Chapter 14

PEEK A BOO

Chapter 14

Ronde 11

Discalimer

Masashi Kishimoto

Story By

Lavendark

[Hinata Hyuuga, Sasuke Uchiha]

Genre

Romance, Drama, Slice of Life

.

.

.

.

.

Enjoy Reading!

.

.

.

.

.

.

.

--- Ronde 11 ---

.

.

"Anda akan membawa saya kemana?" matanya sedikit melirik kearah si janda dengan wajah syok dan bingung.

Kemana? Tentu jawabannya sudah jelas kan?

"Kita ke hotel"

deg

"A-apa?!"

.

.

.

"Nyonya" Kakashi datang dengan menyodorkan ponselnya.

Mikoto mendesah lelah. Dia menatap Kakashi sejenak dengan mata tajamnya.

Kakashi diam meringis. Sebagai seorang bawahan, tentu Kakashi tak bisa melakukan apa-apa, mungkin akan baik baik saja jika sang nyonya yang tidak mengangkat telfon bos nya, tapi tidak untuk Kakashi yang statusnya sebagai bawahan.

"tuan ingin berbicara dengan anda" dia mengatakannya dengan suara yang hati-hati. Oh maksudnya suara mencicit yang kecil.

"seharusnya kau katakan jika aku sudah tidur!" Mikoto berbisik jengkel pada bawahannya itu. Memiliki bawahan yang bodoh dan tak bisa di ajak kerjasama adalah salah satu cobaan yang besar. untungnya Kakashi adalah tipikal setia dan bukan penghianat, sehingga membuat Mikoto akan berfikir seribu kali jika ingin memecatnya.

Bisa apa Mikoto sekarang?

Di sisi lain, Kakashi merasa tak enak. Dia dilema. Sebagai seorang yang penuh dengan kesucian dan tak pernah melakukan perbuatan dosa, berbohong adalah hal yang tabu untuknya. Lupakan perihal dirinya yang pernah menonton video tuan mudanya_ Kakashi tidak menganggap itu sebagai perbuatan dosa, justru dia menganggapnya sebagai pembelajaran untuk berumah tangga nantinya.

"saya tidak bisa berbohong, nyonya" Kakashi balas membisik.

Dengan enggan Mikoto merebut ponsel di tangan Kakashi.

"moshi-moshi"

"kenapa tak mengangkat telfonku?" dahi Mikoto mengernyit tidak suka saat sang suami tak membalas sapaannya. "apa sekarang aku harus menghubungi lewat ponsel asistenmu (Kakashi)?"

Otak Mikoto mulai bekerja. Dirinya cukup pintar untuk tak membuat alasan seperti 'ponselku mati' atau 'aku hanya menyetel ponselku dengan nada getar' fugaku itu pintar, berkali-kali dari dirinya malah.

Suaminya itu selalu selangkah dari dirinya. Karena itu, Mikoto haruslah berhati-hati jika sedang menyimpan rahasia. Diam-diam Mikoto memberengut. Memiliki suami pintar tidak selamanya baik.

"hanya kebetulan, saat kau menelfon aku sedang berada di kamar mandi. Setelahnya kau menelfon Kakashi tepat saat aku sudah selesai dengan urusanku"

"ah, kebetulan yang hebat. Sejak kapan istriku berada di kamar mandi dengan waktu yang cukup lama? Bahkan hampir 3 jam" Mikoto agak merutuk, tentu dia tak menampik sifat manusia yang akan menjadi bodoh saat gugup. Di dunia ini, hanya suaminya saja yang bisa membuat Mikoto berdetak gugup.

"yah.... Kau tidak akan pernah tau apa yang dilakukan seorang perempuan dengan kamar mandinya" ujarnya ambigu.

Sedangkan pria di seberang sana justru mengangkat satu alisnya ke atas "kau mau mati keriputan karena berlama-lama di kamar mandi?"

