Chapter 12
PEEK A BOO
Chapter 12
Ronde 9
Discalimer
Masashi Kishimoto
Story By
Lavendark
[Hinata Hyuuga, Sasuke Uchiha]
Genre
Romance, Drama, Slice of Life
.
.
.
.
.
Enjoy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
--- Ronde 9 ---
.
.
Hinata gugup.
"U-Uchiha-san?" saat Hinata bertanya, semuanya terjadi sangat cepat.
Saat pundaknya ditarik, saat bibirnya terasa penuh dan basah, ataupun saat terdengar suara keterkejutan Naruto.
Lalu Hinata tersadar.
Uchiha Sasuke sedang menciumnya.
.
.
.
Keadaannya hening, semakin canggung saat hanya suara decakan lidah yang terdengar.
Sakura tercengang, tak menyangka jika Sasuke akan melakukan hal yang memalukan seperti ini. tentu saja Sakura terkejut, Sakura sangat mengenal Sasuke, pria yang tak pedulian terhadap wanita itu tak mungkin mau melakukan hal yang kurang senonoh di depan orang lain seperti ini.
Sementara calon suaminya, Naruto. Sedang asik bergelut dengan pemikirannya. Naruto bimbang, ingin mengambil video atau nikmati sajian ini secara langsung.
Sepertinya akan kurang sopan jika Naruto mengeluarkan ponselnya. Jadi Naruto tetap memasang shapirenya lebar-lebar.
...
Hinata membisu, hal yang tak pernah ada dibayangan Hinata adalah dirinya akan dicium oleh Sasuke secara sadar. Tekankan.
Secara sadar!
Pinggangnya di rengkuh mendekat, ciumannya menjadi dalam, apalagi saat Sasuke seenaknya saja bermain lidah di dalam mulutnya. Hinata tak bisa melakukan penolakan pada Sasuke, bukan karena dia menikmatinya, namun jika dia bergerak secara brutal, maka itu akan menjadi hal yang memalukan. Lihat! Masih ada Sakura dan Naruto di sini. Jadilah Hinata hanya mendorong kecil dada bidang milik ayah biologis Himeka ini, berharap dengan kode penolakan ini Sasuke akan sadar dan segera melepas pagutannya.
Nihil.
Sasuke malah semakin melumatnya dalam, Hinata yakin saliva mereka sudah tercampur jadi satu. Ada apa dengan pria ini? dua hal yang paling logis dalam otak Hinata, Sasuke yang sedang dalam pengaruh obat atau mabuk. Tunggu..... atau jangan-jangan mungkin Sasuke punya rasa tertarik padanya?
Tidak! Pemikiran terakhir terlalu liar jika difikirkan. Tak mungkin seorang Uchiha Sasuke yang menolak orang secantik Ino bisa tertarik padanya kan? Tapi.... Sepertinya Sasuke juga tidak dalam kondisi mabuk.
Dan saat Hinata mebuyarkan lamunannya, saat itu Hinata sadar, dia membalas ciuman sang pria.
Membalas?
Mata Hinata membola, dia bisa melihat mata Sasuke yang tertutup dengan nikmatnya. Ah! Hinata jadi malu sendiri.
Sungguh! ini.... luar biasa? Sensasi yang belum pernah Hinata rasakan. Tentu saja... selama hidup, Hinata hanya fokus bekerja dan bekerja. Tidak dekat dengan pria ataupun menyentuh apa yang disebut romansa.
Oh ayolah... mengurus dirinya saja Hinata harus banting tulang... bagaimana mungkin dia berani mengurusi orang lain sebagai kekasihnya?
Jadi ini seperti pertama kali. Meski Sasuke pernah melakukan yang lebih intim dari ini, tapi saat itu lebih terasa pada pemaksaan. Sedangkan ini?
Eum... nikmat? Entahlah, Hinata tak bisa mendeskripsikan perasaannya.
Tanpa sadar, tangan lentik itu tergerak dan meremas pakaian di pundak Sasuke.
Dan, remasan kecil itu membuat Sasuke semakin membuncah.
"Gila... ini sudah lebih dari satu menit" gumaman Naruto menyadarkan Sakura yang masih asik menikmati tontonannya. Sakura menoleh ke Naruto. Benar! ini sudah terlalu lama. Sakura tak mengira jika Sasuke seperti sangat ahli dalam ini. bukankah Sasuke tak pernah melakukan hal seperti ini? jadi bagaimana mungkin dia sudah terlatih dalam hal ini.
