sem-bi-lan be-las [19]

"Ros, tunggu."

Rose membalikkan badannya dan menemukan sosok Jaehyun yang baru saja memanggilnya. Rose memutar bola matanya jengah. 

"Ngapain, kak?"

Jaehyun lalu berjalan mendekati Rose. 

"Gue mau jelasin semuanya sama lo. Ikut gue," ucap Jaehyun sambil menggenggam tangan Rose lalu berjalan ke tempat yang ia maksud.

"Lepasin gue kak. Sorry banget, tapi gue rasa omongan lo kemaren itu jadi penjelasan yang paling bisa gue pahami."
"Makasih selama ini lo udah baik banget sama gue, walaupun itu cuma buat ngejatuhin Kak June doang." jelas Rose.

Jaehyun memasang wajah bersalahnya, "Maafin gue Ros. Gue gak nyangka lo ternyata beneran tulus sama gue dan gue gatau kenapa gue bisa bego manfaatin ketulusan lo buat urusan gue yang sebenernya ga penting. Maafin gue," ucap Jaehyun. Ia menundukkan kepalanya, tidak berani menatap lawan bicaranya.

"Gue emang kecewa sama lo Kak. Tapi gue udah maafin lo dan gue udah lupain masalah ini. Mulai sekarang, kita bakal temenan kaya biasa," kata Rose sambil tersenyum dan melekatkan tangannya di kedua pipi Jaehyun dan mengangkat kepalanya agar Jaehyun bisa melihat wajahnya.

Thanks Jun, gara-gara nasehat lo semalem, gue udah bisa milih jalan keluar dari masalah gue sekarang -pcy

"Eum... Lo ada acara atau gak nanti sepulang sekolah?" tanya Jaehyun. Rose menggidikkan bahunya.

"Gak tau. Kemaren malem Kak June udah janji ke gue mau ngajak gue jalan. Tapi gue gak tau jadi atau enggak," jawab Rose.

"Kalo emang gak jadi, lo bisa hubungin gue kok. Gue bakal traktir lo dan kalo lo emang gak bisa hari ini, lain hari bisa." ujar Jaehyun sembari tersenyum manis. Rose merasa lega. Bukankah itu artinya Jaehyun sudah tidak merasa bersalah padanya dan hubungan mereka akan baik seperti semula?

"Oke, Kak." Rose membalas senyuman Jaehyun.

"Gue duluan ke kelas ya!" kata Jaehyun pada Rose. Rose mengangguk. Setelah itu, Jaehyun benar-benar menjauh dari pandangan Rose.

***

Rose memasuki ruang kelas yang saat ini hanya tersisa beberapa orang saja.

"June?"

Yang terpanggil menoleh lalu memasang wajah bingungnya.

"June, hari ini jadi jalan kan?" tanya Rose bersemangat. Tapi June malah menggeleng lesu. Gelengan kepala June membuat senyum di bibir Rose menghilang.

"Gue ada urusan sama Yer--"

"Oh, oke. Lain kali kita bisa jalan ya kan? Gue pulang duluan ya!" potong Rose. Ia melambai-lambaikan tangannya pada June dan memasang fakesmile-nya. Lalu perlahan menghilang dari balik pintu.

June tau. Rose jadi sedih karenanya. Tapi, Yeri bilang Yeri mau meminta saran dari June atas masalahnya sekarang. Dan June sudah tau apa masalahnya. Menurut June itu bukanlah masalah yang ringan, jika hati Yeri belum siap menerima jalan akhir dari masalahnya itu, Yeri bisa-bisa menjadi depresi dan bunuh diri.

Orangtua Yeri akan bercerai.

June sedang mencoba menjadi sahabat yang baik bagi Yeri. Sahabat yang selalu mengerti keadaan Yeri dan mengingatkannya jika ia berbuat salah.

June akhirnya mengetahui cara lain agar ia bisa menjadi sahabat yang baik buat Yeri dan tidak menyakiti hati Rose sekaligus.

June : Ros, kita jadi jalan.
June : tunggu gue di gerbang.
June : gue otw ke sana.

Tak lama kemudian Rose membalas pesan June.

Chaeyoung❤: bukannya lo ada urusan sama Kak Yeri?

June : udah ikut gue aja.

Chaeyoung❤: oke.