"apa?" suasana hatinya langsung memburuk. Apa-apaan itu? Apa suaminya baru saja menyumpahinya mati keriputan karena air?

"kau menyembunyikan sesuatu" fugaku berujar lagi, dan itu sukses membuat Mikoto panik.

Mikoto menggigit bibirnya. Dia melirik kearah Kakashi.

Dialah biang keroknya. Andai saja Kakashi tidak menjadi anjing penurut pada fugaku, tentu Mikoto bisa lebih menikmati hidupnya.

"menyembunyikan apa? Kau tau betul jika aku tak bisa menyembunyikan apapun dari mu, Anata" tanpa sadar, Mikoto tersenyum canggung. Dia seharusnya tau, mau dia berekspresi seperti apapun, fugaku tetap tak bisa melihatnya.

Meski sekarang ada fitur panggilan yang di sebut dengan video call, namun Mikoto sedikit sangsi jika fugaku mau melakukan panggilan video. Suaminya itu terlalu kaku jika melakukan sesuatu hal yang seperti itu.

Tak ada jawaban, pria di seberang telfon hanya diam, dan itu justru membuat Mikoto lebih gugup lagi.

"kapan kau pulang?"

"Kufikir masih lama, kenapa? Kau merindukanku?"

"kau harus mengatur anggaran keluarga" Mikoto memutar bola matanya. Dia sudah tak terkejut dengan sikap dingin dan tak romantis suaminya.

Apa-apaan itu? Mana ada suami yang menyuruh istrinya pulang hanya karena harus mengatur anggaran keluarga?

"kau mencari istri hanya untuk di jadikan sempoa?"

Fugaku mengeryit saat mendengarnya, namun tak ia pedulikan dan justru membahas yang lain "berhenti mengurusi urusan percintaan putra kita" katanya.

Mikoto mengetuk-ngetukan kakinya. Ini adalah kebiasannya ketika gugup. Memang Mikoto beralasan pergi menemui Sasuke untuk masalah perjodohan.

Dan boom! Dia justru mendapati cucu yang lucu.

"Pulang"

Simple tapi mengguncang. Suaminya itu selalu to the point.

Mikoto tambah menggigit bibirnya. Suaminya ini sangat memiliki watak yang keras.

"aku akan pulang jika Sasuke sudah benar-benar memiliki calon" Mikoto menghela nafas sebelum kembali berbicara "kau juga tau apa yang sudah ku janjikan pada putra-putra kita. Aku tentu membebaskan mereka untuk mencari betina yang mereka sukai sampai batas umur yang telah kita sepakati, dan Sasuke sudah terlalu banyak melanggar. Umurnya sudah bisa di sebut sebagai perjaka tua" meski di jepang sendiri rata-rata para pria menikah di umur 30 keatas, namun Mikoto tidak mau menunggu selama itu.

"apa perlu aku yang menjemputmu?" fugaku tidak menanggapi ucapan istrinya barusan, karena baginya karir di umur Sasuke adalah hal yang harus lebih di prioritaskan. Jika memang Sasuke sudah menikah di umurnya yang sekarang, maka fugaku hanya menganggap itu sebuah bonus.

Lain halnya fugaku yang masih tenang, Mikoto justru mulai gerah. Dia sedikit panic saat membayangkan fugaku datang ke sini. Ketempat dimana seorang wanita yang sudah bertahun-tahun di carinya (shion) sedang asik merawat cucu ilegalnya.

Apa yang akan dilakukan suaminya itu?

Menyingkirkan cucu dan menantunya?

Oh yang benar saja!

Sudah sejak lama Mikoto sangat mendambakan cucu. Dan itachi belum memberi itu. Siapa yang sangka justru Sasuke duluan lah yang memberikan makhluk lucu yang di sebut cucu.

"tidak sekarang, aku akan pulang dalam waktu dekat. Jika dalam waktu dua minggu Sasuke masih tidak mau ke perjodohan, maka aku akan pulang" ujar Mikoto membuat alasan. Dua minggu akan mudah untuk Mikoto menyusun rencana.

