sama denganku"
"kau mencoba memfitnahku?"
"tidak... aku mengancammu" mereka berdua berpandangan. "aku sudah memikirkan semuanya, Hyuuga-san" lanjut Ino. "aku ingin membuat reputasi seorang Uchiha Sasuke hancur, karena telah memperkosa seorang gadis"
"kenapa kau menyeretku? Ini akan sulit.... Kenapa kau tidak menyuruh wanita lain diluar sana? Aku yakin akan lebih mudah" ucapan Hinata membuat Ino tertawa.
"kau bercanda? Jika aku menyuruh jalang-jalang diluar sana... yang ada justru mereka akan senang dan menikmati. Videonya jadi tidak terkesan seperti pemerkosaan" Ino sedikit membenarkan rambutnya, lalu mata aquamarine itu menelisik Hinata dari bawah sampai atas. "kau orang yang paling cocok untuk ini. Saat aku melihatmu, aku yakin sekali kau adalah tipekal perempuan yang lebih memilih menyambung hidup dibanding harus ikut drama cinta-cintaan" Hinata membenarkan itu. melihat videonya pun, Hinata benar-benar terlihat diperkosa. Bukan dasar antara suka sama suka.
"Hanya itu saja?" hinata bertanya gugup, wajahnya lagi-lagi memerah karena teringat videonya.
"tidak. Aku juga ingin menyelamatkan kita berdua setelahnya. Sudah kubilang kau mirip dengan mantan temanku yang sudah meninggal. Identitasmu tidak akan diketahui oleh Uchiha itu...." Hinata diam. jadi itu alasan Ino memaksanya menggunakan wig? "keamananmu, adalah keamananku juga. Oleh karena itu, aku sudah meretas semua cctv yang ada disana" kali ini Hinata mengerti, kenapa bar cassino yang menjadi pilihannya. Disana tidak ada cctv sama sekali, karena daerah kumuh,.. dan hotel oaks itu juga bukanlah hotel yang menjunjung tinggi profesionalisme. "dan kau juga bisa hidup enak setelah ini. Aku memberikanmu rumah secara cuma-cuma dan uang yang cukup besar untuk kau bisa memulai usaha disana"
"Disana?"
"ya.... Di salah satu distrik daerah kirigakure, cukup beresiko jika kau tinggal disini, dan di tempat-tempat yang ada cabang Uchiha corpnya. Disana tidak ada sesuatu yang berhubungan dengan Uchiha. Kau pasti akan aman" Ino berhenti. Menghela nafas. Dia sudah banyak menjelaskan.
Hinata memandang amplop sendu, juga ponsel milik Yamanaka yang menyimpan videonya. "kau melakukan hal sejauh ini hanya untuk balas dendam?" Hinata tidak mengerti, hanya untuk membuat orang yang Ino cintai merasakan sakit, Ino harus membuang waktu dan uang yang begitu banyak.
"benar! ini hanya perihal balas dendam, Hyuuga san. Dia membuatku mengetahui bagaimana kejamnya dunia ini berjalan. Dia menyakitiku, dan aku akan menyakitinya" Ino tersenyum, namun kesedihan masih bisa Hinata lihat disana "aku berharap dia di tendang dari Uchiha karena skandal yang kubuat ini" lanjutnya lirih. Hinata bisa melihat jika Ino masih mencintainya, sangat mencintai pemuda Uchiha itu.
"Uchiha adalah keluarga yang tidak bisa diremehkan Yamanaka-san, bagaimana jika kita ketahuan?" Hinata masih perlu berfikir. Karena berurusan dengan Uchiha sama saja dengan mencari mati.
"aku tau siapa yang akan dicari terlebih dahulu. Satu-satunya bukti adalah dirimu, Hyuuga-san. Jadi dengan penawaran ini, kau tidak akan menyeret namaku suatu saat nanti" mata amethis itu memandang tajam Ino. Lagi-lagi Hinata harus di umpankan, begitu?
"kau mau mengorbankan aku lagi?" sedikit tegas, namun sarat akan nada kemarahan. Dan Ino, hanya santai menanggapinya.
"tentu saja... tapi kau tidak punya pilihan lain, Hyuuga-san. Kau tau betul jika aku sudah mengusahakan untuk menyembunyikanmu. Lagipula kemungkinan kecil mereka menemukanmu, kau itu adalah shion yang sudah meninggal. Yah, meski kita tidak tau bagaimana mereka menyelidikinya nanti. Oleh karena itu.....
.... Setelah pindah ke kirigakure, kau lah yang harus melindungi dirimu sendiri. Semua tergantung bagaimana kau bersembunyi. Kau harus pintar bersembunyi jika tidak ingin ketahuan" Hinata diam. dia dipaksa berfikir keras setelah semalam dirinya digagahi dengan bringasnya. Oh baik Ino maupun Sasuke sama sama tidak punya sisi kemanusiaan.
"jadi bagaimana?" desak Ino.
Bagaimana? Pilihannya hanya ada dua. Jika Hinata ingin membuat Ino membayar apa yang telah dilakukannya, maka Hinata juga akan mati. Tapi jika Hinata memilih untuk bekerja sama dengan Ino, maka nyawanya masih fifthty-fifthty. Tergantung bagaimana dia bisa bersembunyi dari Uchiha Sasuke. Hinata hanya mempermasalahkan video pornonya saja. tapi, apapun keputusan Hinata... videonya akan tersebar. Jalan terbaik adalah bekerja sama dengan Ino. Dia akan memiliki tempat tinggal, dana usaha, dan menyambung kehidupan.
"memangnya aku punya pilihan lain?" Hinata mendengus, dan Ino tersenyum.