Bukan hanya Sakura dan Naruto saja yang merasakan begitu. Hinata juga begitu. Dia.... Sudah kehabisan nafas, tapi lihat Sasuke! masih asik dengan permainan yang dibuatnya sendiri. Apa pria ini punya tenaga badak? Pikir Hinata.
Lagi pula... Sasuke sepertinya sangat pro dalam hal ini. Hinata yakin, jika Sasuke bekerja sebagai gigolo... pasti tarifnya akan mahal dan bisa menghasilkan banyak uang.
Karena kebutuhan oksigen dan demi kelangsungan hidupnya, mau tak mau Hinata memukul keras dada Sasuke. dan itu berhasil menyadarkan sang empunya.
Pagutan itu terlepas. Sesaat mata amethis dan onyx saling berpandangan.
"Apa yang kau lakukan, teme!" Naruto yang pertama bersuara, Sakura mendelik tak suka. Calon suami bodohnya itu benar-benar merusak suasana.
Hinata menoleh ke arah Naruto. Dadanya berdegup kencang saat memandang kilatan aneh dimata onyx milik putra Mikoto Uchiha itu.
"Permintaan Hinata-chan itu bukan untuk minta dicium! Ya kan Hinata-chan?" lanjut Naruto. Hinata menunduk malu.
Sasuke berdecak kesal, lalu sedikit melirik perempuan disampingnya. Dia mempertanyakan sikapnya barusan. Dia merasa aneh, ada sesuatu yang menggelitik pada perutnya. Terlebih ciuman itu. ciuman yang diawali dari dirinya. Sebelum ini, Sasuke tak pernah berciuman dengan perempuan secara sadar. Ciuman pertamanya diambil oleh shion jalang dengan menggunakan obat perangsang. Tapi kali ini, Sasuke melakukannya secara sadar. Dan ada sesuatu yang membuncah dalam hatinya.
Apakah ini yang disebut dengan nafsu? Pikir Sasuke.
"A-aku..." si janda itu bersuara, Sasuke bisa menangkap jika nadanya ragu-ragu dan tercekat. Tunngu! Apa si janda ini tidak menikmatinya?
"Sasuke, kau harus menjelaskan ini pada Hinata-chan" ini perintah dari Sakura. Tentu saja! setau Sakura Sasuke dan si janda ini belum memiliki status resmi sebagai pacar... tapi lihat apa yang Sasuke perbuat? Mana ada perempuan di dunia ini yang mau dicium tanpa status...
Eh? Sakura diam sebentar.... Tapi sepertinya, untuk Uchiha Sasuke itu adalah hal yang bisa dimaklumkan. Perempuan mana yang tak mau dicium olehnya? Bahkan Sakura juga masih penasaran bagaimana rasa bibir tebal milik Sasuke. tapi itu dulu.... Sekarang, dirinya sudah puas dengan bibir calon suaminya ini.
Sasuke hanya diam, dan Hinata meremas roknya. Dirinya malu bukan kepayan.
Berharap apa dia? Mata amethis itu melirik kearah Sasuke. entah kenapa suasananya jadi canggung seperti ini. Hinata tak mengerti arti tatapan onyx itu, tapi melihat kerutan yang terbentuk di dahi prodigy Uchiha itu membuat Hinata yakin... Sasuke ragu dan menyesal telah melakukan ini padanya.
Bolehkah Hinata marah pada Sasuke? menampar dan mengatakan apa yang dilakukannya adalah kurang sopan?
"bisakah aku pulang?" nadanya lirih dan pahit. Kenyataannya, Hinata tak bisa mengatakan apapun. Hinata mengatakan itu sambil menunduk. Hinata membenci ini. bukan Sasuke yang dibencinya, ataupun Sakura dan Naruto. Hinata membenci dirinya.... Dia merasa membuat dirinya sendiri seperti murahan.
Hening. Tak ada jawaban dari ucapan Hinata. "putriku sepertinya sudah menunggu ku" lanjut Hinata. ucapan itu membuat mata onyx membelalak. Sasuke merasakan dadanya berdenyut sakit.
Putri. Benar. si janda ini sudah memiliki seorang putri. Dan disinilah Sasuke terjebak. Terjebak dengan perasaan yang rumit. Semua berjalan begitu cepat untuknya. Seperti ciumannya. Sasuke tak mengerti kenapa dia bisa bergerak begitu impulsif pada si janda wangi ini. seperti sebelum ini dia pernah menggigit lehernya. Itu juga terjadi secara impulsif.
Dan ini yang terparah, dia melumat seorang janda di depan teman-temannya. Sasuke menyalahkan dirinya sendiri. Melihat ketika si janda itu tersenyum..... membuat ada yang aneh dalam dadanya. Game saling tatap itu hanya membuatnya menjadi seperti orang lain.