Sekarang yang terfikirkan olehnya adalah mengasingkan Hinata dan cucunya, memberi tau Sasuke yang kebetulan sudah jatuh cinta pada Hinata, lalu mereka berdua bisa hidup bahagia tanpa di ketahui fugaku.

Sedih memang jika fugaku tak mengetahui keberadaan cucunya, namun Mikoto rasa, fugaku tak akan sesedih itu, toh sampai sekarangpun dia tak peduli dengan hal yang berbau percintaan ataupun cucu.

"satu minggu" fugaku berujar final.

Jika saja Mikoto masih berstatus sebagai gadis perawan, mungkin dirinya sudah mengumpat sekarang.

"baiklah" tak ada pilihan lain. Itu adalah opsi terlonggar yang diberikan suaminya padanya.

Setelah mengucap salam dan berbasa basi sebentar, Mikoto memutus panggilannya, Dan bersandar dengan kasar sambil mendelik kearah Kakashi yang masih menciut.

Sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana dia menyusun rencana agar sang cucu bisa selamat dari cengkraman suaminya? Andai fugaku menyukai hal-hal yang imut, sudah dipastikan akan mudah menarik hati pria tua itu.

Mikoto mengambil ponselnya. Lalu menelfon Sasuke di seberang.

Beberapa detik sampai akhirnya panggilannya di tolak.

Mikoto melotot kesal. Ini genting!

Dasar anak durhaka!

Tak menyerah, Mikoto menghubungi Sasuke sekali lagi.

Lagi, dirinya di tolak. Mikoto menggeram.

Sasuke harus tau kebenarannya dulu. Tentang siapa itu shion, juga tentang Hinata dan anaknya.

Dia mengetikan sesuatu dan mengirim pesan ke ponsel putranya.

.

.

.

...

.

.

.

Tangannya mulai merasa sakit. Pandangannya ia larikan kesana kemari. Inginnya meminta bantuan dengan beberapa orang yang sudah mereka lewati, namun mereka justru mendapati tatapan heran dan takjub terhadap pria yang menariknya ini.

Sialan.

Sasuke dengan sangat cepat menariknya dari parkiran menuju ballroom mewah yang tak bisa Hinata tafsirkan harganya.

"U-Uchiha-san, tangan ku sakit" Hinata mencoba berhenti, berharap jika gaya gesek pada sepatunya besar. Namun, pria didepannya ini seperti memiliki tenaga monster!

Tangan rampingnya berulang kali meronta, tapi tangan besar berurat itu layaknya borgol beton.

Hinata tak bisa melawan.

Banyak hal liar yang berkeliaran dalam otaknya. Hinata bukan perempuan polos yang akan berfikir jika mereka hanya akan mengobrol kalem dalam sebuah hotel.

Hotel.

Untuk apa seorang pria dan wanita pergi ke hotel bersama? Terlebih di malam hari.

Tentu saja Hinata bisa menebak itu.

Untuk bermain 'Pok ame-ame'.

Satu yang tak bisa Hinata tebak. Adalah kenapa dirinya? Kenapa harus dirinya? Dia itu janda beranak satu! Dan lagi, ini adalah Sasuke! Si pria dengan sejuta pesonanya.

Bukankah perempuan diluaran sana banyak yang lebih cantik darinya?

Sekarang dalam otak Hinata hanya berkeliaran pertanyaan tentang 'mungkinkah Uchiha Sasuke sangat terobsesi padanya?' atau 'pria ini gila dan menyukaiku'

"jika tak ingin sakit, maka jangan melawan" suara maskulinnya itu hanya mengingatkan Hinata dengan adegan beberapa tahun lalu, saat mereka sedang memproduksi Himeka.

Hinata menggelengkan wajahnya yang sudah merah padam. Mikir apa dia barusan?

