Chapter 9. Kerjasama Yang Gagal.


Asap dan debu tebal yang menyelimuti kawasan kedai Tok Aba perlahan menghilang, dan sekarang terlihat dengan jelas siapa yang berada di hadapan BoBoiBoy, Fang, Daun, Gopal, Yaya, dan Ying.

"Kau... Kukira kau sudah tamat... Ejo Jo," desis Fang sembari merapal kuasa bayangnya yang menyelimuti kedua tangannya.

Ejo Jo, alien berkepala kotak dengan warpaint merah darah tertato melintasi mata sebelah kiri yang dulu pernah dikalahkan BoBoiBoy bertahun-tahun lalu telah kembali. Tidak banyak perubahan dari dirinya, kecuali otot-otot lengannya yang masih asli terlihat lebih besar serta sorot matanya lebih tajam daripada dahulu. Jelas sekali kalau alien ini menyimpan dendam pada mereka.

"BoBoiBoy ... Itu." Yaya menunjuk kepada sosok yang tadinya masih belum terlihat jelas karena debu dan asap. "Itu kan-"

"Ya, BoBoiBot," ujar BoBoiBoy memotong ucapan Yaya. 'Darimana Ejo Jo bisa mendapatkan robot buatan Adu Du itu?' tanya BoBoiBoy dalam batinnya.

"Itu Robot PETAI 'kan," tanya Ying sembari menunjuk pada robot besar yang berada di belakang Ejo Jo. "Bukannya waktu itu sudah hancur?"

"Hancur? Ya betul. Tapi semua robot bisa dibangun kembali, termasuk Robot ABAM itu." Ejo Jo menunjuk ke arah Robot ABAM yang berdiam diri saja. "Mari sini, robotku, tuanmu memanggil."

"Konfirmasi, Tuan ... Ejo Jo .... Reset program .... Protokol misi, kalahkan BoBoiBoy ...." Robot ABAM itu melompat tinggi dengan dorongan piston dan servo pada kakinya dan mendarat persis di sebelah Ejo Jo. "Misi sekunder, tangkap BoBoiBoy hidup-hidup."

Terbukalah sudah rahasia Robot ABAM, siapa yang mengambilnya dari dasar danau di Planet Gurunda, siapa yang memperbaikinya, dan siapa yang mengisi kembali programnya

"Menangkapku ya?" seringai BoBoiBoy yang sudah menyentuh powerband miliknya. "Kau kira kami masih selemah lima tahun lalu?"

"Tentu tidak. Aku bukan orang bodoh. Tenagamu pasti meningkat, dan itu sudah kuperhitungkan." Ejo Jo menyeringai balik. "Kau kira aku sendirian? naif sekali pikiranmu itu!" Alien itu tersenyum sinis dan mengacungkan jarinya ke arah atas.

Tidak ada yang menyadari kehadiran sebuah kapal angkasa di atas mereka semua. Sebuah kapal angkasa berlambung merah gelap dengan layar-layar kecil hitam terkembang.

Nampak seorang alien berkulit hijau muda, berkumis putih dan berjangut putih berdiri di pinggir kapal angkasa tersebut. Sebuah pedang kini menggantikan cangkuk tangan kirinya. "Waktunya membalas kekalahanku," desis Alien itu.

"Hoo, kau lagi rupanya, Kapten Separo. Belum puaskah Daun kalahkan kau dulu itu?" ujar Daun sembari menengadah dan membalas menatap kapten kapal angkasa yang pernah dikalahkannya hampir setahun yang lalu.

"Kau!" Kapten Separo mendelik ketika ia melihat pemuda yang mengalahkannya setahun yang lalu. Tanpa membuang waktu, sang kapten melompat turun dari atas pesawatnya dan mendarat dengan berdebum di dekat Ejo Jo.

Fang menoleh ke arah BoBoiBoy. "BoBoiBoy, ini sudah bukan pertarungan lagi ...."

BoBoiBoy menganggukan kepalanya. "Ya, ini bukan pertarungan, tapi pertempuran." Dia menghela napas panjang. "Ejo Jo dan BoBoiBot bagianku. Fang, Yaya, Ying, Gopal kalian bagian Robot PETAI dan Robot ABAM .... Daun, kau bisa melawan Kapten Separo lagi 'kan?"

"Ya, Daun yakin bisa," jawab Daun sembari menganggukkan kepalanya dengan yakin.

"Marilah! Kuasa elemental ... BoBoiBoy kuasa tiga!" BoBoiBoy memekik dan memecah diri menjadi tiga elemen. Halilintar terdepan, Api di sisi kanan dan Cahaya di sisi kiri.