Jangtungnya Berdetak kencang.
Ribuan kupu-kupu berterbangan secara acak dalam perutnya, menggilitiknya dan membuat sesuatu dalam dadanya membuncah keluar.
Rasa yang tak pernah bisa dia jelaskan.
Dan tanpa sadar, Sasuke telah melumat bibir si janda itu. dan semakin diluar kendali saat bibir si janda terasa sangat manis untuk Sasuke.
Sasuke benci rasa manis... tapi ini berbeda.
Dia kecanduan.
Baik oleh bibir si janda, leher si janda, ataupun harum si janda. Semua membuatnya kecanduan.
.
.
.
...
.
.
.
"Kau menyukainya, Sasuke-kun" Sasuke menyenderkan kepalanya pada senderan sofa. Sakura terus menekannya untuk ini. jatuh cinta? Entah bagaimana Sasuke bisa mendeskripsikannya..... apa benar ini yang disebut jatuh cinta? Sasuke belum bisa memastikannya.
Jika jatuh cinta adalah ketika kau selalu memikirkan lawan jenismu, maka ini bukan jatuh cinta.
Mungkin memang brengsek, tapi Sasuke tak hanya memikirkan si janda. Dia terkadang juga memikirkan shion yang sampai sekarang keberadaannya belum ditemukan.
Atau mungkin Sasuke jatuh cinta pada dua wanita sekaligus? Kepala Sasuke sakit saat memikirkannya. Ini lebih rumit daripada dokumen perusahaan yang bernilai milyaran yen.
"dia menciumnya, perlu bukti apalagi?" Sakura melanjutkan pertanyaannya, melirik Naruto untuk memojokan Sasuke.
"kau brengsek teme. Masa kau membiarkannya pulang sendiri? Kau tidak gentleman sekali!" kepala Sasuke semakin berdenyut sakit saat mendengar suara keras Naruto. Tau apa Naruto? Sasuke yakin, jika dia menawarkan diri untuk mengantarnya, sudah pasti si janda akan menolak.
Sasuke masih ingat bagaimana dia memaksa si janda untuk diantarnya pulang setelah makan malam mereka.
Sangat sulit.
Lagipula, tubuhnya sempat membatu ketika si janda itu dengan lugasnya menyebutkan perihal putrinya. Apa-apaan itu? apa dia menegaskan pada Sasuke jika dia sudah punya putri dan tak pantas untuknya?
Tanpa sadar, Sasuke menggeram.
Benar! tak pantas! Tentu saja! janda itu seharusnya tak pantas untuknya. Tentu saja... siapa pria yang tak mau memiliki istri yang masih perawan atau belum terjamah? Tapi.....jika sudah membicarakan perihal hati, maka itu akan sulit.
Sasuke mengakuinya secara berat.
"Jangan diam saja, Sasuke-kun!" Sasuke mendelik pada Sakura yang berteriak padanya.
"memang aku harus seperti apa?!" akhirnya mulut Uchiha itu bersuara. Nadanya berdesis kesal. Ingin sekali menendang dua orang ini dari apartemennya. Sesi gamenya sudah selesai kan?
Sakura diam. benar juga... memangnya Sasuke harus seperti apa? Ini juga diluar kendali Sakura. Dari banyak kemungkinan, Sakura tak menyangka Sasuke akan bergerak seimpulsif itu.
"kau harus menyatakan cinta pada Hinata-chan?! Memangnya apalagi? Setidaknya itu akan membuat seorang perempuan bisa merasa dihargai dan membuat mereka senang" Naruto mengatakannya secara lugas. Sasuke memandang Naruto geli. Tentu, untuk ukuran playboy seperti Naruto mudah saja mengatakan itu. tapi Sasuke tak bisa. dia tak bisa mengatakan cinta pada seorang perempuan secara sembarangan.
Karena Sasuke hanya ingin mengatakan cinta pada satu perempuan saja. dia tak bisa menjadi seperti Naruto yang sudah berkali-kali mengatakan cinta pada perempuan yang berbeda tiap tahunnya.
Karena bagi Sasuke, cinta adalah suatu kalimat yang sakral. Cinta adalah suatu bentuk yang murni.... Mungkin terdengar sangat kolot untuk zaman modern seperti ini.... tapi untuk Sasuke yang notabenenya adalah pria yang sulit jatuh cinta. Hal itu tetap menjadi prinsipnya.
"menyatakan cinta? Aku saja tak tau mencintainya atau tidak" ucapan Sasuke itu membuat kedua temannya membelalak.