June memasukkan ponselnya di dalan saku lalu keluar kelas dan berjalan cepat ke parkiran untuk mengambil motornya. Ia lalu menghampiri Rose yang sedang menunggunya.

***

Rose dan June kini berada di dalam kamar June, bersama dengan Yeri. Di dalam kamar June pula, Yeri menangis sesegukan sambil menceritakan apa yang terjadi di rumahnya hingga perpisahan kedua orangtuanya terjadi.

Rose menatap Yeri iba, begitupun juga dengan June. June berusaha untuk menyemangati Yeri dengan kata motivasinya.

"Yer, apapun yang bakal terjadi sama kedua orangtua lo, gue harap lo gak ngerasa kalo lo udah gak punya apa-apa lagi dan lo berpikir buat akhirin hidup lo."
"Karena disini banyak yang sayang sama lo, Yer. Termasuk gue yang notabenenya temen lo dari kecil sampe segede ini."

"Gue juga sayang sama lo Jun, tapi gue beneran belum bisa terima kalo orangtua gue pisah. Gue butuh mereka berdua dan gue gabisa kalo gue cuma punya salah satu diantara mereka. Gue masih ngerasa kurang Jun," jelas Yeri masih dengan tangisannya.
"Tapi disisi lain, gue juga gak tahan liat mereka berdua berantem terus terluka. Itu terlalu nyakitin Jun."

June hanya menatap Yeri, ia sudah tidak punya kalimat lain untuk menenangkan Yeri. Akhirnya Rose angkat bicara,

"Kak Yeri..."
"Tuhan masih sayang Kak Yeri, makanya Tuhan cuma pisahin orangtua Kak Yeri. Kak Yeri harusnya bersyukur Kak,"
"Kakak masih punya kenangan bareng sama orangtua kakak. Tapi gue? Orangtua gue meninggal pas kecelakaan pesawat dulu dan gue lupa semuanya tentang mereka gara-gara kecelakaan itu juga."

Yeri menghentikan aksi tangisannya lalu memeluk Rose erat. Ia benar-benar tidak tau kalau ada yang lebih sedih darinya. Masalahnya masih tergolong ringan dibanding masalah Rose. Yeri juga tidak bisa membayangkan bagaimana Rose bisa hidup dan tumbuh tanpa Kasih sayang kedua orangtuanya.

***

June dan Rose meninggalkan Yeri di kamar June. Yeri tiba-tiba saja tertidur pulas setelah menangis. Katena takut mengganggu, June dan Rose akhirnya keluar dari kamar June dan membiarkan Yeri asyik dengan alam mimpinya.

"Ayo jalan sekarang," ajak June. Rose melebarkan matanya. Rose rasa ini bukan waktu yang tepat untuk jalan apalagi jika melihat keadaan Yeri.

"L..Lo yakin mau jalan sekarang?" tanya Rose. June mengangguk.

"Kenapa? Masalah Yeri ya? Gue rasa dia udah bisa nerima semuanya sedikit-sedikit gara-gara penjelasan lo tadi."
"Sekalian ada yang mau gue omongin sama lo."

"Lo mau ngomongin apa sama gue?"

"Sesuatu tentang kita." jawab June. Rose menyipitkan matanya, sambil berusaha mencerna jawaban dari June.

Rose akhirnya menyetujui ide June. Mereka berdua pergi keluar rumah dan menuju ke tempat yang di maksud June.

Di Pantai.

Rose sendiri bingung kenapa June mengajaknya ke tempat ini. Jika dilihat dari wajah June, sepertinya ia ingin membicarakan sesuatu yang serius.

"Jun?" June menoleh ke arah Rose setelah melamunkan sesuatu.
"Lo kenapa? Ada masalah lainnya?" tanya Rose. June mengangguk lalu menghela nafasnya kasar.

"Ros, gue sama Yeri bakal pindah ke Amerika." jawabnya lesu. Rose membulatkan matanya, sambil menahan air matanya yang saat ini hampir keluar.

"L-Lo serius?" tanya Rose terbata-bata. June kembali mengangguk untuk yang kesekian kalinya.

"Gue rasa kalo Yeri terus-terusan disini, dia bakal terus keingetan sama orangtuanya. Dia juga udah setuju sama rencana gue,"
"Sorry, tapi kali ini kita harus pisah untuk yang kedua kalinya."

"Yang k-kedua? M... Maksud lo?"