Itu adalah pemerkosaan! Seharusnya menjadi hal yang menimbulkan trauma!!

Tapi... Hinata tidak trauma. Apa karena Sasuke yang luar biasa?

Bukan. Hinata tak menganggap itu pemerkosaan karena Hinata tau diri.

Bukan Sasuke yang salah saat itu.

Tapi Ino, Inolah yang menjebaknya, oleh karenanya.... Disbanding membenci Uchiha yang telah mengambil kesuciaannya, Hinata lebih membenci dirinya.

Karena dia yang tak bisa bertanggung jawab terhadap kerusakan mobil Ino.

Karena dia hidup miskin.

Itu salahnya, jadi.... Tak ada trauma dalam hatinya.

Toh, meski sakit......

Hinata juga menikmati itu.

Tampan, sexy dan.......

Hinata tersadar.

Lagi, Hinata menggelengkan kepalanya. Dia sudah tak waras. Dan Sepertinya hormonnya bekerja dengan tak semestinya.

"an-anda berjalan terlalu cepat"

"mau bagaimana lagi? Aku sudah tidak sabar"

Hinata melotot malu. Lupakan tentang Sasuke si tampan nan sexy. Hinaat rasa pria ini benar-benar memiliki gangguan mental atau kelainan sex

Tunggu dulu, atau mungkin itu fetish seorang Uchiha Sasuke? Bercinta dengan seorang wanita asing yang sudah memiliki anak?.

"Apa? Kau gila!" hilang sudah ke sopanan Hinata yang beberapa waktu lalu masih menggunakan sapaan 'anda'.

Sasuke yang di katai gila akhirnya berhenti. Dia berbalik hanya untuk melihat wajah si janda yang memerah pekat. Dia menaikan satu alisnya keatas.

Sasuke heran.

"kau fikir siapa yang membuatku gila seperti ini?"

Hinata diam. Apa yang barusan itu bisa di sebut dengan gombalan romantis?

Tidak! Bukan. Sekarang Hinata yakin jika memang Sasuke sudah tidak waras.

"i-ini pelecehan! Kau.... Kau akan kulaporkan ke polisi jika masih meneruskan ini"

Sasuke hanya menghendikan bahu sambil memamerkan seringai menawannya. Lalu berbalik dan menarik lagi Hinata.

Sejujurnya Hinata sedikit meleleh dengan karisma Sasuke barusan. Seringaiannya sungguh membuat dirinya benar-benar terpesona

Terbesit sedikit dalam otaknya untuk ikut andil dalam permainan menunggang kuda ini.

Kapan lagi bisa bercinta dengan pria sekaliber Sasuke?

Tanpa sadar Hinata mempertimbangkan ajakan Sasuke.

'kaachan!'

Namun pemikiran itu langsung tertepis saat bayangan Himeka yang bersedih menunggunya di rumah melintas dalam otaknya.

Ah benar! Himeka tak mungkin ia tinggal sendirian semalaman.

"lepas Uchiha-san!" entah tenaga darimana, tangan Hinata lolos dari cengkraman Sasuke. Meski sedikit sakit karena adanya gesekan paksa. Hinata menilai ini adalah tenaga seorang induk yang cemas dengan anaknya.

Hinata baru menyadarinya, Sasuke membawanya ke tangga dadurat. Di sini tidak ada orang. Hinata was-was, namun tetap berusaha berani.

Dia melipat kedua tangannya, memperlihatkan wajah marahnya.

Hinata itu bukan wanita murahan!

"kau fikir siapa dirimu? Memangnya apa yang sedang kau lakukan sekarang?"

"apalagi? Tentu saja mengajakmu bercinta" Sasuke mengatakannya dengan santai.

Hinata syok. Apa pria Uchiha itu sangat mesum seperti ini. Yang Hinata tau dari Ino adalah Uchiha Sasuke adalah pria yang tak tersentuh oleh wanita manapun. Bahkan Ino masih perawan meski sudah bertahun-tahun pacaran dengan Uchiha Sasuke.

