c.) D-3
- Hari rabu -
(Name) hari ini bangun kesiangan efek begadang hanya untuk memantau spoiler anime dari fandom yang ia ikuti.
Sialnya, ia baru ingat bahwa hari ini jadwal paketnya berlangsung. Tubuhnya merinding karena teringat wajah seksi kebersihan kelasnya yang sangat galak.
Sebuah kesialan menimpa (name) untuk yang kedua kalinya, saat (name) akan berangkat, ayahnya masih santai berpakaian setelah mandi. Terpaksa sudah ia harus sedikit bersabar diselimuti rasa panik karena jam telah menunjukkan pukul 06:50.
Kesialan beruntun berlangsung tiga kali. Sangat disayangkan, ketika (name) sampai di Sekolah, gerbang telah ditutup dan (name) terpaksa harus menjalani hukuman bersama murid-murid yang juga telat hari ini.
"Buah anggur buah manggis, selamat pagi kamu yang manis." Itulah ucapan yang (name) dengar dari Atsumu saat sedang dihukum saat ini.
"Buah melon buah pepaya, maaf anda siapa ya?" (Name) yang tak ingin kalah dari Atsumu juga ikut berpantun.
"Ihhh, gue kan pangeran berkuda mu wahai gadisku." Atsumu mengerucutkan bibirnya.
(Name) terdiam memandang jijik Atsumu. "Aduh, najis."
"Yo, (name). Telat juga lu?" Osamu yang sedari tadi diam akhirnya buka suara.
"Buta lu, mata lu." (Name) heran dengan Osamu, padahal sudah jelas (name) telat hari ini.
"Samu bego, lu buta? diam aja sana."
"Apasih Tsumu, kalau bukan gara-gara lu kita ngak bakal telat goblok."
"Gue kan udah minta maaf!"
"Lu kira maaf doang cukup apa, hah?!"
(Name) hanya diam, tak ingin terlibat lebih lama dengan si kembar ini. (Name) memang cukup dekat dengan si kembar, karena mereka bertiga pernah sekelas saat kelas 1.
"Lu berdua mah sama aja goblok, diam sana."
(Name) langsung membalikkan pandangannya kepada seseorang yang berusan berbicara, ternyata orang itu adalah Suna.
(Name) mengalihkan pandangannya dan mencoba untuk tenang. Setelah kejadian kemarin, (name) terus kepikiran dengan tingkah laku Suna.
Begini-begini (name) juga adalah seorang anak gadis SMA, yang bila diperlakukan manis oleh seorang cowo akan luluh juga.
Bohong kalau tidak suka. Selama dapat menyembunyikan ekspresi dari hal semacam ini, bukanlah masalah besar untuk diam-diam memanen bunga dihati.
"Wih tumben si rajin ini telat." (Name) mencoba terlihat seperti biasanya dan tersenyum remeh kepada Suna.
"Tumben juga si imut ini telat, keasikan mimpiin gue ya ampe telat gini?" Berbeda dengan (name), Suna malah memberikan senyum manis.
"Pede banget mas."
"Cie manggil mas, udah cinta nih sama gue?"
"Amit-amit, mendingan gue jatuh cinta ama bang Ushijima yang kaya hot daddy."
"Lu seleranya hot daddy ya? tenang aja gw bisa kok. Bisa lebih hot malah, wanna try me?"
Suna nge-smirk sambil liatin (name), (name) yang melihat smirk Suna langsung buru-buru ngalihin pandangannya biar (name) nggak mikir kejauhan.
Ehm, daddy. (˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵)
"Eh astagfirullah, nggak boleh (name). Jangan kegoda ama nih buaya satu," batin (name) yang mencoba menyadarkan dirinya
Suna yang ngeliat pipi (name) mulai memerah cuman nyengir-nyengir doang.
Pas mau ngegoda (name) lagi, (name) tiba-tiba dipanggil ama OSIS karena hukuman dia udah selesai.
"Bye, gue pergi duluan. Jangan iri ya!" (Name) nyoba manas-manasin Suna yang masih dihukum saat ini.
Suna yang mendengar (name) cuman diam doang, terus ngasih sumpah serapah kepada OSIS yang manggil (name) barusan. Padahal tinggal dikit lagi biar pipi (name) bisa merah banget tapi malah gagal.
Setelah menjalani hukuman, (name) langsung buru-buru menuju kelas karena pelajaran seharusnya sudah dimulai sedari tadi. Tapi ketika ia sampai, ternyata saat ini sedang jam kosong karena guru-guru tengah melakukan rapat saat ini.
(Name) kemudian ikut nimbrung sama teman-temannya yang lain, terus mulai deh pergibahan yang hakiki. Bagi cewe, sehari tanpa ghibah itu ibarat makan gorengan tanpa sambal.
Merasa lapar, (name) mengajak teman-temannya yang lain buat ke kantin dan mereka setuju aja.
Saat ditengah perjalanan, (name) kembali ketemu si kembar dan Suna yang sedang berjalan menuju kelas. Bisa (name) lihat dengan jelas kalau hukuman mereka baru saja selesai.