"Apa? Dasar kau brengsek! Kau menciumnya, dan sekarang kau bilang kau tak yakin menyukainya?" Naruto geram.
Sasuke tambah geram. Lihat siapa yang bicara.
"bagaimana denganmu yang sudah meniduri setiap wanita?" ucapan sarkas itu membuat shapire Naruto melebar selebar-lebarnya.
"A-apa?" matanya melirik Sakura "dasar sialan!" naurto kesal karena Sasuke mengatakan itu di depan Sakura. Naruto merasa tak enak. "sa-Sakura..."
"aku tak peduli dengan masa lalumu, Naruto" ucapan Naruto di potong oleh Sakura. Lalu mata giok itu memandang serius Sasuke. program perjodohan anaknya dengan anak Sasuke harus tetap berjalan. "jadi Sasuke-kun, apa yang membuatmu tak yakin?"
Sasuke diam. apakah dia harus menjawabnya?
Mungkinkah ini yang disebut dengan sesi curhat seperti yang dikatakan orang-orang? Mungkin Sakura sebagai perempuan punya sudut pandangnya sendiri.
Mengungkapkan isi hati bukanlah Sasuke sekali, tapi Sakura dan Naruto adalah dua orang yang berbeda dengan orang lain. Sasuke sudah menganggap mereka seperti keluarga sendiri.
"Sepertinya... aku masih memikirkan wanita lain" ujaran itu terdengar ragu-ragu. Sasuke kurang nyaman untuk mengatakan ini.
"Apa?" Naruto berteriak. Lalu Naruto diam untuk beberapa saat. "sialan.... Kau playboy juga rupanya" kekehan yang membuat Sasuke sedikit mendelik. Dia menyesal telah mencurahkan perasaannya.
"Tunggu Sasuke! jangan katakan jika perempuan itu adalah shion?" Sakura berjengit kearah Sasuke.
Diamnya Sasuke membuat Sakura semakin yakin.
Shion.
Sakura terkadang tak bisa mengerti dengan jalan pikirannya Sasuke. apa yang membuat Sasuke masih memikirkan shion? Apa karena keperjakaannya yang diambil? Memangnya Sasuke itu perempuan? Oh ayolah... untuk status seorang pria, keperjakaan bukanlah hal yang terlalu dipermasalahkan.... Apalagi ini jaman modern.
"Sasuke-kun... aku tau keluarga Uchiha itu ketat... tapi... oh! Ayolah... kau tak sekolot itu kan?" protes Sakura, dan Naruto mengangguk mengiyakan.
"Entahlah.... Aku hanya tak bisa melupakannya"
"Apa?" kali ini Sakura makin tak mengerti. Tunggu! "tunggu dulu! Jangan bilang kau menyukainya?" nadanya agak histeris. Shion terlalu beruntung kalau begitu. Sasuke diam... membuat Sakura semakin terperangah. "Sasuke! kau tak mengenalnya dan kau hanya bercinta satu kali dengannya..... bahkan wajahnya pun tak ingat... bagaimana mungkin kau bisa langsung menyukainya?" jika membuat Sasuke jatuh cinta adalah menyerahkan keperawanan saja... maka dari dulu Sakura akan bekerja keras untuk itu.
Ah lupakan! Sakura pernah melakukannya dan gagal. Sasuke itu sangat sulit diperdaya. Oleh karena itu.... dua orang perempuan yang sangat beruntung menurut Sakura adalah Hinata si penjual bunga dan shion si wanita misterius.
"sudah kubilang aku tak tau" katanya menghendikan bahu. Lalu Sasuke meneruskan ucapannya. "kurasa ini juga terjadi pada si janda itu" Sakura mengernyit. "kupikir, aku tak bisa berhenti memikirkannya sejak pertama aku bertemu"
Rasanya Sakura ingin tertawa. Ternyata begini ya kalau Uchiha itu jatuh cinta? Tanpa pendekatan ataupun waktu. Hanya dari sebuah pertemuan pertama saja?
Seperti shion dan Hinata.
"baiklah, anggap kau akan bertemu shion... lalu apa yang akan kau lakukan?" kali ini Naruto ikut bersuara. Sasuke diam, berfikir mendalam. "kupikir mudah saja Sasuke, nikahi saja keduanya......" Sasuke mendelik tak suka. "...... sekarang shion tak ada... maka fokus saja pada Hinata-chan"
"aku setuju dengan Naruto....jika kau terlalu banyak berfikir, bisa saja Hinata akan berakhir dengan orang lain" Sakura tersenyum jenaka, apalagi saat melihat Sasuke membolakan matanya.