Tapi apa ini? Sasuke sangat terlihat murahan.

Atau Hinata itu perempuan special di mata Sasuke? Memikirkan itu entah kenapa membuat hatinya membuncah aneh, ada desiran yang entah kenapa membuatnya sedikit senang.

Tapi lupakan perasaannya. Logikanya sebagai seorang ibu berhasil menekan ego hatinya.

"kau fikir aku mau?!" Hinata tak habis fikir. Uchiha Sasuke mengajaknya bercinta selayaknya mengajak makan malam. Hinata itu memiliki putri, dia single parent tanpa menyewa babysitter,. Tentu sebagai seorang ibu, Hinata tak bisa meninggalkan putrinya lama-lama. Setengah jam lagi, Ayame tentu akan pulang untuk membantu ayahnya menutup toko. Dan Himeka akan sendirian.

Tidak! Hinata tak akan tega.

"memangnya kau tidak mau?" Sasuke bertanya keheranan. Bukannya dia merasa percaya diri atau apa, pengalamannya yang sering di jebak oleh ratusan wanita di luar sana, membuat Sasuke selalu berfikir jika tak ada yang bisa menolaknya. Menolak pesona fisiknya.

Hinata diam. Tentu saja dia.... Matanya meneliti wajah Sasuke. 'mau sih... tapi..'

"tidak!" Hinata mengambil satu langkah mundur. Dia menyipit "aku sudah berumah tangga dan memiliki seorang putri"

"kau janda"

Hinata diam. "itu.... Tak mengubah apapun" dia berkata lirih "aku tetap memiliki seorang putri"

Sasuke tertegun. Benar. Bagaimana dengan putri si janda.

Sebagai pria sempurna sepertinya, tentu akan sangat berat jika harus menerima seorang anak yang bukan darah dagingnya. Dan lagi, bagaimana dengan tanggapan keluarganya nanti? Sasuke bukan berarti membenci status Hinata sebagai ibu beranak satu,...

Menurutnya itu bukanlah masalah. Yang Sasuke takutkan nantinya adalah tentang pilih kasih.

Naluri orang tua dengan darah dagingnya itu sangat kental, bagaimana jika nantinya Sasuke tak bisa membagi kasih sayang yang sama besarnya kepada anaknya si penjual bunga ini?

"jika kau memang sedang ingin melakukannya, kau bisa mencari wanita lain" Hinata akhirnya berbicara setelah lama menunggu respon Sasuke. Sasuke tak merespon apapun.

Sudah Hinata duga, Sasuke hanya sedang bernafsu saja.

Lebih baik Hinata pulang. Sasuke membanya terlalu jauh, memikirkan biaya taksi sudah membuat Hinata meringis sedih.

Hinata berbalik, namun lengannya langsung di genggam lagi.

"tidak bisa...." Sasuke mengatakannya dengan serius, wajahnya lurus memandang si janda yang entah kenapa jadi terlihat berkali kali sangat cantik. "hanya kau...." Dan shion. Sasuke melanjutkannya dalam hati. "yang membuatku seperti ini" lanjutnya lagi

"A-apa?"

"hanya kau yang membuat aku merasa seperti ini" Sasuke lagi-lagi mengatakannya, dia berusaha menyingkirkan shion dalam otaknya. Anggap saja dia sebagai pria brengsek karena tertarik dengan dua wanita sekaligus.

Sasuke ingin menikahi Hinata. Namun hal yang berat untuknya adalah tentang keluarganya. Ini tentang status yang dimiliki Hinata.

Tentu Sasuke bukanlah pria yang lugu yang bisa berbicara,'kita saling menyukai, ayo menikah' tidak! Menikah tidak sesimple itu, sebagai anak yang sudah di besarkan dengan keluarga yang utuh, tentu Sasuke tau diri untuk menghargai pendapat keluarganya.

