Chapter 11
PEEK A BOO
Chapter 11
Ronde 8
Discalimer
Masashi Kishimoto
Story By
Lavendark
[Hinata Hyuuga, Sasuke Uchiha]
Genre
Romance, Drama, Slice of Life
.
.
.
.
.
Enjoy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
--- Ronde 8 ---
.
.
Hinata membisu. Matanya masih melebar. Jantungnya berlari, bahkan rasanya nafasnya tersendat di tenggorokan. Tentu ekspresi tersebut sudah bisa di prediksikan oleh Mikoto. Jadi Mikoto memilih diam, bersabar dan menunggu Hinata dapat mengatur emosinya.
"A-apa maksud anda? Kenapa anda memanggil putri saya dengan marga keluarga anda?" setelah sekitar dua menit berlalu, Hinata berhasil menekan ketakutan dan keterlejutannya. Berusaha menampilkan ekspresi polos dan tak tau apa-apa.
Mikoto terkekeh. Matanya melirik kearah Ayame dan Himeka yang asik bersenda gurau. "kurasa kita perlu tempat yang lebih privasi, Hyuuga-san" mendengarnya membuat Hinata mengikuti arah pandang Mikoto, matanya memandang Ayame dan Himeka.
Wanita ini benar. Penbicaraan ini sangat krusial. Tak boleh ada yang tau, bahkan Ayame sekalipun. Namun.... jika Hinata mengiyakan ucapan Mikoto, maka secara otomatis Hinata membenarkan jika Himeka adalah keturunan Uchiha. Tapi jika Hinata menolak......
Ayame bisa saja menguping. Dan ini tidak bagus untuk Himeka.
Lagipula, menurut Hinata, nyonya Uchiha ini bukanlah wanita bodoh. Tak mungkin dia asal bicara tanpa sebuah dasar. Bukankah keturunan Uchiha adalah yang terpintar dan terbaik? Hinata tidak mau ambil resiko.... pasti, si nenek ini membawa dasar dan bukti tentang hidupnya dan Himeka.
Untuk saat ini, Hinata akan menurut.
Hinata mengangguk tenang. Meski Mikoto bisa melihat, tubuhnya gemetaran. Ibu dari cucunya ini sepertinya sangat ketakutan dan waspada.
Tipekal wanita sigap.
"Ayame.... bisakah kau membeli beberapa pupuk?" Hinata meninggalkan Mikoto, berjalan menuju Ayame dengan ekspresi yang dibuat tenang.
"Pupuk? Bukankah kita baru saja menyetoknya tiga hari yang lalu?" Ayame mengernyit. Dia tak bisa membaca suasana yang terjadi.
"iya, tidak apa... aku sedang berencana menyimpannya untuk bulan depan" Hinata tak bisa berfikir lebih jauh. Otaknya saat ini sedang memprogram alasan alasan yang bisa menyelamatkan putrinya. Ayame hanya mengangguk ragu, yah.... tak masaalah untuknya, toh dia juga sedang menganggur sekarang. "nah, hime sayang.... kau ikut bibi ya..." lanjut Hinata.
Himeka mengerucutkan bibirnya, lalu menggelengkan kepalanya. "Oligami" dia menunjukan lipatan-lipatan tak berbentuk dari kertas berwarna hijau. Sepertinya putrinya sedang asik membuat bunga dari kertas origami.
"Kau mau kelinci kan?... nanti sekalian cari kelinci dengan bibi Ayame yaaa" Hinata masih berusaha membujuk. Dan voila.... berhasil. Mata Himeka berbinar, dan dengan cepat berdiri sambil membuang origami lecaknya.
"yeaaay.... ayo bibi"
Hinata mengangguk saat Ayame memandangnya ragu. Bertanya-tanya apakah Hinata yakin ingin membelikan hewan pada putrinya itu?
Pasalnya, Himeka pernah di belikan ikan koi. Hanya bertahan dua bulan dan ikan itu mati. Yang di khawatirkan Ayame adalah kondisi Himeka, pengalaman terburuk yang membuat Hinata bersedih. Kematian koi itu membuat Himeka bersedih berlarut-larut. Sampai menyebabkan Himeka sakit selama seminggu.
Tidak apa-apa. Kali ini Hinata akan memperhatikan kelinci yang akan di beli oleh putrinya. Ini lebih penting. Ini masalah masa depan putrinya.
Setelah Ayame dan hineka meninggalkan toko, Hinata segera mengganti kata buka menjadi tutup. Lalu menutup pintunya. Belum sampai tertutup rapat,, seorang pria berambut putih datang.