"Pedang Halilintar." Pedang merah kembar sudah berada di kedua tangan BoBoiBoy Halilintar. Sesekali kedua pedanh kembar itu memancarkan percikan listrik merah disertai bunyi gemeretak yang mengerikan

BoBoiBot yang melihat itu langsung menjiplak. "Pedang Halilintar 2.0." Diikutinya secara persis gerakan Halilintar.

Kedua petarung itu sama-sama menerjang maju. Kedua Pedang Halilintar milik BoBoiBot dan Halilintar bersua diiringi suara ledakan dan gemuruh. 'Robot brengsek ini jauh lebih kuat daripada enam tahun lalu.' Batin Halilintar sembari menekan pedangnya tanpa memberi celah bagi BoBoiBot.

Dibawah tekanan Halilintar, BoBoiBot mengubah strategi dan beringsut mundur. Akibatnya Halilintar sedikit kehilangan keseimbangan dan terhuyung ketika tidak ada lagi yang menahan tekanan pedangnya. Peluang itu dimanfaatkan oleh robot jiplakan BoBoiBoy untuk melancarkan serangan balik yang cepat.

Tanpa ragu Halilintar menepis serangan BoBoiBot. Memanfaatkan momentum putaran badannya, Halilintar berbalik menyerang dengan mendaratkan sebuah tendangan kuat pada bagian dada BoBoiBot.

"Lumayan juga kau ini," puji Halilintar sembari mundur membuat sedikit jarak.

"Dan ... kau ... Juga ... BoBoiBoy ... Halilintar," balas BoBoiBot dengan suara yang terputus-putus. Sepertinya Ejo Jo tidak terlalu mementingkan fitur suara pada BoBoiBot sehingga tidak diperbaiki secara total.

'Biar kucoba jurusku yang lain,' batin Halilintar sebelum menyatukan kedua gagang Pedang Halilintarnya. Sebuah tehnik yang didapatnya sewaktu melawan Jugglenaut. Dua bilah pedang yang telah bersatu itu mengeluarkan percikan-percikan listrik kemerahan ketika sang pemiliknya membawa pedang itu berputar-putar di sekeliling badannya. "Pusaran Halilintar!" pekik Halilintar sembari kembali merangsek maju menyerang BoBoiBot.

"Hebat juga Halilintar sekarang," puji Ejo Jo yang menyaksikan pertarungan antara BoBoiBot dan BoBoiBoy Halilintar. "Nah, kau sendiri .... Aku sudah sering mendengar cerita kalau kau yang mengalahkan Kapten Vargoba." Perhatian Ejo Jo kini tertuju pada pecahan elemental BoBoiBoy yang berpakaian serba putih.

"Oh? Ya, memang aku yang mengalahkan Kapten Vargoba," sahut Cahaya sembari menarik dan mengetatkan sarung tangan pada tangan kanannya. "Sebentar lagi kau juga akan tahu rasanya seperti apa."

'Ish, Cahaya .... Yang mengalahkan Vargoba itu kan Solar!'  batin BoBoiBoy Api yang berada di sebelah Cahaya.

Ejo Jo hanya tersenyum saja ketika ia merentangkan kedua tangannya. Baju tempur berwarna merahnya mulia meliputi sekujur tubuhnya yang berotot itu. Dalam hitungan detik saja, Ejo Jo sudah terlindung di dalam baju tempur yang identik dengan yang ia kenakan lima tahun lalu. Sebilang pedang laser mencuat dari masing-masing tempurung tangan Ejo Jo.

"Itu saja?" seringai Cahaya yang sudah memasang kuda-kuda bertarungnya. "Letupan Cahaya!" Kedua tangan Cahaya bertemu dan memancarkan sorotan sinar dengan tujuan membutakan lawannya.

"Astaga!, CAHAYA!" teriak BoBoiBoy Api yang tidak sempat melindungi matanya. "Si-Sial kau Cahaya!" kutuk Api sembari menggosok-gosok matanya yang perih karena ikut terbutakan oleh pancaran sinar Letupan Cahaya.

"Gerakan Cahaya!" Cahaya merangsek maju, meninggalkan Api yang masih buta.

Kurang dari sedetik, jaraknya dengan Ejo Jo mengecil. "Tembakan Cahaya!" Dilancarkannya sebuah serangan dalam jarak yang sangat dekat.

Sepertinya serangan Cahaya sudah diantisipasi oleh Ejo Jo. Dengan tenangnya, alien itu menempatkan pedang laser yang berada di tempurung tangannya itu pada arah datangnya serangan Tembakan Cahaya. Ejo Jo sedikit terdorong mundur ketika Tembakan Cahaya itu dibelokannya dengan pedang lasernya.

"Melempem jurusmu, Cahaya." Ejo Jo menyeringai setelah sukses mematahkan serangan BoBoiBoy Cahaya."Dan kau membuat kesalahan fatal!" Tanpa membuang waktu dan sebelum Cahaya bisa bereaksi, alien itu menerjang maju dan menghantamkan pundaknya yang terbalut baju tempur pada BoBoiBoy Api yang masih belum pulih pengelihatannya.