"itu tidak mungkin! Siapa yang mau dengan janda beranak satu?!" Sasuke menyangkal.
Sakura memandang tajam. Senyum jenakanya hilang. Tega sekali Sasuke berbicara seperti itu. memang apa salahnya dengan janda? Asal dia baik dan mandiri... Sakura rasa masa lalu bukanlah sesuatu yang perlu di permasalahkan.
"kau saja menyukainya... yang notabenenya adalah pria yang diincar oleh banyak perempuan" Naruto mengatakan itu santai, tangannya mulai mengambil ponsel. Naruto mulai bosan dengan pembicaraan ini. dirinya tak terlalu menyukai hal hal yang berbau mencampuri urusan orang lain.
"sejujurnya Sasuke, wajah Hinata itu sangat manis. Kau juga menyadarinya kan?" Sakura tersenyum. Memaklumi jika pria ini memang baru pertama kali merasakan apa yang disebut dengan ketertarikan.
Sasuke diam. apa yang dikatakan Sakura salah. Wajah si janda manis? Oh ayolah... bukan hanya wajah. Menurut Sasuke, semuanya manis.
Aromanya manis dihidung Sasuke. Senyumnya manis dimata Sasuke. Lehernya manis di mulut Sasuke. suaranya manis ditelinga Sasuke... dan terakhir, rasa bibirnya yang teramat manis.
"coba bayangkan jika Hinata sedang berjalan dengan Naruto sambil bergandengan tangan? Bagaimana perasaanmu?" Sakura rasanya ingin tertawa, dia harus mengejakan hal yang seperti ini kepada pria dewasa? Apalagi pria pintar pemimpin perusahaan.
Sasuke diam. perasaannya? Entahlah.... Sasuke merasa sesak dan..... marah.
"dilihat dari ekspresimu, pasti kau merasa tak suka kan? Itu yang dinamakan cemburu" Sakura makin tersenyum saat Sasuke memandangnya diam. lalu dengan tergesa-gesa Sakura duduk di samping Sasuke.... memandanganya dengan antusias. "kau menyukainya Sasuke. sudahlah... lebih baik kau lamar dia dan nikahi... buat anak, dan kita akan berbesan. Bukankah itu menyenangkan? Kau, aku dan Naruto akan menjadi keluarga!"
Sasuke memandang Sakura dengan tatapan tak suka. Berbesan? Kenapa harus dengan Sakura dan Naruto? Mereka berdua memiliki otak setengah! Sasuke tak mau memiliki cucu yang otaknya setengah nantinya.
"hentikan Sakura... meski Sasuke menyukai Hinata-chan, dia tetap tak akan bisa menikahinya.... Mungkin jika untuk pacaran dan main-main saja bisa" Naruto menarik perhatian Sakura. Apa-apaan calon suaminya itu? mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya... bahkan nadanya terdengar santai dengan gaya bermain ponselnya.
"jangan ganggu Naruto-ba__"
"keluarga Uchiha tak akan menyutujuinya" ucapan Sakura terpotong oleh Naruto. Mata giok dan onyx itu membelalak bersamaan. "paman Fugaku itu sangat pemilih..." lanjutnya lagi.
Sakura tak bisa menyangkalnya. Yah... Sakura tau betul bagaimana sifat seorang Fugaku.
Sakura menunduk lesu. Jadi program besannya akan gagal disini?
Sakura mulai mencak-mencak kesal. Dia sudah mengorbankan banyak uang calon suaminya hanya untuk menarik Hinata menjadi penata bunganya!
Sasuke diam. dia belum berfikir sampai sana. Apalagi ibunya juga akan menjodohkannya dengan anak perempuan kenalanya. Sasuke melupakan itu.
"kecuali kau mau menggunakan cara ekstrim" Naruto menatap Sasuke nakal, membuat Sasuke mengernyit jijik tak nyaman. "buat anak dengannya saja, teme"
"maksudmu?"
"hamili dia"
"itu tak mudah Naruto" Sakura ikut obrolan dengan santai. Dia lupa akan statusnya sebagai perempuan disini.
"kenapa tak mungkin, Sakura-chan?! Kuyakin teme masih bisa menyemprotkan spermanya" ujaran itu membuat Sakura mendelik tak suka. Kata-katanya terlalu vulgar!
"bukan itu maksudku bodoh!" Naruto memandang Sakura tak mengerti. "Hinatalah masalahnya. Memangnya dia mau dihamili Sasuke?" Sakura memang berfikir jika Hinata memiliki getaran terhadap Sasuke, tapi.... Entahlah. Sakura masih tak yakin. sejak pertama kali bertemu dengan Hinata, pandangannya terhadap Sasuke adalah pandangan menghindar dan takut. Entah kepekaan Sakura yang salah atau Sakura yang tak mengerti keadaan.