"ah maaf tuan, tapi toko kami sudah---"
"Tak apa, dia sekretarisku" Hinata agak terkejut. Sepertinya bukan hanya Mikoto yang mengetahui identitas putrinya ini. Mata si rambut putih bermasker itu menyipit, terlihat jika dia sedang tersenyum ke arah Hinata.
Hinata hanya mengangguk canggung dan mempersilakannya untuk masuk.
Mereka bertiga duduk dan mengitari meja putih berbentuk lingkaran. Percakapan dimulai dari Mikoto.
"tak perlu takut... aku hanya ingin mengetahui beberapa hal" Mikoto berkata tenang, sedang Hinata masih asik menunduk. Hinata mulai mencari cari jalan keluar dari situasi ini. "kau adalah wanita yang benama shion, kan?"
Hinata diam. Berusaha untuk berkelit. "eum... maaf Uchiha-san, saya tak mengerti ucapan anda" Hinata menggigit bibirnya. Hinata tau, ini tak akan bisa membuatnya selamat. Tentu.... Uchiha mana yang mudah untuk di bodohi? Jawabannya Tidak ada.
Masalah Sasuke, terimakasih kepada Ino yang telah membodohinya.
Mikoto mengerutkan keningnya. Perempuan ini masih berusaha berkelit rupanya. Menghela nafasnya, Mikoto melirik Kakashi. Kakashi yang mengertipun langsung mengelurkan lembaran lembaran kertas. Menyerahkannya pada Hinata.
Dengan ragu, Hinata mengambil berkas tersebut, membukannya dan mata amethisnya melebar.
Terkejut dan shock. Itu yang Hinata rasakan. Melihat rekapan tentang utakata, dirinya dan hasil tes dna putrinya membuat Hinata benar benar menciut. Uchiha benar benar seorang monster.
Persembunyiannya selama empat tahun ini terbongkar sudah.
Seperti kata pepatah, sebaik-baiknya menyiam bangkai, maka baunya akan tetap tercium.
Yang menjadi pertanyaan Hinata sekarang adalah.... apakah keluarga Uchiha mengetahui ini? Apakah Sasuke juga tau ini?
"berhenti bermain-main Hyuuga.... jangan anggap aku sebagai perempuan yang bodoh" desisan itu membuat Hinata menelan ludahnya kasar. "aku akan memberimu pilihan.... bicara disini, atau bicara di pengadilan"
"pe-pengadilan?" bibir Hinata menjadi pucat. Yah.... sepertinya Hinata tak bisa lagi berbohong
Keadaan hening sejenak. Hinata melirik Kakashi yang masih asik memandanginya. Eh kenapa dengan pria ini? Apa ada sesuatu di wajahnya?
"kucongkel matamu jika masih memandanginya, Kakashi!" Kakashi langsung gelagapan, wajahnya kian memerah. Kakashi Memandang Mikoto yang masih asik dengan kertas-kertasnya. Sialan. Kakashi tertangkap basah. Sejujurnya, Kakashi sedang memvisualisasikan wajah Hinata kedalam video yang sudah di tontonnya.
Memang sayang sekali sang pelaku wanita dalam video itu harus di sensor.... tapi sekarang, perempuan itu ada di depan matanya.... terlalu sayang jika di lewatkan begitu saja.
"maaf, nyonya"
Lagi Mikoto menghela nafas. Bisa bisanya bawahannya itu berfikir mesum di situasi serius seperti ini.
Saat kondisi menjadi stabil, Mikoto kembali menatap Hinata. Tatapan yang membuat Hinata meremas roknya.
"benar. Saya adalah perempuan bernama shion" ujarnya lirih. Dengan takut-takut mata amethis itu mencuri pandang ke arah Mikoto. Hinata ingin tau bagaimana ekspresinya sekarang.
Hinata menggigit pipi dalamnya. Sangat gugup bahkan ketika Mikoto memasang wajah datar dan tenang.
"dan bekerja sama dengan Ino?" senyuman kecut itu menjadi alarm bahaya untuk Hinata. Namun, Hinata tak bisa mengelak apapun lagi. Karenanya Hinata mengangguk lesu. "kenapa kau lakukan itu, Hyuuga san?" Hinata tau, ada geraman marah disana.
Tentu saja Mikoto marah. Karena kasus ini, putranya hampir di tendang dari keluarga Uchiha. Ini mengejutkan untuknya. Belum lagi dirinya yang merasa di khianati oleh Ino, sejujurnya Mikoto sudah terlanjur sayang dengan perempuan blonde itu.
Rasanya Mikoto ingin terbahak karena takdir ini!
Di saat Sasuke, itachi dan suaminya itu gencar gencarnya mencari shion dan tak membuahkan hasil. Justru dirinya, yang tak ada minat menguak siapa itu shion... malah menemukannya pertama kali.