BoBoiBoy Cahaya tercengang melihat Api diserang. Seperti sebuah deja vu yang sangat buruk, Cahaya kembali teringat akan kesalahannya sewaktu melawan Kapten Vargoba.

Untungnya BoBoiBoy Api cukup kuat untuk menahan serangan Ejo Jo. Setelah terpental beberapa meter, Api berdiri kembali. "Bodoh kau, Cahaya!" Bentaknya dengan marah. "Kita harusnya kerjasama, tolol. Bukannya kerja bersama-sama."

"Apa kau bilang?" Cahaya terbelalak mendengar perkataan Api yang terasa menikam jantungnya. "Kau yang bodoh! Kenapa tidak siap?!"

"Bebola Api!" Bubar sudah kesabaran BoBoiBoy Api yang langsung melontarkan bola-bola apinya ke arah Cahaya. "Sini, biar kuratakan sombongmu itu!"

"Begitu? Ini biar kau tahu diri .... Tolakan Cahaya!" Dengan sigap Cahaya membabat semua bola-bola api yang dilontarkan kepadanya.

Seringai sinis bercampur puas mengembang di wajah Ejo Jo ketika menyaksikan kedua pecahan elemental BoBoiBoy itu malah saling bertarung satu sama lain. "Persis seperti dugaanku. Satu saja elemen hilang, yang lain jadi timpang." Gumamnya pelan sembari memperhatikan pertarungan antara Api dan Cahaya

"Alamak, Api, Cahaya!" Daun yang melihat peristiwa hanya bisa meneguk ludahnya. Ia tidak tahu apa yang terjadi, namun ia juga tahu bahwa pertikaian antara Api dan Cahaya tidak boleh berlanjut apalagi di hadapan musuh. Baru saja Daun akan beranjak melerai kedua pecahan elemen yang sedang bertarung itu ketika langkahnya dihentikan oleh Kapten Separo.

"Minggir!" bentak Daun ketika langkahnya dihentikan musuh lamanya itu. "Lontaran Daun Kebas!"

"Ini lagi?" Kapten Separo tidak beranjak mundur. Diayun-ayunkan tangannya yang bersambung dengan pedang itu untuk membentuk penghalang yang menggagalkan lemparan daun-daun yang dahulu pernah melumpuhkan dirinya. "Tidak semudah itu, BoBoiBoy Daun," desis sang kapten setelah semua serangan Daun dipatahkan.

"Ambil ini! Lontaran Daun Keladi Gatal!" Melesatlah beberapa daun tajam ke arah Kapten Separo.

Sekuat tenaganya Kapten Separo mengayunkan pedangnya untuk menepis serangan Daun. Bukan hanya menepis, bahkan sebuah Daun Keladi Gatal berbalik ke arah pelemparnya.

'GAWAT!'  batin Daun ketika jurus Daun Keladi Gatalnya itu berbalik menyerang dirinya sendiri. Kedua matanya membelalak ketika Daun Keladi Gatal itu menancap telak di tempurung kakinya.

"HUAA!" pekik Daun yang langsung jatuh duduk sembari memegangi dan menggaruki kakinya yang gatal mendadak.

"Senjata makan tuan," desis Kapten Separo disertai seringai puas. Sang kapten melangkah maju mendekati Daun yang berusaha untuk mundur menjauh. "Sekarang kau rasakan sendiri seperti apa rasanya jurusmu itu."

"A-Akar Menjalar!" Secara reflek Daun mengulurkan akarnya ke arah benda terdekat untuk menarik dirinya menjauh dari Kapten Separo. Rencana yang bagus, hanya saja sayangnya Daun menggunakan tangan kanannya yang belum sepenuhnya pulih. Jeritan sakitnya kembali terdengar ketika tangannya menggenggam dan ditarik oleh Akar Menjalarnya sendiri.

"Dapat juga kau akhirnya." dengkus Kapten Separo sembari mencengkeram Daun pada bajunya dan mengangkatnya dengan sebelah tangan saja.

"Le-Lepaskan aku!" Tidak menyerah begitu saja, Daun mengayun-ayunkan kakinya untuk menendang Kapten Separo yang telah menangkapnya.

"Jangan harap, bocah kecil!" ketus Kapten Separo. "Kau akan menjadi pajangan yang bagus di tiang kapalku!" Dengan itu Kapten Separo menghentakkan kakinya dan melompat kembali ke atas kapal angkasanya.

"TOLOOOONG!" Daun hanya bisa melolong pasrah ketika dirinya dibawa oleh Kapten Separo.

.

.

.

Bersambung.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top