Chapter 10. Eksistensi Daun

Chapter 10. Eksistensi Daun.

.

.

.

"DAUN!" teriak Halilintar ketika ia menyaksikan Daun tengah dibawa oleh Kapten Separo. Ditinggalkannya pertarungan melawan BoBoiBot Halilintar untuk menolong pecahan elementalnya.

"Mau ... kemana ... kau!" dengkus BoBoiBot Halilintar yang langsung membokong dan menyetrum BoBoiBoy Halilintar dari belakang.

"HALILINTAR!" pekik BoBoiBoy Cahaya dan BoBoiBoy Api ketika mereka yang sedang bertikai mendengar jerit kesakitan Halilintar. Pertikaian mereka langsung berhenti dan kedua pecahan elemen itu menghampiri Halilintar secepat mereka mampu.

"Kalian ... bodoh!" ketus Halilintar ditengah erangan kesakitan ketika ia mencoba untuk berdiri kembali. "Ejo Jo musuh kalian, serang dia," titah Halilintar.

BoBoiBoy Cahaya dan BoBoiBoy Api tersentak kaget seakan baru saja ditampar keras.

"Astaga, apa yang kuperbuat?" gumam Cahaya seakan tidak percaya kalau ia berkelahi dengan Api.

"Alamak, Halilintar ... maaf, kami tak sadar," ujar Api yang tersadar dari ulahnya yang lepas kendali.

"Tunggu apalagi? Serang Ejo Jo!" hardik BoBiBoy Halilintar sembari menunjuk ke arah musuh mereka.

"BAIK!" Kali ini kedua pecahan elemen itu dengan kompak menjawab dan langsung menghadapi Ejo Jo sesuai dengan perintah BoBoiBoy Halilintar.

BoBoiBoy Cahaya dan BoBoiBoy Api kembali menyerang Ejo Jo ketika terdengar sebuah ledakan kecil. di kejauhan tampak Fang telah berhasil menghancurkan Robot ABAM tanpa banyak kesulitan. Kuasa bayangnya terlalu rumit dan acak untuk diprediksi oleh robot yang kini hancur berkeping keping.

Kini Fang dan BoBoiBoy Halilintar berhadapan dengan BoBoiBot Halilintar, sementara BoBoiBoy Cahaya, BoBoiBoy Api, Gopal, Yaya, dan Ying berhadapan melawan Ejo Jo beserta Robot PETAInya.

Situasi sangat tidak seimbang bagi komplotan Ejo Jo dari segi jumlah, apalagi Robot ABAM sudah hancur. BoBoiBot Halilintar pun terlihat mulai kewalahan menghadapi kombinasi BoBoiBoy Halilintar dan Fang yang menyerang secara bersamaan. Sebuah robot memang bukan tandingan dua orang penguasa powerband dengan kuasa tingkat kedua.

Bahkan beberapa bagian badan BoBoiBot mulai terlihat retak dan hancur.

"Tamatlah kau! Sambaran Mega Halilintar!" Serangan penghabisan berupa sambaran petir merah raksasa dilancarkan BoBoiBoy Halilintar yang langsung meliputi seluruh badan BoBoiBot Halilintar yang sudah mulai rusak.

Dalam hitungan detik, seluruh komponen BoBoiBot Halilintar hancur terbakar sebelum tebasan Pedang Halilintar yang bertubi-tubi memecah dan menghancurkan BoBoiBoy sampai berkeping-keping tak berbentuk lagi.

"Giliranmu, Ejo Jo," dengkus Fang yang kini ikutan mengepung Ejo Jo. "Kubuat kau menyesal datang kembali kemari."

"Urus dia, Fang, aku selamatkan Daun," ujar BoBoiBoy Halilintar yang sudah bersiap hendak menyusul Kapten Separo.

"Berhenti semua!" Gertakan nyaring terdengar dari arah kapal angkasa Kapten Separo. "Mundur kalian semua, atau ...," pedang yang tersambung dengan tangan kirinya terlihat menempel di leher Daun.

"Pengecut!" bentak BoBoiBoy Halilintar yang murka ketika melihat Daun dijadikan sandera. "Turun kau, hadapi aku!"

Daun yang dijadikan sandera oleh Kapten Separo hanya mampu menatap semua teman-temannya tanpa daya.

"Mundur Ejo Jo," perintah Kapten Separo.