Mikoto jadi mengiyakan kata kata ibunya dulu. Saat dicari malah tidak ada... tapi saat tidak dicari justru ada.
Dunia ini sungguh lucu.
Hinata diam. Kenapa dia lakukan ini? Sejujurnya, Hinata juga tak menginginkan hal ini terjadi. Semua terjadi begitu saja. Saat Ino menjebaknya, atau saat obat pencegah kehamilannya tak berfungsi dengan semestinya.
Memang siapa Hinata? Dia hanyalah yatim piatu yang saat itu tidak punya pilihan selain menurut.
Tapi, apa Hinata akan menyalahkan Ino sekarang? Tidak. Hinata berjanji tidak akan menyeret Ino lebih jauh sebagai peran antagonis. Ino sudah banyak membantunya.... dan kali ini Hinata tidak akan egois. Hinata tau ini adalah kesalahan Ino, tapi Hinata sudah memaafkannya. Tak perlu lagi mengungkit masa lalu. Jika ditanya siapa yang harus mati diantara mereka bertiga, maka Hinata memilih dirinya sendiri. Hinatalah yang patut disalahkan untuk ini.
Tapi apakah Hinata rela jika harus mati dan meninggalkan putrinya?
Tentu tidak! Tapi Hinata tak mau mengorbankan orang lain hanya demi kepentingan pribadinya.
"karena uang" jawaban singkat itu membuat Mikoto tambah marah. Uang katanya? Hanya karena uang..... perempuan ini hampir membuat keluarganya berantakan.
Brengsek!
"Uang?" Mikoto bertanya. Dirinya masih berusaha tenang dan tak menampar wanita di depannya ini.
"benar..... sejujurnya, ini semua salah putramu, Uchiha-san. Dia memainkan perasaan Yamanaka-san... tentu itu membuatnya sakit hati. Dan berakhir membayarku untuk menghancurkan reputasi putramu" dalam hati Hinata kagum pada dirinya sendiri yang bisa bersandiwara sejauh ini. Saat Hinata melihat onyx itu berkilat marah, Hinata justru tersenyum "toko bunga ini dan apartemenku adalah bukti dari transaksi kami" entah keberaniannya datang dari mana.... Hinata merasa ada sesuatu yang mendorongnya.... mendorongnya untuk menjadi perempuan yang berani mengambil resiko.
Tentu Mikoto tau itu. perihal apartemen dan toko bunganya.
Diam sebentar sampai akhirnya Mikoto bisa bernafas tenang. Mikoto terkejut dengan reaksi Hyuuga di depannya ini... pun dengan Kakashi yang Mikoto rasa sudah menganga tak percaya.
"lalu? Apakah cucuku akan kau jadikan alat untuk mendapatkan marga Uchiha?" entah kenapa... otak Mikoto mulai kosong. Apalagi saat mendengar kekehan yang keluar dari bibir.mungil si Hyuuga.
Perempuan ini bernyali juga rupanya. Tak seperti yang telah diperkirakan oleh Mikoto.
"tidak. Sama sekali tidak. Niatku, hanya sampai nama baik putramu tercemar. Dan itu sudah terjadi. Aku tak menyangka jika rencana ini justru menghasilkan kehidupan baru.... karena sejujurnya, aku sudah mengonsumsi obat pencegah kehamilan" jujurnya.
Mikoto tak menangkap sebuah kebohongan disana. jika di fikirkan dengan logika perkataan si Hyuuga memang benar. Tak ada maksud lain... jika memang ada, pasti sejak dia hamil atau melahirkan... pasti akan datang ke keluarganya dan meminta pertanggung jawaban.
"bagaimana dengan Sasuke?" Mikoto bertanya lagi. Dia masih belum bisa menghubungkan mengenai perasaan putranya terhadap si Hyuuga dengan keberadaan Himeka. Dilihat darimana pun, Sasuke tidak lah tau akan identitas Hinata dan Himeka.... tapi apa yang membuat Sasuke tertarik pada Hinata?
Penjelasan logisnya adalah, Sasuke mengetahui kebenarannya.
"saya tidak mengerti maksud anda" Hinata mengatakannya sambil mengernyit. Justru disini Hinatalah yang penasaran mengenai Sasuke. Apa pria itu sudah tau perihal ini?
"tidak mengerti?!" nada Mikoto kesal "kalian bahkan hampir bercinta jika aku tidak datang saat itu!" ujarnya sambil mengingat-ngingat saat Mikoto berkunjung ke apartemen putranya.
"apa?!" bukan. Itu bukan Hinata.... tapi Kakashi yang berteriak. Dia agak terkejut mendengar pernyataan vulgar dari nyonyanya.