"jika Hinata-chan tak mau, teme hanya perlu memerkosanya" Sakura menganga, sedangkan Sasuke diam-diam setuju dengan ucapan Naruto. Entah kenapa kali ini Naruto sangat pintar menurut Sasuke. "kau mau kubantu untuk menjebaknya, teme?" Naruto menawarkan diri.
Sasuke menyeringai. "siapkan lokasi dan waktunya" Naruto ikut menyeringai mendengarnya. Akhirnya jiwa kemesuman pria dari Sasuke keluar juga. Sudah lama Naruto menantikan ini.
"hentikan kalian berdua!" Sakura berteriak kesal. Naruto yang mesum adalah hal yang biasa.... Kenapa Sasuke jadi ikut seperti itu?
Si janda benar-benar luar biasa bisa mengubah kepribadian Sasuke seperti ini. begitu pun dengan shion. Lagi-lagi video sex Sasuke-shion terputar dalam otak sucinya Sakura. Sakura menggeleng brutal.
"kalian pikir akan langsung hamil dengan sekali main? Itu sulit! Belum lagi jika si Hinata meminum pil pencegah kehamilan" Sakura bersidekap. Sedikit mengernyit saat menyadari jika dia mengikuti alur rencana Naruto. Hei ini tanpa sadar! Lagipula... Sakura tak akan sejahat itu. menjebak seorang perempuan untuk di umpankan ke pria lain? Sakura itu juga perempuan.... Tentu Sakura tau bagaimana perasaannya.
Senang. Tentu saja... siapa yang tidak senang untuk tidur dengan pria sekelas Uchiha Sasuke?
Yah, cara Naruto boleh di coba juga. Pikir Sakura.
"kau meragukan kesuburan seorang Uchiha, hm?" Naruto melirik Sasuke, Sasuke mengangguk bangga.
"lagipula, pil pil murahan seperti itu tak akan mengalahkan kesuburanku" ujar Sasuke.
Sakura mengernyit jijik. Pembicaraan jenis apa ini? mau sesubur apapun, tak mungkin akan jadi benih jika hanya sekali main dan mengonsumsi obat pencegah kehamilan.
"lupakan masalah hamil!" Sakura berdiri, dirinya sudah mulai jengah ditengah-tengah pria yang mulai tak waras. "Satu masalah lagi, Sasuke"
Sasuke memandang Sakura.
Apa lagi?
"kudengar Hinata sudah memiliki putri....
...... apa kau bisa menerima putrinya?"
Sasuke membisu. Dia tak bisa menjawabnya. Mencintai dan menerima putri yang bukan darah dagingnya?
Apa Sasuke bisa?
.
.
.
...
.
.
.
Hinata pulang dengan rasa aneh yang bercokol di dalam dadanya. Marah, benci dan sedih. Semua bercampur bersamaan. Marah pada Sasuke yang seenaknya menciumnya, benci pada dirinya sendiri karena tak bisa tegas, dan sedih karena dirinya berharap yang tidak tidak.
Memangnya berharap apa dirinya?
Hinata benci berandai-andai. Tapi ketika Sasuke menciumnya... membuat Hinata berfikir dan berandai-andai. Seandainya dia adalah putri orang kaya dan memiliki keluarga yang terhormat.... Apakah segalanya akan berjalan mudah untuknya?.
Hinata mengakuinya. Mengakui tentang perasaannya.
Tumbuh sebuah perasaan asing di dalam hatinya. Semua berawal dari Sasuke yang memotongkan daging untuknya. Perempuan mana yang tak luluh diperlakukan romantis oleh seorang pria? Terlebih pria itu tampan dan kaya? Hinata bukanlah perempuan munafik yang berfikir fisik dan materi adalah tidak penting. Kenyataanya semua orang selalu ingin memiliki pasangan hidup seperti apa yang mereka inginkan.
Hinata juga begitu. Dia ingin menikah dengan pria kaya raya dan baik hati. Tapi Hinata bisa apa? Tentu Hinata tau diri.
Oleh karenanya dia menekan dan membuang perasaan asing ini. dari dulu, saat Hinata mulai Merasa ketertarikan pada orang lain, dia akan melakukan perbandingan. Hinata juga seorang perempuan, tentu sebelum Sasuke, Hinata juga pernah memiliki ketertarikan pada pria lain yang ditemuinya. Namun... Apakah dia pantas dengan orang itu? apakah orang itu mau dengan orang seperti Hinata? Seperti itu. hinaat selalu merasa rendah. oleh karenanya, Hinata memilih untuk menekan perasaannya dan mengedepankan logikanya.