Meski terkadang dia membenci kedua orang tuanya yang terlalu ikut campur urusan percintaannya.

Tidak! Itu hanya ibunya.

Dan ini juga perihal rasa yang dia rasakan pada shion. Bahkan sampai sekarang Sasuke tak bisa melupakan rasa itu. Sasuke terus berfikir, jika memang nantinya dia akan menikah dengan si janda ini,... lalu tanpa sengaja bertemu dengan shion, apa yang Sasuke lakukan?

Sasuke tak bisa memilih salah satunya.

Karena kedua wanita itu membuat sesuatu dalam dirinya merasa hidup.

Sasuke akui, cinta memang hal yang dibutuhkan.... Karena itu menyenangkan.

Dan Sasuke terlalu serakah karena membagi cintanya kepada dua wanita sekaligus.

"kupikir aku benar-benar menyukaimu" 'dan menyukai shion, mungkin'

Wajah Hinata memerah setelah mendengar itu.

"ke-kenapa?"

"kau terlihat sangat cantik dan menarik di mataku"

"a-apa"

"jadi ayo" lagi, Sasuke menariknya.

"a-apa yang kau fikirkan sih?" Hinata menghentikan langkahnya, lagi-lagi tangannya berontak minta lepas. Hancur sudah musim semi di hati Hinata barusan. Apa Sasuke hanya berfikir tentang sex, sex dan sex?

Sasuke mengeratkan genggamannya. Sasuke harus melakukan ini. Si janda ini harus mengandung anaknya.

Agar keluarganya setuju, agar tak ada halangan apapun.

Sasuke ingin mengikat si janda ini dengan ikatan darah.

"apa yang harus kulakukan agar kau mau bersamaku?" Sasuke bertanya, dan Hinata tambah malu "hanya ini satu-satunya cara untuk mengikatmu" lanjutnya lagi.

Hinata malu! Tentu saja! Yang Sasuke katakan barusan itu terdengar seperti lamaran!

Hinata diam, dia belum bisa menyimpulkan secepat ini jika dia memiliki perasaan untuk Sasuke. Hinata tak bisa menampik jika dia menyukai ketampanan dan kekakayaan Sasuke.

Tapi itu tidaklah cukup. Yang Hinata butuhkan adalah kenyamanan.

Mungkin akan terdengar sempurna jika dia dan Sasuke benar-benar bisa menjadi pasangan. Himeka bisa bersama ayah kandungnya.

Segala kebutuhan Himeka akan terpenuhi. Keluarga yang utuh ataupun materi.

Tapi,... apakah akan semudah itu?

Tidak. Bagaimana jika Sasuke justru akan membenci dia dan anaknya jika tau kebenarannya?

Hinata lah yang merusak nama baik Sasuke saat itu.

Lalu,... begitu juga dengan keluarga Uchiha lainnya. Apakah mereka akan semudah itu membuka tangannya untuk wanita yang telah mencemarkan nama baik mereka?

Membayangkan mereka yang berusaha menyingkirkan Himeka, membuat Hinata langsung pucat pasi.

"a-aku sudah menyukai orang la-lain" dia mengatakannya sambal berontak tak nyaman.

Sasuke masih tak mau melepaskan tangannya.

"apa?! Kau...." Perkataan Sasuke terhenti Karena dering ponselnya.

Dia berdecak kesal. Lalu melihat layar tampilannya.

Kaasan is calling.

Lagi, Sasuke mendecih. Tanpa berfikir dua kali, dia menolak panggilan ibunya.

"apa pria yang tadi?!" wajah Sasuke mengeras. Ini adalah kali kedua dirinya marah terhadap seorang perempuan.

Pertama, karena shion dan ini yang kedua.

Ah sial! Dia mengingat shion lagi!

"katakan!" tanpa sadar, suara Sasuke sedikit meninggi. Dia menjadi sangat posesif.

"i-itu..."