"Ternyata lo belom sepenuhnya inget sama gue..." June menggantungkan kalimatnya.
"Park Chaeyoung"

"Park Chaeyoung? Itu kan--"

"Iya gue tau. Nama kecil lo kan? Gue Koo Junhoe, Cinta pertama lo. Kita udah kenal semenjak masih jabang bayi. Masih belum ngenalin gue juga?"

Rose memeluk June erat sambil menangis. June membalas pelukan Rose.

"Lo masih inget pengakuan gue waktu kecil? Saat gue nembak lo pake gambar kita berdua sama ilustrasi anak kita. Lo masih belum ngasih gue jawaban, lo gantungin gue."

Rose tiba-tiba mengingat semua yang dikatakan oleh June kepadanya dulu.

"Sebelum kamu pindah, aku mau Kasih kamu hadiah. Jangan lupa besok kembali kesini lagi terus habis itu nikah sama aku. Terus kita punya anak dua. Aku sayang sama kamu chae"

"Lo mau gue Kasih jawabannya sekarang? Iya. Gue juga sayang sama lo June."
"Tapi percuma juga karna lo udah mau pergi ninggalin gue lagi."

Benteng pertahanan June tiba-tiba ambrol saat Rose mengatakan kalimat terakhirnya. Ia ikut menangis di pelukan Rose. June melepas pelukannya dan melihat Rose masih menangis.

"Udah, jangan nangis. Kita gaboleh sedih cuma gara-gara ini,"
"Tolong janji kalo kita bakal ketemu lagi di masa depan. Walau kita gak lagi jadi satu pasangan," ucap June. Bukannya berhenti menangis, Rose malah mengeraskan tangisannya. Mau tidak mau, June harus menjadi tempat sandarannya.

***

Kepala Rose kini berada di bahu June. Di depan mereka kini ada kayu bakar beserta api diatasnya. Rose membuka kedua matanya dan menatap ombak yang terletak lumayan jauh dari pandangannya.

"Terus lo kapan pindah kesana?" tanya Rose memecah suasana hening yang menyelimuti mereka berdua.

"Lusa." jawab June singkat. Rose hanya membuka mulutnya membentuk huruf 'o'.

"Ayo kita pulang, kasihan Yeri nunggu di rumah." ucap Rose seraya bangkit dari duduknya. June mendongak ke atas untuk melihat wajah Rose.

Ia lalu ikut bangkit dan berjalan mengekori Rose menuju ke motor lalu ke rumah.

Di rumah sudah ada Yeri yang terlihat sedang kesal.

"Ih, kalian itu kemana aja sih? Gak tau apa kalo gue laper? Jun~ Masakin dong," ucap Yeri. Tak lama kemudian, perutnya mulai berbunyi.
"Tuh kan, adeknya minta makan makanya bunyi mulu. Cepet ah bikinin makanan,"

"Gue aja yang masakin." sahut Rose dingin. Rose yang biasanya ramah dan ceria mendadak menjadi dingin. Yeri menyadari ada sesuatu yang aneh terjadi diantara Rose dan June.

Rose sedaritadi hanya terdiam sambil fokus dengan masakannya dan June hanya duduk di hadapan Yeri sambil memainkan ponselnya.

"Kalian ada masalah ya? Apa ini gara-gara gue?" tanya Yeri. June menatap ke arah Yeri. Tapi ia hanya terdiam tanpa memberikan jawaban apapun.

"Aww!" pekik Rose sambil memegangi jari telunjuknya. Ujung jari telunjuknya kini terlihat memerah karena tertutup oleh darah.

June dan Yeri cepat-cepat menghampiri Rose.

"Lo gak papa?" tanya Yeri khawatir. June langsung mengisap darah di jari Rose tanpa permisi. Rose membelalakkan matanya melihat aksi June, begitu juga dengan Yeri.

"Bisa gak sih kalian ceritain kalian berdua tuh kenapa? Semenjak balik tadi, kalian tuh aneh tau ga sih!" teriak Yeri.
"Tadi diem-dieman, sekarang juga diem-dieman. Ini lagi si kutu kupret seenaknya main ngisap ngisap jari orang." sambungnya.

"Bukannya lo udah tau ya kak yer?"

Yeri malah menatap Rose bingung.

"Lusa, lo sama Kak June mau pindah ke Amerika kan?" tanya Rose.

"H-hah?"



TBC


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top