Hinata hanya takut orang itu memandang rendah dirinya. Seperti 'kau itu sudah beruntung bersama ku, jangan terlalu banyak mengatur'. Hinata tak mau seperti itu. Hinata hanya ingin mendapatkan pasangan yang memang tulus padanya. Tanpa membawa-bawa statusnya nantinya.
Ya... dia hanyalah anak yatim piatu yang selalu membanting tulang untuk kehidupannya. Ditambah dia sekarang sudah memiliki seorang putri.....
Apa ada yang akan menerimanya tanpa mempermasalahkan masa lalunya? Hinata rasa itu akan sulit.
Dan sekarang Sasuke. ini adalah kali pertama untuk Hinata berdekatan dengan Sasuke. mungkin menurut orang-orang, makan malam berdua ataupun mengobrol dengan pria adalah hal yang biasa. Tapi tidak dengan Hinata. Selama ini dia hanya berfikir untuk bekerja, bekerja dan bekerja. Dia tak akan sempat untuk berfikir masalah cinta-cintaan. Oleh karena itu, makan malam dengan Sasuke adalah makan malam dengan pria yang pertama kali Hinata alami. Dicium, bahkan diantarkan pulang.
Untuk seorang wanita yang baru pertama merasakan hal seperti itu, tentu akan ada perbedaan cara pandangnya. Menurut Hinata itu adalah perlakuan yang special. Tapi menurut Sasuke? Hinata yakin, pria seperti Sasuke sudah sering mengalami hal-hal begitu.
Mungkin Sasuke menganggap apa yang dilakukannya adalah hal yang biasa.... Tapi untuk Hinata?
Dengan kondisi seperti itu, Hinata terkadang malu dengan pemikirannya terhadap orang seperti Sasuke. seperti saat Sasuke menggigit lehernya,... dia berfikir Sasuke tertarik padanya... bukankah itu sangat tak tau diri?
Mungkin Sasuke sedang menggodanya saja. terlebih saat Sakura bertanya......
Sasuke hanya diam. mungkinkah Sasuke malu karena mencium wanita seperti dirinya? Wanita yang tak pantas bersanding dengan orang sekaliber Sasuke.
Hinata tau diri. Dia akan segera melupakan itu dan menganggap Sasuke hanya sedang memainkannya. Dan Hinata? Dia harus menerima dengan hal seperti ini... dia hanya tak mau mencari masalah... terlebih sekarang, dia sedang membesarkan darah Uchiha, yang tercampur dengan darahnya. Jika dia bertindak ceroboh seperti menampar ataupun apapun itu, maka segalanya akan memburuk kedepannya.
Tak terasa air mata itu meluncur.
Hinata merasa sangat murahan hanya karena ini.
Sampai saat ini, Hinata tak bisa melakukan perlawanan meski Sasuke terkesan seperti melecehkannya. Andai saja Hinata adalah orang berada, mungkin dia bisa dengan lugas marah pada Sasuke dan meminta kejelasan, seperti yang dilakukan Sakura pada Sasuke. tidak dengan Hinata, dia hanya takut... logikanya terus mendorongnya untuk menerima dengan lapang dada agar tak terjadi hal yang lebih buruk nantinya.
Ini sama seperti saat Ino menjebaknya. Logikanya menyuruhnya untuk tak melawan. Menerima segala rencana Ino dan merendahkan harga dirinya sendiri.
Hanya karena uang dan kekuasaan yang tidak dia miliki.
Dan sekarang, hidupnya dan sang putri sedang digenggam oleh Uchiha Mikoto.
Hinata sangat tau cara kerja didunia ini. yang kaya adalah yang berkuasa.
"Hinata?" suara disebrang telfon menyadarkan Hinata. Ah, Hinata sedang menelfon Ino.
"Ino" jawabnya singkat.
"Kenapa menelfonku?" Hinata diam. dia agak ragu... apa perlu dia katakan?
"Uchiha Mikoto telah mengetahui jika Himeka adalah putri dari Sasuke"
Hinata tak akan lari kali ini. dari dulu, Hinata hanya selalu mencari jalan teraman. Kali ini... dia tak akan melakukannya lagi.
Tak ada suara diseberang sana.
"Bagaimana dengan Sasuke?"
"kurasa dia belum mengetahuinya" Hinata berkata lirih "aku akan melakukannya sesuai dengan perjanjian awal" Hinata mengatakan itu dengan suara yang tersendat. Ah airmata sialan!
