2. Before PDKT 7D

Perhatian sebelum membaca

• Latar tempat : Indonesia
• Banyak bahasa kasar
Extremely out of characters
Typo

Semua isi cerita ini, murni ide dari penulis. Jika merasa ada kesamaan, sungguh itu sebuah ketidak sengajaan.

Terima kasih atas perhatiannya, selamat membaca.

"Pacaran? ck. Lu berdua nggak ada topik lain apa? Nggak berguna banget."

Atsumu dan osamu langsung merasa tersinggung tepat setelah Suna menyelesaikan rangkaian katanya. Terdengar sangat annoying dikedua indra pendengaran si kembar.

Hal tidak berguna katanya.

Atsumu bergeser sedikit dari posisi duduknya, mendekat ke arah adiknya agar dapat berbisik dengan nyaman. "Samu? kau dengar apa yang dikatakan Suna itu?"

"Dengar, terdengar sangat menjengkelkan di telinga ku," balas Osamu dengan cara berbisik juga.

"Betul, so true bestie." Atsumu mengajak Osamu untuk bersalaman sebagai tanda ke setujuan, Osamu dengan gampangnya mengikuti ajakan Atsumu.

Kerutan halus muncul di sekitaran alis Suna, menyaksikan kelakuan bodoh penyandang gelar kembar Miya memanglah sudah biasa. Tapi kelakuan bodoh mereka yang satu ini sempat membuat Suna merasa kesal.

"Hentikan cara kalian berdiskusi. Aaaagh, ada ya remaja SMA yang seperti ini."

Suna memijat pelan keningnya, padahal belum genap 10 menit setelah kedatangannya kemari. Tapi rasanya energi ditubuhnya sudah habis terserap tanpa alasan yang jelas.

"Emang lu nggak pernah nyoba pacaran gitu? padahal tampang lu mirip banget gila ama fuckboy berandalan minta ditendang?"

Pertanyaan yang dikeluarkan oleh bibir Atsumu mendapat anggukkan dari kepala Osamu.

"Betul, Tsumu. Meski tampang lesu seperti tidak punya tujuan hidup, nih si asu pasti diam-diam punya asrama putri di WA." Osamu menambahkan sedikit kata-kata dari Atsumu sebelumnya.

"Nggak," jawab Suna dengan cepat.

Balik kepada Atsumu yang mulai berbisik lagi kepada Osamu. "Percaya?"

"Gue sih nggak, kalau lu?"

"Sama, nggak percaya juga."

Suna emosi. "LU BERDUA BISIK-BISIK TAPI KOK BERISIK? KEK KICAUAN BURUNG."

Apakah Atsumu dan Osamu akan terdiam bagai batu yang terkena kutukan setelah mendengar nada suara emosi dari Suna?

Tentu saja tidak. Malahan mereka berencana untuk membuat Suna lebih emosi lagi, walau jatuhnya topik yang mereka sedang bahas tidak jelas lagi arah dan tujuannya.

Baru saja yang berambut kuning ingin mengeluarkan suara, tanpa ada undangan, datang bola terbang menuju ke arah mereka bertiga yang berasal dari lapangan Sekolah.

"(Name)! ASTAGA ITU BOLA KENAPA DITENDANG SAMP—. WOI YANG DISANA AWAS!!!"

BUGH.

Bagaikan sebuah tamparan, bola tadi menghantam pipi kanan Atsumu dengan kerasnya. Membuat tubuh Atsumu linglung setengahnya.

"Semoga hari ini resmi jadi anak tunggal," batin Osamu yang sedang memasang ekspresi bahagia.

Salah mereka juga memilih tempat santai dipinggir lapangan Sekolah, sudah tau disana rawan bola nyasar kesana-kemari. Masih aja duduk nyantai seperti tidak punya beban kehidupan.

Meski yang sial cuman Atsumu saja sih.

Tidak sampai disana kesialan yang didapatkan Atsumu, suara tertawa dari seorang Suna Rintaro yang diikuti dengan suara tawa murid-murid sekitar yang sempat melihat momen tadi membuat Atsumu makin ternistakan.

"Sakit banget gilaa," ucap Atsumu sambil meraba bagian pipinya yang terkena bola tadi.