"deal?" hinata sedikit menggeleng, Hinata masih mau bernegoisasi.
"aku meminta syarat yang lain. Aku janji tidak akan membocorkan namamu suatu saat jika ini menjadi buruk, tapi kau harus berjanji padaku" Ino menatap Hinata penuh tanya. Hinata hanya mempermasalahkan videonya "setelah video ini tersebar kau harus menghapusnya dari foldermu, kau tidak boleh menyimpan video ini. dan, sebelum kau sebar,... aku ingin kau mengedit videonya dulu" Hinata diam menjeda, memilah-milah kata yang baik untuk bernegosiasi. "aku tau kau bukanlah orang yang jahat, dan kau bilang kau sedikit mengerti tentang perasaanku sebagai perempuan. Jadi aku ingin video itu diedit sedemikian rupa sehingga tubuhku tidak terekspos maksimal. Lalu... aku ingin wajahku disamarkan, itu akan menguntungkanmu juga,.... Dan... karena kau hanya butuh video untuk memperlihatkan skandal pemerkosaan, kupikir kau bisa memotong adegan seksnya" Ino tersenyum. Dan mengangguk menyanggupi. Itu adalah perkara yang mudah.
Hinata memandang Ino, "Aku memilih untuk bersembunyi"
"mari berdoa agar Sasuke di tendang dari Uchiha, karena itu akan membuatnya tidak punya kekuasaan untuk mencarimu" Ino mengulurkan tangannya, dan dibalas oleh Hinata.
Ino tersenyum, dan Hinata memandang Ino datar. Masih banyak hal yang harus dipikirkan Hinata setelah ini.
.
.
.
...
.
.
.
Ino berada di depan pintu, siap untuk pergi dari flat Hinata yang menurutnya cukup sempit. "ah ya Hyuuga-san, kau ingin kuberikan satu rahasia?" alis Hinata terangkat satu, memberikan kode jika Hinata sedikit penasaran.
"obat perangsang.... Sejujurnya aku pernah melakukan itu pada Uchiha Sasuke, dan bukan hanya aku saja.... bahkan beberapa wanita lain juga pernah melakukannya" kali ini Hinata tidak mengerti kemana arah pembicaraan Ino. "tapi saat itu aku gagal menariknya untuk tidur denganku. Pun dengan perempuan lain. Sasuke berhasil berkelit, menolak dan menghindar"
"aku tidak mengerti apa yang ingin kau sampaikan Yamanaka-san"
"sejujurnya, aku pesimis dengan rencana ini pada awalnya. Karena membuat Sasuke termakan nafsu adalah hal yang sulit. Tapi aku tidak menyangka kau bisa membuatnya terbakar akan nafsu" saat Ino melihat Hinata pertama kalipun Ino merasa ada sesuatu yang istimewa dari gadis ini. entah apa itu.
"mungkin kau memberikan dosis yang lebih tinggi" Hinata mengira sekenanya.
"tidak!. Dosisnya sama, saat kejadianku, ataupun kejadianmu. Aku penasaran apa yang membuat seorang Uchiha Sasuke bernafsu padamu, tapi tidak denganku, atau bahkan dengan perempuan cantik lainnya. Apa ya... yang membuat seorang Uchiha Sasuke akhirnya memilih tidur denganmu.... Meski dalam pengaruh obat perangsang sekalipun, dia itu orang yang sulit loh..." Ino mendekat dan melihat Hinata dengan tatapan nakal.
"kau hanya ingin menjebaknya. Dan kupikir ini adalah keburuntunganmu, Yamanaka-san" Ino tertawa dengan ucapan naif Hinata.
"tidak ada keberuntungan didunia ini Hyuuga-san...... semuanya sudah dalam garis yang ditakdir" Ino berbisik ditelinganya, membuat Hinata tidak nyaman dibuat.
"Apa maksudmu?"
"Di dunia ini, manusia tidak bisa memilih dengan siapa mereka akan jatuh cinta, Hyuuga-san.....
...... begitu juga dengan Uchiha Sasuke. meskipun dia sempurna, tapi tetap......dia tidak akan bisa memilih, dengan siapa dia akan jatuh cinta"
.
.
.
TBC
.
.
.
Epilog
Suara dering telfon membuat Ino dengan semangat mengangkatnya. Ini masih pukul tiga pagi dan Ino sengaja untuk tidak tidur. Senyum cantiknya semakin lebar saat melihat nama si pemanggil.
Asisten Setianya. Aburame Shino.
"Halo... Shino-san"
"halo.... Ino-sama, hmmm" Shino sedikit menjeda ucapannya ".....kupikir desahan dan geramannya sudah berhenti" Ino tersenyum. Memang dia menyuruh Shino untuk menginap di kamar hotel samping kamarnya Sasuke dan Hinata, sedikit melubangi temboknya untuk bisa mendengar aktivitas mereka. Ino yakin, wajah Shino pasti sangat memerah, mengingat laki-laki itu begitu pendiam dan pemalu. "sepertinya mereka sudah kelelahan dan tidur.... Kau bisa masuk kamarnya untuk mengabil kameranya, Ino-sama" Ino tertawa.
Melirik jam, mereka baru selesai jam tiga dini hari? Oh... sepertinya mereka berdua sangat menikmati sehingga tahan hingga 5 jam.
"aku akan mengambilnya.
.......Oh iya Shino.... Kau suka tidak dengan lipstick warna merah menyalah terang? Bagaimana menurutmu?"
"eummm... maaf Ino-sama, saya tidak tau"
Epilog end
.
.
.
Signature,
Lavendark (26 Januari 2019)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top