"aku mengatakan pada Uchiha-san, jika aku dibayar dan kita bekerja sama"
Masih hening, sampai akhirnya terdengar suara diseberang telfon.
"kenapa kau katakan itu? seharusnya kau katakan saja yang sejujurnya" Hinata tak bisa menebak bagaimana ekspresi Ino disana, karna kali ini, suara Ino sangat pelan dan datar.
"kau sudah terlalu banyak membantu ku Ino" Hinata ingin juga mencoba untuk melawan takdirnya. Dia ingin mejadi seperti Ino, Sakura ataupun Mikoto, yang selalu bisa melakukan apapun yang mereka inginkan.
Meski mereka memiliki kekuasaan dan kekayaan.... Hinata tetap akan berusaha.
Tanpa sadar, mata Hinata menatap Himeka.
Untuk Himekanya.
"sepertinya aku juga tak akan pergi ke amerika, Ino" masih tak ada balasan di sebrang sana. "aku akan menghadapi apa yang sudah menjadi konsekuensiku....."
"Hinata..."
"Kau tak perlu khawatir...... aku dan Himeka akan baik-baik saja" Hinata menggigit bibirnya. "aku sudah siap dengan semuanya, Ino.... Dipisahkan dari Himeka atau yang lebih buruk lagi ......Bahkan aku sudah siap jika aku harus disingkirkan"
"Hinata....."
"aku hanya takut jika Mikoto akan pergi kerumahmu......." Hinata terus memotong ucapan Ino. Apakah Ino kesal? Hinata sama sekali tak tau.
"Kau mengkhawatirkanku?"
"tentu. Kau adalah wanita yang baik Ino..... dan untuk jaga-jaga..... jika Uchiha Mikoto mendatangimu, katakan apa yang aku katakan ya. Katakan jika aku melakukannya karena uang... aku lah yang menawari diri dan bekerja sama denganmu"
Di seberang masih hening. Hinata rasa Ino sedang bingung sekarang. Mungkin saja.
"Ino, bisakah kau menjaga Himeka jika terjadi sesuatu padaku?"
"kau akan baik-baik saja, Hinata"
"aku tau itu.... aku.....
...hanya jaga-jaga saja"
.
.
.
...
.
.
.
"Aku... hanya jaga-jaga saja" itu adalah suara terakhir sampai akhirnya Hinata pamit dari telfon. Ino memandang ponselnya dengan raut kesal.
Lalu dirinya menyeringai sambil bergumam.
"Dasar. Dari dulu tetap saja bodoh" dengusnya.
Ino berjalan anggun menuju ruang tamu.
"Apakah sudah selesai urusanmu... Nyonya Shimura?" suara lembut itu mengalihkan perhatian Ino. Ino tersenyum saat tamunya menampilkan senyum angkuh. Duduk elegan di sofa merah yang dibelinya bersama sai.
"Tentu.... Nyonya Uchiha" Uchiha Mikoto, -tamu yang dimaksud Ino- menyilangkan kakinya. Memperlihatkan betis indah putihnya. Ino duduk tak kalah elegan.
Kedua mata itu berpandangan dengan tatapan yang aneh.
"jadi? Kau belum menjawab pertanyaanku?" benar. Mikoto telah datang sebelum Hinata menelfon, dan disaat sedang dalam pembicaraan, Hinata secara kebetulan menelfon. Tentu Mikoto tak mengetahuinya... karena Ino mengangkat telfonnya didapur. Mengatkana pada Mikoto jika dia ada urusan sebentar dan Membiarkan sang nyonya Uchiha duduk manis menunggu diruang tamunya. "kau tau... aku sempat sangat menyukaimu dulu" nadanya dingin dan menyindir.
Ino menyayangkan ini... Mikoto adalah perempuan yang baik. Putranya saja yang sangat brengsek! Ino juga tak mau menghancurkan citra baiknya didepan Mikoto.
Apa Ino korbankan Hinata saja? apalagi saat Hinata yang memintanya tadi.
"Pertanyaan?" Ino mengernyit, pura pura lupa.
"Hyuuga Hinata. Benarkah dia menerima uangmu dan bekerja sama denganmu untuk menjebak putraku?"
Ino diam sebentar, melirik sang putra yang sedang bermain kubus alfabet.
Yah.... Mau bagaimana lagi?
Ino menyeringai senang.
Maaf Hinata. Batin Ino.
"Tentu saja......
.
.
......dia menerima uangku dan bekerja sama untuk menjatuhkan putramu....
...... Semua yang dikatakan Hinata adalah benar"
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
.
Signature,
Lavendark (21 Juli 2019)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top