Ejo Jo mengangguk sebelum melompat keatas kapal angkasa Kapten Separo dengan diikuti oleh Robot PETAI.

"Ja-Jangan, Daun mau dibawa kemana?" ujar Daun ketika ia ditarik menjauh dari pinggir lambung kapal angkasa oleh Kapten Separo.

"Tiga pilihan, antara kau mau jadi tawananku, atau kau mau jadi hiasan haluan kapal angkasaku, atau kau mau jadi hiasan dinding ruang kemudi aku," jawab sang kapten sambil tertawa sinis.

"Ngga! Daun ngga mau!" Mulailah Daun meronta dan berontak dari cengkeraman Kapten Separo. "Lepaskan Daun!"

"Lepaskan kau? Rugilah aku," dengkus Kapten Separo sembari mencengkeram pundak Daun lebih keras lagi. "Sebaiknya kau ucapkan selamat tinggal pada kawanmu itu, BoBoiBoy Daun!"

"TIDAK! TOLONG!" Daun berteriak sambil menatap penuh harap pada teman-temannya yang semakin gelisah.

"Kau yang memaksaku, bocah!" Kapten Separo membalikkan pedangnya dan sisi tumpulnya dihantamkan pada tengkuk Daun.

"Tolong ...." Daun melenguh ketika kesadarannya menipis dan pandangan matanya menggelap.

"JANGAN, DAUN!" jerit Halilintar ketika ia melihat Daun dilumpuhkan dan dibawa pergi oleh Kapten Separo.

"Gerakan Kilat!" Dengan mantap menjejak tanah, Halilintar mendorong badannya yang diliputi percikan listrik kemerahan untuk meloncat dan menghampiri kapal angkasa Kapten Separo yang sudah berputar dan membelakanginya.

"HALILINTAR!" Pekik Fang ketika ia melihat Halilintar mendekati mesin kapal angkasa yang mulai menyala hijau terang itu. "Elang Bayang!" teriaknya sembari merapal bentuk elang dengan kuasa bayangnya. Tanpa membuang waktu, Fang langsung memerintahkan Elang Bayangnya terbang menghampiri Halilintar.

Persis seperti yang di pikiran Fang, seluruh mesin kapal angkasa Kapten Vargoba menyala bersamaan. Gas plasma panas kehijauan yang berasal dari menyembur tepat di depan muka Halilintar.

"Jari Bayang!" Tepat pada waktunya, Fang melilit badan Halilintar dengan jurus jari bayangnya dan menariknya menjauh dari semburan gas plasma mesin kapal angkasa Kapten Separo.

Pertempuran berakhir sudah dengan perginya Ejo Jo bersama Kapten Separo.

BoBoiBoy Halilintar melompat turun dari punggung Elang Bayang Fang yang ditumpanginya. "Cantum semula!" desisnya lagi.

BoBoiBoy Cahaya dan BoBoiBoy Api bertukar wujud menjadi bola cahaya terang yang kemudian melayang dan bersatu di tubuh BoBoiBoy Halilintar. Kurang dari sedetik kemudian, Halilintar bertukar wujud menjadi BoBoiBoy polos yang tanpa elemen.

"Apa yang terjadi, BoBoiBoy, mengapa Api dan Cahaya malah berkelahi begitu?" tanya Fang sembari berusaha menenangkan BoBoiBoy yang sudah bergabung kembali dan masih dalam kondisi shock.

"Entah, aku tidak mengerti," jawab BoBoiBoy yang terduduk lesu di tanah dengan wajah yang pucat pasi. "Sejak Daun berdiri terpisah, tingkah elemenku jadi pada aneh."

"Aneh bagaimana? Coba ceritakan," ujar Ochobot sembari memberika BoBoiBoy segelas air dingin

"Terima kasih, Ochobot," ujar BoBoiBoy yang langsung meneguk segelas air yang diberikan Ochobot dan lanjut bercerita. "Mereka seperti ... lebih ganas, lebih sadis daripada biasanya, seperti tidak ada yang menahan mereka. Semarah-marahnya Api, ngga akan menyerang sesama elemenku yang lain," jelas BoBoiBoy.

"Ya, aku sempat melihat Cahaya dan Api berkelahi, seram, wo! Seperti mau kiamat!" ujar Ying. "Ejo Jo yang musuh mereka malah didiamkan!" tambahnya lagi.