Lagi, suara dering telfon Sasuke menganggu keduanya.

Sasuke benar-benar geram. Dia menolak lagi tanpa tau siapa yang memanggil.

"kenapa kau mau tau? Kita tak ada dalam hubungan untuk mencampuri u-urusan masing-masing"

"kau..." lagi, perkataan Sasuke terganggu dengan nada dering ponselnya. Ini nada dering yang berbeda.

"kau harus mengangkatnya"

Sasuke menggeram sebentar. Dia sangat ingin membanting ponselnya. Sasuke menaikan ponselnya sambal berkata "ini bukan panggilan, ini hanya pesan mas.." perkataannya terhenti saat melihat isi pesan yang ternyata dari kaasannya.

Hinata mulai penasaran. Wajah Sasuke terlihat sangat mengeras, bahkan dia memandang Hinata dengan tajam sambil mengetik di ponselnya.

"Apa kaasan sedang bercanda?"

Ah, ternyata pria Uchiha ini menelfon kaasannya. Hinata menyimpulkan jika pesan masuk tadi adalah dari nyonya Mikoto.

"kasaan tidak berbohongkan?" wajah Sasuke semakin mengeras, lalu matanya menatap Hinata.

Entah kenapa perasaan Hinata tidak enak.

Banyak hal buruk yang ada di fikirannya.

"Putrinya?" ekspresi Sasuke semakin keras, matanya semakin tajam memandang Hinata.

Deg.

Jangan katakan jika Mikoto-san mengatakan tentang Himeka?

Hinata mundur. Pergi dari sini adalah pilihan terbaik.

Ketika Hinata akan lari, tangannya lagi-lagi dicekal.

Hinata berbalik ke wajah Sasuke.

Pria itu masih memegang ponselnya di telinga kirinya. Dia masih menelfon sang kaasan.

Satu yang menjadi perhatian Hinata. Wajah Sasuke yang berubah.

Wajah yang tadi Hinata lihat sangat marah, berubah menjadi menyeringai.

Memandang Hinata penuh dengan makna aneh.

Kenapa pria ini menyeringai? Apa yang dikatakan oleh Mikoto-san padanya? Hinata bertanya-tanya.

"kau harus menikah denganku"

"a-apa?"

Seringainya semakin lebar.

"Himeka....

.......Kenalkan aku padanya"

'DEG'

.

.

.

TBC

.

.

.

Epilog

Suatu hari sebelum insiden kelinci Himeka sakit.

Hinata pulang larut setelah mengantar beberapa pesanan bunga. Dia merutuk dengan jalanan yang macet. Dia sedikit was-was, apalagi ini sudah lewat 20 menit dari jadwal Ayame untuk pulang.

Dia agak bernafas lega saat melihat lampu tokonya masih nyala.

Itu artinya Ayame masih disana.

Hinata membuka pintunya. Suara khas lonceng terdengar menyapa telingannya.

Senyum Hinata hilang. Hatinya, berdegup kencang.

Himeka baik-baik saja, dia malah sedang asik bermain dengan bunga kertasnya. Yang membuat hatinya berdegup adalah perempuan yang menemani Himeka.

Itu bukan Ayame.

Hinata sangat mengenal perempuan berambut permen kapas ini.

Haruno Sakura.

Teman dekat Uchiha Sasuke.

"Sa-Sakura-san" mencoba menetralisir rasa gugupnya, Hinata menyapanya dengan sebaik mungkin.

"ah, hei Hinata-chan" sakura tersenyum lebar.

"kau,.... Tidak mengabariku jika ingin kesini" Hinata mengatakannya dengan nada sedikit canggung. Ini adalah kali pertama Sakura melihat Himeka.

Dia tak akan mengenalinya kan? Uzumaki Karin juga tak mengetahui itu saat melihat Himeka.

Ya, pasti.

"ah, tadinya aku ingin membuat kejutan padamu..." Sakura melirik Himeka, "tapi... aku tak menyangka justru aku yang terkejut"

Hinata diam. Instingnya bekerja "apa maksudmu?"