Semakin kencang suara tawa Suna. "AHAHAHAHA."

Terburu-buru pelaku salah tendang bola itu menghampiri yang menjadi korbannya, sempat takut untuk mengucapkan "maaf" karena ternyata seorang laki-laki lah yang harus ia hadapi.

"Aduh, gimana nih?" batin (name).

"Langsung ambil kabur aja kali ya? tapi nggak enak itu cowok udah kena bola. Duh anjir sumpah ribet banget."

Tubuh (name) yang sedaritadi bergerak maju-mundur tidak karuan efek pusing dengan pilihan apa yang harus ia ambil menarik perhatian Suna.

Satu alis naik keatas, membuat ekspresi bingung Suna menjadi jelas terlihat oleh mata.

"Ngapa dia?" ucap Suna dalam hati.

Hendak (name) ingin mundur kembali ke kelompoknya untuk meminta tolong, tapi Suna sudah lebih duluan peka dengan apa yang diincar (name).

"Woi tunggu disitu!" teriak Suna yang ditujukan untuk (name).

(Name) berhenti mundur karena merasa teriakan tadi itu ditujukan untuknya. Arah pandang menoleh kembali ke arah belakang.

"Ini bener nggak sih gue yang diteriakin?"

Suna bangkit dari duduknya, tangan kanannya meraih bola yang mendapat salah tendangan tadi. Diambilnya bola tersebut lalu berjalan menuju arah (name).

Ketika jarak Suna dan (name) hanya tersisa sekitar 3 langkah saja, Suna segera mengembalikan bola tersebut kepada (name).

"Tadi mau ambil ini kan?"

Salah (name) karena sempat bengong efek memandang wajah rupawan Suna. Kini saat tangannya bergerak mengambil kembali bola tersebut, tangannya terasa sangat berkeringat.

"A-ah iya, makasih." Sangat terdengar jelas suara hasil salah tingkah (name) ditelinga Suna.

"Pfftt."

Tiba-tiba terdengar suara sorakan dari para murid yang masih setia menyaksikan kelanjutan bola nyasar tadi.

"CIEEEEEEEEE."

Siapa sih yang nggak malu kalau udah dengar teriakan seperti itu? (Name) sudah jelas merasa malu, apalagi posisinya yang berada ditengah lapangan Sekolah. Tidak tengah banget tapi bisa disebut berada ditengah lah ya.

(Name) berterima kasih sekali lagi pada Suna, setelahnya ia langsung kembali ke tempat teman-temannya berada.

Suna masih berdiri diam sejenak, waktunya diam memang tidak terlalu lama. Kalau dihitung, hanya memakan waktu 30 detik sampai Suna kembali ke tempat si kembar berada.

Kondisi 3 remaja SMA tersebut mendadak menjadi diam. Diam-diam hanya si kembar yang berkomunikasi melalui telepati.

"Tadi liat?"

"Iya liat."

"Terus?"

"Nggak tau, tunggu kelanjutan aja."

"Sip."

"Oke."

Kelas yang ditempati (name) atau lebih tepatnya kelas X MIPA 3 kembali melanjutkan praktek sepak bola yang sempat tertunda tadi.

(Name), siswi yang kurang baik dalam hal seperti ini merasa nyawanya akan terbang keluar dari tubuhnya. Ditambah suhu cuaca yang lumayan panas dan menyengat.

Seragam olahraga yang dikenakan pun sangat mendukung ketidaknyamanan (name), kurang nyaman sih. Kalau dipikir-pikir, seragam olahraga itu salah satu seragam yang emang kurang nyaman ya kalau dipakai.

Tapi ya kalau celana olahraga beda lagi, kalau dikombinasikan dengan pakaian kaus biasa rasanya nyaman aja.

Kembali ke praktek, ini saatnya (name) harus menahan diri agar dapat mendapat nilai diatas angka 75.

"Semoga pas giliranku selesai, bisa langsung balik kelas. Panas banget anjir," batinnya.

Sejauh mata memandang, Suna hampir tidak mengalihkan pandangan ke arah kelas X MIPA 3. Memang fokusnya bukan cuman ke (name) saja, tapi (name) memang paling banyak mendapatkan tempat dipenglihatan Suna.