"Padahal Api dan Cahaya itu dua elemenmu yang paling kuat, BoBoiBoy." Yaya angkat bicara. Dari raut mukanya terlihat kekhawatiran yang mendalam mengenai BoBoiBoy yang dalam kondisi shock itu.

"Justru masuk akal," ujar Ochobot. Ucapannya itu membuat semua orang menengok ke arahnya dengan penuh tanda tanya.

"Daunlah yang selama ini menahan mereka. Sifat polosnya mempengaruhi elemen-elemen yang lain. Tanpa sifat polos Daun ... terjadilah yang seperti kau ceritakan itu. Singkatnya, Daun adalah jangkar tambatan bagi semua elemenmu."

"Kelihatannya semakin lama akan semakin parah," komentar Fang.

"Memang. Masih beruntung BoBoiBoy punya Angin dan Air yang masih bisa membuat elemen-elemen yang lain menahan diri mereka. Kalau tidak, aku pun tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi."

Semuanya terdiam mendengar penjelasan Ochobot. Ketujuh elemen-elemen BoBoiBoy ternyata adalah keseimbangan yang sangat peka dan rapuh. Dalam keadaan seimbang sempurna, maka kuasa elemental BoBoiBoy yang hebat itu menjadi momok yang luar biasa bagi musuh mereka. Namun terganggu sedikit saja, seperti terlepasnya Daun dari dalam diri BoBoiBoy akan mengganggu keseimbangan yang peka itu dan akibatnya kuasa elementalnya menjadi sangat berbahaya.

"Tanpa Daun, kuasa tiga atau kuasa lima BoBoiBoy bisa jadi tidak mengenal kawan atau lawan." Ochobot menambahkan. "Kali ini kuminta, bukan ... kuperintahkan kamu untuk tidak berpecah, BoBoiBoy."

"Tapi kita harus selamatkan Daun!" ujar BoBoiBoy sembari berdiri dari duduknya. Kedua tangannya mengepal dan terlihat gemetar.

"Pasti, BoBoiBoy, tapi jangan berpecah. Gunakan kuasa tingkat keduamu bila perlu, tapi jangan sekali-kali berpecah," tegas Ochobot dengan sangat serius.

"Dey, bagaimana kita mau selamatkan Daun?" Tanya Gopal sembari melipat kedua tangannya di depan dada. "Pesawat angkasa saja kita tidak punya!"

Sebuah senyuman mengulas di wajah Fang. "Lalu kau pikir aku naik apa cuti ke Bumi?"

"Pesawat angkasa!" jawab BoBoiBoy dengan wajah yang jauh lebih ceria daripada sebelumnya. Harapannya untuk menyelamatkan Daun muncul kembali.

"Ya, ayo ke rumahku, pesawat angkasanya kusembunyikan disana," ujar Fang sembari merapal keluar Elang Bayangnya. "Kutunggu kalian disana, pesawatnya harus kusiapkan dulu.". Dengan menunggangi Elang Bayangnya, Fang langsung beranjak pergi menuju rumahnya.

Kembali BoBoiBoy menyentuh powerband nya. "Kuasa elemental, BoBoiBoy Petir!"

"Gerakan Kilat!" BoBoiBoy Petir melesat menuju rumah Fang.

"Larian Laju!" Ying langsung menyusul Petir.

Yaya langsung mengamit tangan Ochobot dan menarik Power Sphera itu kedalam pelukannya. "Kelajuan Supersonik!" Yaya pun terbang menyusul temannya dengan Ochobot dalam pelukannya

"Dey ... aku bagaimana?" gerutu Gopal yang tidak mempunyai kuasa untuk menambah kecepatan larinya. "Tok Aba, saya pinjam motor Atuk ya?" Belum sempat sang pemilik motor menjawab, Gopal sudah menaiki motor tua milik Tok Abah itu dan memacunya ke arah rumah Fang.

"Alamak .... Habislah motor Atuk," gumam Tok Aba sembari terbengong-bengong setelah melihat motornya dibajak oleh Gopal.

.

.

.

Daun tidak tahu berapa lama ia tidak sadarkan diri. Ingatannya yang terakhir adalah ketika ia dibawa dengan paksa oleh Kapten Separo keatas kapal angkasa sang kapten itu. Ia sempat memohon pertolongan teman-temannya sebelum merasakan sesuatu menghantam bagian belakang kepalanya dan membuat dunianya menjadi gelap seketika.