Kakashi melirik Hinata yang wajahnya memerah malu. Kakashi mulai berfikir, mungkinkah tuan mudanya ingin membuat video season dua? Jika iya, maka Kakashi tak boleh melewatkannya. Semoga season duanya tak ada sensoran. Dan full action tentunya.
"Kakashi, kembali ke mobil" Mikoto jengah, entah pada si Hyuuga yang pura pura polos, atau pada sekretarisnya yang mesum. Sialan... apa Kakashi lupa jika tuan mudanya lah yang berada di video itu?
"maaf nyonya, saya akan diam" ujarnya. Kakashi belum mau ke mobil, dia penasaran dengan ini.
"maaf Uchiha-san... sepertinya anda salah paham. Saat itu saya hanya menerima jasa merangkai bunga"
"apa menggigit leher adalah salah satu kegiatan merangkai bunga?!"tanyanya sarkas. Hinata kembali menunduk malu. Entah sadar atau tidak, Mikoto seperti lupa dengan pembahasan utamanya.
Hening sejenak... Kakashi sudah asik dengan imajinasinya yang mulai mencakrawala. Sedangkan Mikoto dan Hinata masih saling melempar tatapan.
"sungguh, Uchiha-san... saya juga tak tau perihal itu" jawabannya terdengar jujur di telinga Mikoto. Namun tetap, Mikoto was-was... banyak kemungkinan bisa terjadi.
Seperti sebenarnya putranya dan Hyuuga ini sudah menikah tanpa sepengetahuan keluarganya, atau mungkin backstreet. Tentu saja... hal seperti itu bisa sajaa terjadi. Sasuke hanya sedang menyembunyikan Hinata dan anaknya... dia hanya takut jika tidak disetujui oleh keluarga Uchiha.
Itu lah yang Mikoto fikirkan.
Ini semua terlalu kebetulan.
Putranya yang tak pernah terjebak wanita tapi tiba tiba membuat skandal.
Perusahaan putranya yang pindah ke daerah terpencil seperti ini.
Mikoto yang mendapati keduanya sedang bercumbu.
Semua bagai benang merah. Mikoto hanya takut jika dari awal putranya dan Hyuuga ini yang merencanakannya. Bisa saja mereka sudah berpacaran sejak lama.. Jika memang ini adalah sebuah kebetulan, maka Mikoto benar benar ingin bertepuk tangan.
Sungguh! Takdir cinta putranya seperti cerita telenovela!
Tapi Mikoto tak bisa menampik kebetulan ini. Tak ada bukti bahwa mereka berdua menjalin hubungan. Dan terlihat sekali jika Sasuke tak tau apapun.
Dan yang terpenting adalah bukti konkret yang menjurus jika semua ini adalah ulah Yamanaka Ino dan perempuan tidak jelas ini.
Bukan Sasuke sang putra.
Jadi kesimpulannya, putranya itu menyukai perempuan yang ternyata sudah memiliki darah dagingnya, tanpa tau apapun? Ikatan macam apa ini?
Sungguh lucu. Lalu.... bagaimana reaksi putranya nanti jika tau kalau perempuaan ini bukanlah janda? Kalau ternyata perempuan ini adalah ibu dari putrinya? Kalau perempuan ini adalah shion yang selama ini dicarinya? Mungkinkah putranya itu akan loncat kegirangan dan menyeret si Hyuuga ke kuil untuk menikah?
Tidak! Mikoto yakin suaminya tak akan menyetujui itu. Yah... Fugaku itu pemilih, apalagi asal usul Hyuuga yang tak jelas dan bukan dari keluarga terhormat.
Memikirkannya membuat kepala Mikoto mau pecah.
"baiklah, anggap aku salah paham dan lupakan masalah tadi" Mikoto berkata final. Hinata mengangguk bersyukur... sedangkan Kakashi mendesah kecewa.
'Jadi Tak terjadi apapun antara keduanya?'pikirnya nista.
"Uchiha-san.... jika hal yang kau khawatirkan adalah aku yang membongkar jati diri Himeka ke publik... maka kau tak perlu takut. Aku tak akan melakukan itu" kali ini Hinata ingin bernegosiasi... sepertinya pergi ke amerika akan jadi hal yang sia sia. Dia harus melapor ke Ino setelah ini. "aku bersumpah.... tak akan membawa masalah untuk keluargamu. Jika aku mengingkarinya, maka aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk keluarganu" lanjutnya serius. Hinata yakin, uang bukanlah jaminan untuk keluarga Uchiha... mengingat mereka amat sangat kaya raya. Jadi Hinata akan menjadikan nyawanya sendiri sebagai jaminannya.