Tak ingin berurusan dengan mereka (name) mencoba untuk sembunyi ditengah-tengah rombongannya, namun tetap saja ia tetap terlihat dimata Atsumu.
Dan dengan sangat terpaksa ia harus kembali berurusan dengan tiga batang manusia ini, sedangkan teman-temannya terus berjalan menuju kantin.
"Buah kiwi buah manggis, hai lagi kamu yang manis." Bisa ditebak bukan siapa yang baru saja berbicara?
"Basi pantun lu, basi." (Name) nanggepin pantunnya Atsumu dengan wajah masam.
"Ih, kok kucingku mukanya masam gitu."
(Name) mundur 2 langkah, lalu mengeluarkan aura gelap yang membuat Atsumu merinding. "Tolong jauh-jauh, atau nggak titid lu gue kebiri."
(Name) kembali melanjutkan perjalanannya menuju kantin sedangkan Atsumu hanya diam membatu.
Osamu dan Suna yang melihat kejadian tadi hanya menahan tawa dengan ucapan (name) barusan.
"Oy, Tsumu." Suna nepuk punggung Atsumu
Atsumu noleh, tapi si Suna diam aja. Rada ragu mau ngomong gitu.
"Apaan sih bego? ngapain malu-malu janda kek gitu? jijik tau nggak." Atsumu menatap jijik Suna.
Osamu langsung mukul kepala Atsumu dari belakang, udah capek liatin tingkah saudara kembarnya ini.
"Kenapa lu?" Osamu udah merasa akan ada sesuatu yang terjadi.
"Samu babi, sakit bego." Atsumu mengelus bagian kepalanya yang terkena pukulan Osamu.
"Oh kirain kuat, percuma badan gede pukul dikit doang ngoceh," ejek Osamu.
"Bacot kau Samsul." Atsumu coba ngelawan, tapi jatuhnya malah lawakan garing.
Osamu nyengir. "Lo liat? si monyet mau ngelawak."
Suna yang dari tadi diem akhirnya buka suara.
"Itu, lu bisa ajarin gue gombal gitu nggak?"
"Uhuk. Hah...apa?! lu? gombal? HAHAHAHAHA." Atsumu tertawa renyah.
"Suna, lu serius?" Osamu kaget, terus ikut ketawa bareng Atsumu.
"Pffttt, ahahahaha suna mau belajar gombal. Buat DOI, dia orang istimewa ya?" Atsumu memegang perutnya yang terasa sakit karena tertawa.
Mendapati tanggapan seperti itu tentu saja membuat Suna kesal. Jelas sekali kedua kembaran ini sedang mengejeknya habis-habisan.
Osamu melirik Atsumu sebentar, lalu kembali memandang Suna. "Kalau saran gue mending jangan belajar gombal sama Tsumu deh."
"Kenapa?" Suna menaikkan salah satu alisnya.
"Gombalnya alay semua soalnya, nggak cocok buat gombalin (name) cocoknya buat gombalin tante-tante sekolah doang." Osamu udah siap-siap ngehindarin pukulan Atsumu.
Atsumu melayangkan sebuah pukulan kepada Osamu, tapi berhasil dihindari oleh Osamu. "Bacot njing."
"Eits, santai bro." Osamu yang tadi nunduk untuk menghindari pukulan Atsumu kini sudah kembali berdiri seperti biasa.
Osamu memperhatikan Suna dari atas sampai bawah. "Lagian ya suna, lu nggak cocok buat gombal buat ala-ala romance karena lu punya cara sendiri buat bikin baper anak orang."
Suna diam doang sambil mikir.
"Itu motivasi?" Atsumu cengo doang setelah mendengar kata-kata Osamu.
PDKT 7D
SUNA RINTARO
Disaat yang bersamaan, (name) yang sedang mengghibah dikantin bersama teman-temannya didatangi oleh sekelompok cewe dengan riasan wajah yang tebal.
Biasalah cabe sekolah.
Cewe-cewe tersebut menendang meja tempat (name) dan teman-temannya sedang ghibah, mengakibatkan seisi kantin menjadi heboh dan penasaran dengan apa yang terjadi.
"Benar dia orangnya?" salah satu cewe tersebut mulai membuka suara sambil melihat kearah (name).
"Iya, udah benar dia. (Name) (last name) dari kelas 2-3." Cewe tersebut memberikan handphonenya kepada cewe yang sedang melihat (name).
(Name) mencoba mencerna kejadian saat ini, tiba-tiba saja mereka didatangi dan namanya disebut-sebut oleh geng tersebut.
"Perkenalkan, nama gue Nao dari kelas 2-5. Tapi pastinya lu udah kenal gue kan?" Cewe yang liatin (name) dari tadi menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan (name).
"Maaf, tapi gue nggak tau siapa lu." (Name) hanya menjawab dengan santai dan mengabaikan salaman dari Nao.
Teman-teman (name) dan kelompok Nao nampak kaget dengan jawaban (name) barusan, ternyata ada yang nggak mengenal siapa Nao ini.
Nao yang merupakan seorang siswi populer diangkatan kelas 2, ia cantik, kaya, dan ia juga merupakan anak dari seorang CEO perusahaan produk makeup ternama di Indonesia. Seisi sekolah tentu saja mengenal dirinya.