"Uhh ... sakitnya," lirih Daun ketika kesadarannya berangsur kembali. Dicobanya untuk memijit tengkuknya yang terasa nyeri. Alangkah terkejutnya Daun ketika mendapati kedua tangannya menolak untuk digerakkan. Bukan menolak, tapi lebih tepatnya terkekang oleh sesuatu. "Alamak...". Daun memucat ketika ia melirik ke bawah, kearah badannya sendiri.

Badannya terbungkus dalam sebuah jaket yang memang didesain untuk dipakai terbalik. Kedua lengan dan tangannya terkekang dalam posisi terlipat dengan memeluk badannya sendiri. Sementara seutas sabuk pada kedua ujung lengan jaket itu saling terkancing di belakang badannya. Ditambah beberapa utas sabuk lagi terpasang pada bagian punggung dan selangkangan dari jaket itu mecegah Daun untuk melepaskan diri dari jaket berbahan kanvas itu.

"Tolong! Lepaskan Daun!" Teriakan Daun yang hanya bergema saja tanpa ada jawaban.

Dalam posisi lengan dan tangan terlipat paksa seperti itu, Daun tidak bisa mengeluarkan apalagi mengendalikan kuasa elementalnya.

Dicobanya menarik tangannya keluar dari jeratan jaket pengekang itu. "Aduhhh," lirih Daun ketika merasakan tangan kanannya yang terhimpit lengan kirinya kembali berdenyut sakit.

Usahanya melepaskan diri gagal. Kini Daun mengamati keadaan sekitarnya. Dirinya berada di dalam sebuah ruangan kecil yang disegel dangan force field. "Persis seperti penjara TAPOPS," gumam Daun sambil menghela napas panjang. Bahkan bernapas pun terasa sesak karena ketatnya jaket yang mengekang dirinya.

"Sadar juga kau, BoBoiBoy Daun."

"Ejo Jo," geram Daun mendengar suara musuhnya. "Lepaskan Daun!"

"Oh, pastinya, tapi nanti, ya? Setelah semua elemen-elemen BoBoiBoy itu berhasil kupecah-pecah seperti kau ini."

"Kau tak akan berhasil, Ejo Jo. Kalian pasti gagal!" ketus Daun sembari mencoba menarik-narik tangannya untuk lepas dari jaket yang mengekangnya.

"Sudahlah, Daun, tidak usah berontak begitu, nanti tanganmu sakit lagi .... Bukannya aku tidak suka melihatmu kesakitan ya?" Ejo Jo terkekeh saja melihat usaha Daun untuk melepaskan diri itu. "Dan nyatanya toh aku berhasil membuatmu terpisah dari BoBoiBoy."

Benar saja, usaha Daun untuk melepaskan dirinya malah membuat nyeri di pergelangan tangan kanannya semakin menjadi. "Jaket apa sih ini?!" ketusnya sembari mengernyit menahan sakit.

"Kau mau tahu? Kutemukan di bekas rumah sakit jiwa," jawab Ejo Jo. "Hebat juga mahluk Bumi ini. Mereka punya alat yang sepertinya dibuat khusus untuk menangkapmu, Aku tinggal mengubah bahan materialnya sedikit. Coba saja, keluarkan kuasamu, palingan kau hanya menyakiti dirimu sendiri."

"Daun ... pasti ... bisa ... lepas!" ketus Daun sembari berusaha menarik-narik tangannya keluar dari kekangan jaket terkutuk itu. Dalam hatinya ia pun tahu bahwa tidak mungkin dirinya bisa lepas. Menggertak adalah satu-satunya perlawanan yang bisa ia berikan sekarang ini.

"Bagaimana kalau kita buat taruhan?" ujar Ejo Jo dengan seringaian yang tidak mengenakkan Daun. "Kuberi waktu tiga jam. Kalau kau bisa lepas, maka kubiarkan kau tanpa dikekang dalam penjara ini. Kalau kau gagal ... yah, Kapten Separo sepertinya butuh hiasan haluan kapal angkasanya ini .... Semoga berhasil" Dengan itu Ejo Jo beranjak meninggalkan Daun kembali sendirian di dalam penjara yang bersegel force field itu.

'Habislah aku,' batin Daun dengan badan dan kepalanya tertunduk lesu.

.

.

.

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top