Mikoto menghela nafas. Tak akan membuat masalah katanya? Sayangnya putranya itu sudah terpincut oleh si janda penjual bunga ini. Mikoto bisa apa? Ditambah lagi sepertinya cinta putranya bertepuk sebelah tangan.
Memalukan. Ini adalah kali pertama seorang Uchiha cintanya bertepuk sebelah tangan. Karena sejujurnya, dulu Mikoto lah yang menyatakan perasaannya pada Fugaku.
Putranya ini cukup unik.
Mikoto tak mau ambil pusing. "kita pergi Kakashi" masalah ini akan Mikoto pikirkan nanti. Ini di luar rencananya.
Kakashi mengagguk meski dengan wajah tak yakin.
"Ba-bagaimana denganku dan putriku, Uchiha-san?" Hinata gelagapan saat Mikoto mau pergi.
Mikoto berhenti sejenak. Memandang Hinata datar. "ini menyangkut darah Uchiha,, Hyuuga...... aku tak akan mengambil keputusan yang singkat... aku akan membiarkanmu dulu. Sampai aku akan memutuskannya"
"mungkin ini terdengar egois, aku akan menyetujui segala keputusanmu Uchiha-san. Asal kau bisa menjamin nyawa putriku.... bahkan jika kau akan mengambilnya dariku, aku rela dan tak akan melawan" ujarnya.
Mikoto diam memandang Hinata dalam. Ucapan yang terdengar tulus di telinganya itu membuat Mikoto terfikirkan satu pertanyaan.
"pertanyaan terakhir, Hyuuga san" Mikoto ragu, namun Mikoto ingin tau. "apa kau menyesal dengan kesalahan yang telah kau lakukan? Hyuuga san?"
Onyx bertemu amethis. Hinata diam dan berfikir.
"tidak Uchiha-san. Saya tidak menyesal. Jika saya bisa kembali ke masa itu, maka saya akan memilih jalan yang sama. Karena Himeka bukanlah kesalahan....
....Dia adalah keajaiban"
.
.
.
...
.
.
.
Mikoto duduk dengan kasar, begitu juga dengan helaan nafasnya yang tak kalah kasarnya.
Mikoto Lelah, meski hati kecilnya senang karena memiliki seorang cucu perempuan, Mikoto tak bisa menampik itu.
Permasalahannya adalah Fugaku dan perempuan bermata pucat itu.
"Nyonya? Bagaimana setelah ini?" Kakashi bertanya, tangannya masih terampil mengemudikan mobil.
Onyxnya melirik sebentar Kakashi. Lagi, Mikoto menghela nafasnya. Apa yang akan dilakukannya?
"Aku tak mau memiliki menantu sepertinya" ujarnya jujur.
"sepertinya?"
"yah... dia hampir menghancurkan keluargaku hanya demi dibayar oleh Yamanaka Ino. Bukankah itu artinya dia perempuan yang jahat?"
Perempuan licik dan jahat. Itulah yang Mikoto nilai dari jawaban si Hyuuga Hinata.
"eum... tapi nyonya, jika melihat ekhem! Videonya...... sepertinya Hyuuga-san adalah korban"
Mikoto diam. itu juga adalah penilaian awal Mikoto. Sebelum-sebelumnya, Mikoto sangat mahir dalam menilai kepribadian orang hanya dari raut wajahnya. Awalnya Mikoto merasa jika Hyuuga adalah perempuan yang baik..... bahkan jiwa keibuannya sangat memancar... entah dari gerak-geriknya, maupun lisannya.
Tapi... saat mendengar semua dilakukan demi uang,.... Entahlah. Hati Mikoto jadi sangat ragu.
"Jadi?" Kakashi bertanya lagi.
Sedangkan Mikoto tersenyum menatap jalanan. "aku akan berlibur ke amerika" jawabnya. Berlibur adalah kata yang salah.
"Yamanaka-san?" Kakashi mengernyit saat mengatakannya.
Benar.... Mikoto harus bertemu dengan Yamanaka Ino. "benar. kau tau Kakashi? Orang bijak adalah orang yang mengambil tindakan dari berbagai sudut cerita"
Iya... Mikoto tak akan mau percaya begitu saja... dia harus bertanya juga pada Yamanaka Ino.
"bagaimana jika Hyuuga-san berbohong? Bagaimana jika Hyuuga-san juga di jebak?" Mikoto mulai kesal dan sebal. Entah kenapa Kakashi menjadi seorang yang cerewet dan terlalu penasaran.
"Apalagi? Aku akan mendukung keduanya...... toh putraku menyukainya!" suaranya agak membentak, dan Kakashi hanya meringis.
"Ba-bagaimana dengan tuan besar?" Mikoto diam tak mau menjawab. Masalah suaminya akan difikirkan nanti. Otak Mikoto sudah tak bisa menampung banyak prakiraan masa depan.