"ah,... aku tak menyangka putrimu sangat menggemaskan dan cantik." Sakura mendekat ke arah meja kasir, mengambil figura yang tertempel disana "dia sangat mirip dengan ayahnya"

"yah.... Aku bersyukur untuk itu" tidak berkedip. Hinata memperhatikan gerak gerik Sakura tanpa melewatkan sedetikpun.

Apa wanita ini.... Berfikir hal hal yang aneh?

Sakura tersenyum,

"aku ingin membicarakan tentang dekorasi bunga. Tapi kau tidak ada, jadi ketika tau aku adalah temanmu.... Wanita berambut coklat itu pulang dan menitipkan putrimu padaku"

"ah terimakasih. Maaf merepotkanmu"

Sakura menaruh kembali figuranya. "bukan masalah" dia berjalan kearah Hinata "ini sudah malam, kupikir aku akan kembali lagi besok untuk membicarakan tentang dekorasi lebih rincinya"

Hinata mengangguk tak enak. "maaf ya... kau sudah terlanjur menunggu ku dan menjaga putriku"

"tidak apa. Ini salahku juga karena tak mengabarimu lebih dulu" katanya sambil mengedipkan satu matanya. "lagipula aku sangat menyukai anak-anak.... Jadi aku sama sekali tak bosan"

Sakura berjalan ke arah Himeka. "nah hime.... Neesan pulang dulu ya"

'neesan?' Hinata mengernyit jijik dengan tingkah kekanak-kanakan Sakura.

Himeka mengangguk lucu. "bye-bye neechan"

"ja nee"

.

.

.

"huuuuft" Sakura mendesah. Dia masih setia di mobilnya sambil memandang toko bunga Hinata yang sudah gelap.

Sakura banyak berfikir.

Sebagai seorang yang menggilai Uchiha Sasuke sedari kecil,.... Tentu sangat melekat bagaimana sosok Sasuke yang sangat tampan saat masih kecil.

Rambut pekatnya..... dan mata hitam yang legam menawan.

"utakata..... eh, jangan bercanda" katanya lirih. "siapa kau sebenarnya...... Hinata-chan?"

Sakura mengambil ponselnya.

Dia akan mengirimkan kan foto Himeka yang sempat ia ambil sebelum Hinata pulang tadi.

Dia mengetikan beberapa kalimat sebagai penambah keterangan untuk foto yang akan ia kirim.

Tangannya terhenti saat akan menekan tombol 'kirim'

Sakura menggigit kuku jempol bercat pink nya sebentar. Banyak pertimbangan dalam otaknya.

'Bagaimana jika aku salah mengira?'

'aku akan membuat keributan besar yang tak berguna'

Dia menghapus beberapa kalimat pesannya.

'tidak apa-apa Sakura......' dia meyakinkan dirinya.

Ting

Tombol kirimnya sudah di tekan.

Pesannya terkirim. Dan langsung muncul tanda jika pesannya telah terbaca.

Sakura melihat lagi isi pesannya.

Dia mengirim foto Himeka yang tersenyum.... Dengan pipi memerah dan mata hitamnya yang menawan.

Dia membaca lagi pesan yang ia kirim.

Kalimatnya,

"bagaimana menurutmu wajahnya? Ku pikir kau akan memikirkan hal yang sama seperti apa yang kufikirkan......Ne, nii-san?"

Sakura menunggu balasan dengan gugup. Sakura tak mungkin salah mengira, kan?

Lagi, wajahnya memandang toko bunga nya dengan dalam.

Matanya beralih ke ponselnya lagi.

Sakura sedikit tersenyum kecil.

Akhirnya akan ada balasan.

.

.

Itachi-nii is typing....

.

.

Epilog End

.

.

.

stay at home!

.

.

.

Signature,

Lavendark (18 April 2020)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top