PDKT 7D
SUNA RINTARO








Satu minggu berlalu. Mulai minggu ini entah angin apa yang berhembus ke arah Suna dan (name).

Keduanya mulai sering berpas-pasan ditempat yang beragam, yang jelas posisi bertemu mereka masih di dalam lingkungan Sekolah.

Hari selasa kemarin, Suna berpas-pasan dengan (name) saat sedang belanja di kantin. Tiga jam setelahnya, mereka kembali berpas-pasan didepan ruang guru.

Hari Jum'at, mereka kembali bertemu didepan ruang kelas XI IPS 4. Pulang sekolahnya mereka pun kembali bertemu.

Karena banyaknya pertemuan yang berlangsung secara tidak disengaja itu, mulai timbul perasaan ingin tahu lebih tentang seseorang dilubuk hati.

Mulailah Suna berinisiatif sendiri mencari tahu hal-hal terkait dengan (name). Tenang saja, yang dicari tahu Suna hanyalah hal umum dan tidak melewati batas sebagai seorang lawan jenis.

Hanya mencari tahu tentang nama lengkap dari nama (name), ekstrakurikuler yang diikut, tapi ya ternyata (name) nggak ikut kegiatan ekstrakurikuler apapun. Dan juga teman yang dekat dengan (name).

Hanya itu saja.

Tiga hari kemudian atau dihari senin. Tanpa inisiatif Suna, (name) tidak sengaja menabrak tubuh Suna ketika hendak berlari menuju ruang guru.

(Name) linglung dan Suna terkejut. Sedikit rasa sakit tertinggal disekitaran area dada menuju perut Suna. Lumayan keras juga tabrakannya.

"Duh maaf—. Eh lu lagi?"

Suna bingung. "Gue?"

"Ya siapa lagi? sering banget dah gue liat lu. Situ nguntit?" (name) berbicara sambil merapikan kembali seragamnya.

"Nggak tuh, takdir aja kali kita pas-pasan mulu."

"Oh yaudah sih."

Percakapan berakhir, (name) lanjut berjalan menuju ruang guru.

Suna menghadap ke belakang agar dapat menyaksikan (name) yang berjalan menjauh. "Jadi dia nyadar? tapi emang sering ketemu sih."










SUNA RINTARO
PDKT 7D
















Kejadian-kejadian serta pertemuan kecil memang dapat menjadi pemicu timbulnya sebuah rasa suka yang sama sekali tidak diundang.

Suna lah yang menjadi bukti nyata pernyataan diatas. Mulai dari awal pertemuan dilapangan Sekolah saat masih berada diangkatan kelas 10.

Naik ke angkatan kelas 11, sepertinya dewi keberuntungan menurunkan izin agar benih suka yang telah tertanam dapat tumbuh menjadi sebuah kisah hubungan yang romantis.

Suna mendapatkan kelas yang sama dengan pemilik nama (name), gadis SMA yang saat ini sedang menarik perhatiannya.

Memang faktanya bukan hanya (name) yang berhasil menarik perhatian Suna selama berada dijenjang kelas 10. Tapi ya fakta tidak bisa dibalikkan untuk saat ini, memang (name) lah yang mendominasi dalam hal menarik perhatian Suna.

Terhitung sudah sekitar 5 kali Suna bercerita soal (name) pada si kembar dan satu lagi teman dekatnya yang kurang terekspos yaitu Ginjima.

Dari sanalah juga Atsumu memberikan sebuah ide yang ternyata beneran diikuti oleh Suna.

"Mau dekat? tau tempat duduknya kan sekarang? parah sih kalau nggak tau padahal sekelas."

Suna memasang wajah masam. "Ah lama anjing, cepat gece saran lu apaan?"

"Weitsss santai dong. Bunga dan surat."

"Kampungan," ucap Osamu sarkas.

"Jaga ucapan lu," jawab Atsumu tidak terima.

Bunga dan Surat. Pemicu kedua kisah PDKT dapat terjadi.

Sebuah ide yang dianggap kampungan namun ternyata menjadi pendorong untuk Suna.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top