Hening sejenak sampai Kakashi lagi-lagi bertanya.
"Bagaimana jika Yamanaka-san mengiyakan ucapan Hyuuga-san? Jika apa yang dilakukan Hyuuga-san hanya demi uang adalah kebenaran?" Kakashi tak mendengar apapun. Sepertinya nyonyanya sudah Lelah menjawab semua pertanyaannya.
Kakashi hampir menghela nafas maklum, namun tertahan saat mendengar gumaman nyonya besarnya itu.
Gumaman yang sangat lirih dan pahit.
"Maka Hyuuga itu harus disingkirkan dari hidup putraku ataupun cucuku"
.
.
.
...
.
.
.
Hinata menggigit bibirnya. Kenapa masalah tak ada berhentinya? Baru saja si nenek sihir pergi, Hinata harus menghadapi masalah baru.
Sakura Haruno.
jika berbicara tentang Sakura haruno,... maka nama Sasuke langsung terlintas dalam benak Hinata.
Dan benar saja, perempuan itu dengan seenak jinat menentukan tempat bertemu untuk pembicaraan pernikahannya.
Dan dimana tempat itu? apartemen Uchiha Sasuke. oh sial! Sudah berkali-kali menyangkal, tapi kepala gulali itu sekeras batu. Sebenarnya apa yang diinginkannya? Kenapa harus di tempat si Uchiha itu?
Lagipula,.... Apa si kepala kuning bodoh itu tak akan cemburu jika Sakura akan menempel pada Sasuke? oh... ya ampun, sekali lihat saja, Hinata tau jika si pinky itu menggilai seorang Uchiha.
Ah masa bodoh! Pikir Hinata. Dia sudah tercemplung dalam kubangan... maka sekalian saja kotor semua. toh Hinata sudah tak peduli lagi dengan identitasnya, Mikoto sudah tau.... dan besar kemungkinan Sasuke juga akan tau. asal mereka tak membuang nyawa Himeka dan bisa menerimanya, maka Hinata akan sangat bersyukur. Hinata tak peduli, mau dia dihukum pancung atau apapun itu..... Hinata tak peduli. hidup putrinya adalah hidupnya.
Hinata akan datang, syukur-syukur jika Mikoto tak mengatakan apapun kepada Sasuke ataupun keluarga Uchiha yang lain.....
Tapi... apakah perempuan licik seperti Mikoto bisa di percaya? Sepertinya tidak. Contohnya, lelaki rambut putih yang bukan keluarga Uchiha saja tau, apalagi keluarga Uchiha?
Tunggu dulu! Mungkinkah Sakura sudah bekerja sama dengan Sasuke? bisa saja Hinata dipanggil hanya untuk di jebak, di bunuh di sana.... Dan di kubur di tempat yang tak terlihat.... Yah, syukur-syukur jika dirinya di kubur, tapi jika dibuang?
Apa Hinata perlu membuat surat perpisahan dengan putrinya sebelum pergi? Atau Hinata tak perlu datang saja?
Ya.... Lebih baik Hinata tak perlu datang. membatalkan kontrrak dan memberikan pinalti yang jumlahnya sangat banyak. Tidak apa.... Sepertinya Hinata masih punya tabungan untuk membayar pinalti kontraknya.
.
.
.
...
.
.
.
Hinata memandang sebal wajah Sakura yang cekikikan bersama Naruto.
Hinata benci pada dirinya sendiri. Entah kenapa tangannya sangat berat untuk menarik uang tabungannya. Alhasil, dirinya berada di sini, di apartemen Uchiha Sasuke sambil melirik Sakura dan Naruto yang tertawa ataupun Sasuke yang asik memainkan ponselnya.
Ponselnya? Entah kenapa Hinata merasa di lirik terus oleh Sasuke dari tadi. Atau itu hanya perasaannya saja?
Lupakan.
Fakta bahwa Hinata masih bernafas sampai saat ini, membuatnya tau, jika Sasuke masih belum tau perihal dia ataupun Himeka. Berarti nyonya mikoto belum mengatakan apapun perihal dirinya dan Himeka? Apa yang direncanakan nenek sihir itu?
Mata amethisnya melirik sekeliling, ruangan yang mengingatkannya dengan penampilan toples Uchiha Sasuke. masih teringat jelas dalam otaknya, saat tubuh ideal itu di balut jubah mandi dengan tetesan air yang menjalar di dada bidangnya. Untungnya Hinata pernah melihat tubuh itu saat di perkosa sebelumnya, jika tidak maka mungkin saat itu Hinata bisa mimisan. Itu akan menjadi hal yang memalukan.... Dia hanyalah perangkai bunga.... Akan sangat tidak sopan jika dia mimisan karena pemandangan yang tidak senonoh.