Sangat disayangkan sifat Nao sangat sombong dan selalu merendahkan derajat orang lain, yang membuat dirinya tidak disukai banyak orang.
Nao sendiri nampak syok dengan jawaban (name), ia tak percaya bahwa (name) tak mengenal dirinya padahal mereka berdua seangkatan.
Oh ayolah, jangan salahkan (name) yang sungguh sangat tidak peduli dengan hal-hal seperti ini. (Name) tak menyukai siswa populer, jadi tentu saja ia tak mengetahui Nao.
Seseorang maju dan mendekati (name). "Ssttt, (name). Dia ituloh, anak CEO yang sering dibicarain," bisik salah satu teman (name).
"Oh anjir dia toh?" jawab (name).
Seisi kantin menahan tawa.
"Lu berani juga ya, nggak kenal gue dan baru aja nggak nerima salaman dari gue." Nao menatap tajam ke arah (name), sangat jelas kalau ia emosi.
"Maaf aja nih, tapi gue beneran nggak tau tadi hahaha. Lagian bisa langsung ke inti aja nggak? apa maksud lu tiba-tiba datang dan nendang meja kita hah?!" (Name) juga mulai emosi dengan sikap Nao.
"Cih, gue juga malas ngomong lama-lama dengan cewe gembel kaya lu. Gini ya, lu jauhin Suna," Nao menyilangkan kedua tangannya didepan dada.
Karena inilah (name) sangat malas untuk berurusan dengan murid-murid populer di sekolah ini, terutama untuk cowo. Para fans mereka akan datang dan membully siapa saja yang dekat dengan cowo-cowo tersebut.
"Oh cuman karena itu lu datang ampe bikin ribut kaya gini? lu pikir gue yang nyodorin diri buat dekat ama dia?" (Name) juga ikut menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Maaf aja ya, dia sendiri yang deketin gue." (Name) menatap Nao datar.
"Halah dasar cabe, ngaku-ngaku Suna yang deketin lu. Ngaca sana, mimpi lu ketinggian."
"Ngaca? nggak salah ngomong lu? lu tuh sana ngaca, muka lu udah merah banget kek cabe terus makeup lu mulai luntur. Gila tebal banget bedaknya udah mirip tante-tante."
Semua orang dikantin hanya bisa menahan untuk tidak tertawa saat mendengarkan kata-kata (name) barusan, karena ucapan (name) memanglah sebuah fakta.
Nao hanya bisa menahan emosinya, ketika orang-orang mulai memberikan dukungan untuk (name). Tentu saja mereka senang melihat Nao mendapat tamparan fakta seperti itu.
"Banyak ngomong lu jablay! udah sering main ama om-om mah gitu."
"Gue? ama om-om? haha! lu kali yang kaya gitu, terus nuduh gue. Asli, lu gue saranin diam aja soalnya lu malu-maluin perusahaan ortu lu ntar." (Name) naruh tangan kanannya diatas pundak kiri Nao. "Lu nggak mau kan jatuh miskin, wahai anak orang kaya?" lalu (name) nunjukkin senyum remeh kepada Nao.
Nao langsung nepis tangan (name) dari pundaknya.
"Kali ini gue kasih peringatan aja ya, besok-besok jangan harap lu bisa hidup tenang." Nao dan kelompoknya ninggalin kantin.
Semua yang nonton langsung memberikan tepuk tangan ama muji (name) yang dengan berani dan gagahnya mojokin Nao.
Tak ingin jadi pusat perhatian, (name) juga segera ninggalin kantin dan balik ke kelasnya.
SUNA RINTARO
PDKT 7D
Sampai dikelas (name) langsung dihadapkan dengan Suna yang sedang berada didepan pintu saat ini. Mood (name) pun semakin buruk.
"Hai cantik, dari mana nih?" Suna menampilkan senyumnya saat melihat (name).
"Minggir nggak lu?" (Name) yang moodnya sedang buruk, cuman nanggepin Suna dengan kasar.
"Eits, tuan putri nggak boleh kasar."
"Gue bilang minggir ya minggir asu!"
Suna kaget ama perubahan nada dan sikap (name) saat ini, ia pun langsung menyingkir dari depan pintu. Nyari amanlah, takutnya kalau Suna makin jahili ntar lampu hijau buat pacaran malah positif jadi warna merah.
Badmood.
Siapa sih yang nggak kesal sama marah kalau lagi enak nongki malah suasananya dibuat hancur? mana muka Nao pengen banget (name) tonjok langsung.
Tapi nggak dilakuin, soalnya lebih memalaskan kalau sampai harus berurusan dengan BK Sekolah.
"Jauh-jauh 10 meter anjing!" ucap (name) secara mendadak ketika menyadari Suna sedang diam-diam mendekat.
"Galak banget buset," batin Suna.
Hari Rabu berjalan tidak lancar untuk Suna. Tapi nggak tau deh buat hari kamis besok, apakah akan berjalan lancar atau tidak.
- Hari rabu, selesai. -
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top