"Hei, apa kalian tidak bosan?" ucapan yang sedikit cempreng itu menyentak Hinata dari lamunannya. Dia melirik Sakura yang mengerucutkan bibirnya. Bosan? Tentu saja Hinata bosan. Siapa yang masih menahan dirinya untuk tak boleh pulang?
Sakura tentu saja.
Padahal pembicaraan mengenai pekerjaan telah usai dua puluh menit yang lalu. Dan bodohnya Hinata menurut saja saat Sakura menahannya disini.
"Eum.... Sakura-san, bolehkah aku izin untuk pergi? Kurasa perihal pembicaraan kerja telah selesai" ucap Hinata dengan nada yang tidak enak. Dan benar saja... bibir pink itu semakin mengerucut maju.
"kau masih memandangku sebagai rekan kerja saja? sudah kubilang kita ini berterman baik? Kau lupa?!" mendengarnya membuat Hinata rasanya ingin memutar bola matanya malas. Sakura adalah perempuan tergila setelah Ino menurut Hinata. Mereka baru menjadi rekan kerja dan bertemu beberapa kali, tapi dengan entengnya Sakura mengatakan akan menjadi besannya suatu hari nanti.
Apa itu bukan hal yang gila? Sakura itu calon nyonya Uzumaki yang kekayaannya menyaingi Uchiha.... Untuk apa Sakura ingin berbesan dengan perempuan miskin sepertinya?
Tidak masuk akal.
"Ta-tapi___"
"Hei bagaimana jika kita main sambung kata?" Hinata ingin merutuk saat Naruto dengan seenak jidat memotong percakapannya.
Hei! Hinata bukanlah manusia nganggur seperti mereka bertiga. Hinata itu seorang ibu yang sibuk menghidupi putrinya!
"A-ano..."
"Ah! Ide yang bagus" Sakura berteriak kegirangan. "Aku akan menyiapkan undiannya!" sambung Sakura sambil beranjak.
Hinata menghela nafas Lelah. Suka-suka orang berduit sajalah!
....
Lagi.
Hinata mendesah lelah saat menatap batangan dengan ujung merah. Lalu ametisnya melirik ke arah Sasuke yang juga memegang batangan serupa dengannya.
"Ah sial! Kenapa aku harus menjadi lawan si bodoh ini!!" suara lengkingan kesal khas milik Sakura membuat telinga Hinata sakit "aku kan ingin melawan Hinata-chan" sambungnya lagi.
Bagus, jadi lawannya adalah Uchiha Sasuke.
"Baiklah. Bagaimana jika di mulai dari Hinata-chan dan teme?" Hinata ingin menolaknya, namun saat melihat Sasuke mengangguk tenang membuat Hinata mengurungkan niatnya. "nah, sekarang kalian harus saling bertatapan"
"A-apa?" Hinata terkejut bukan main, sedangkan Sasuke masih kalem seperti biasanya.
Tunggu, jadi permainan sambung kata itu yang seperti apa?
"kalian saling bertatapan, lalu saling membalas kata dengan huruf terakhirnya" kali ini Sakura yang menjelaskan. lagi, Sasuke hanya mengangguk kalem. "kalian ingin tema-nya apa?" lanjutnya lagi
"Binatang" kali ini Hinata yang bersuara. Tentu, wawasan Hinata tentang nama-nama binatang cukup luas. Inginnya sih bertema bunga, tapi itu akan terkesan tidak adil untuk Sasuke. Hinata tidak boleh kalah.
'Yang kalah harus mengikuti kemauan yang menang' itulah peraturan yang dibuat oleh Sakura. Dan tentu saja, Hinata tak mau ambil resiko dengan kalah.
Amethis itu bertatapan dengan onyx yang tajam. Mendadak Hinata gugup. Mata hitam itu mengingatkan Hinata dengan Himeka. Oh! Hinata jadi rindu dan ingin cepat pulang. Apa putrinya itu sudah membeli kelinci?
"nah teme, silakan dimulai"
Hening sejenak. Keduanya masih berpandangan.
"kelinci" Sasuke memulai.
Hinata memutar otak. Amethisnya masih menatap onyx.
"ikan" balasnya.
"Nyamuk"
"Kancil"
"Lumba-lumba"
Hinata gugup, mata hitam itu semakin tajam menatapnya. Hewan apa yang berawalan huruf A? Hinata bingung, dan tambah panik saat Sakura menghitung mundur.
Saat terlintas, dia tersenyum kecil.
"eum.... Ayam"
Hening.
Sasuke masih diam memandangnya, namun tak membalas kata. Hinata diam salah tingkah. Apa Sasuke tak bisa memikirkan hewan yang berawalan huruf M? bukankah itu banyak? Seperti monyet, macan dan beberapa lagi.
Saat hitungan Sakura habis, Sasuke di nyatakan kalah.
Hinata tersenyum senang.
"Pemenangnya Hinata-chan!!" teriakan itu membuat Hinata menoleh ke Sakura, dan tersenyum lega. Dari sekian banyak permintaan, Hinata ingin memilih untuk pulang. Tapi bisakah Sasuke mengabulkan itu?
Lalu amethisnya beralih ke Sasuke lagi. Terkejut, Hinata terkejut saat Sasuke masih diam memandangnya.
Permainan sudah selesai, Sasuke sudah diperbolehkan untuk mengalihkan pandangan, tapi kenapa sepertinya dia masih asik dengan menatap tajam Hinata?
Tunggu! Jangan bilang jika Sasuke marah karena kalah? Itu kekanakan sekali!
"Sasuke-kun?" Sakura memanggilnya, namun onyx itu tetap menatap tajam ke Hinata.
Hinata gugup.
"U-Uchiha-san?" saat Hinata bertanya, semuanya terjadi sangat cepat.
Saat pundaknya ditarik, saat bibirnya terasa penuh dan basah, ataupun saat terdengar suara keterkejutan Naruto.
Lalu Hinata tersadar.
Uchiha Sasuke sedang menciumnya.
.
.
.
TBC
.
.
.
Epilog
.
.
"Sasuke-kun, aku dan Naruto ingin keapartemenmu nanti sore!" seperti biasa, Sakura datang tanpa mengetuk ruangannya. Jika dia bukan tunangan Naruto, maka Sasuke tak segan-segan untuk menendangnya keluar.
"Aku sibuk" ucapnya, tanpa mengalihkan wajahnya. Sasuke masih asik berkutat dengan laptopnya.
"Serius? Ah... ayolah, aku ingin membicarakan perihal dekorasi bunga dengan Hinata-chan!" jari itu berhenti mengetik. Mendengar nama si janda wangi itu membuat Sasuke sedikit membatu.
Sakura tersenyum lebar saat melihat reaksi Sasuke. dapat! Sungguh tidak disangka akan semudah ini membuat seorang Uchiha Sasuke menurut.
Si janda itu sungguh luar biasa!
"yah.... Tapi jika kau sibuk....." suaranya sengaja di gantung.
"Jam berapa?" pertanyaan itu membuat senyuman Sakura semakin lebar.
Wajah itu saling bertatapan "Ah sungguh, aku tak mau mengganggu jam sibukmu"
Sasuke mendengus, lalu menyenderkan punggungnya secara kasar.
"tidak usah bertele-tele..... katakan jam berapa?"
Sasuke kesal saat Sakura justru terkikik membalasnya.
Dan bertambah kesal saat pandangan giok itu terkesan nakal padanya.
.
.
Epilog end.
.
.
.
Maaf, sepertinya sekarang saya akan semi-hiatus. artinya, update-an saya tak akan berjadwal lagi, entah bisa cepat atau berjalan sangat lambat. makanya saya sebut dengan semi-hiatus.
alasannya?
saya sudah bekerja sekarang. masuk jam 6 pagi pulang jam 6 sore. artinya, dari jam 5 pagi hingga jam 7 malam... saya tak akan sempat membuat story.... (kecuali saya bisa curi-curi ditempat kerja - tergantung kondisi). apalagi saya bekerja di tambang batubara yang lelahnya bukan main. jadi malam otomatis saya manfaatkan untuk beristirahat
apakah weekend saya libur? tidak... saya libur itu 2 bulan sekali..... jadi tiap 2 bulan, saya akan dapat jatah libur/cuti 2 minggu..... (karena bekerja di tambang tidak mempedulikan tanggal merah). jadi dalam dua bulan saya akan full bekerja.
Dalam waktu libur 2 minggu itu saya mungkin akan memaksimal untuk bisa membuat story.... tapi saya tidak janji, karena libur itu juga harus saya manfaatkan untuk kumpul dengan teman-teman saya dan keluarga saya.
saya bekerja sudah dimulai dari pertengahan mei kemarin....
jadi saya mohon maaf jika kalian menunggu lama..... tapi saya tetap berusaha untuk menamatkan story yang sudah saya buat.
oh... maaf juga jika ada typo, karena saya menulis ini di tempat kerja sambil curi-curi kesempatan.
munkin terdengar telat, tapi 'minal aidzin walfaidzin.... mohon maaf lahir batin untuk semuanya'.
oke... see you.....
Signature,
Lavendark (23 Juni 2019)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top