➥ D-5
Sampah
Malam, [name]-chan.
Semoga mimpi indah.
21:00
- Hari sabtu. -
"Sore nanti, selesai kami bertanding. Temui aku di dekat sungai yang berada dibelakang sekolah," ucap Iwaizumi. Dengan cepat ia sudah pergi dari hadapanku.
Ucapan mu itu membuatku semakin berharap, Iwaizumi. Aku menggigit bibir bawahku, jantungku berdetak dengan cepat. Berharap apa yang ku impikan benar-benar akan terjadi hari ini.
"Iya, aku akan menunggu mu nanti sore." Tanpa kusadari, sebuah senyum tipis terpampang diwajahku.
Dari arah samping kanan, terdengar suara Oikawa memanggil nama Iwaizumi beberapa kali. Suaranya sangat berisik, itu sangat menganggu ku.
"Iwa-chan~, kita harus ke bus sekarang." Nadanya dibuat seperti perempuan yang manja, menyebalkan.
Oikawa melirik ke arah belakang, untuk sesaat kedua mata kami saling menatap satu sama lain. Tatapan mata yang terlihat senang itu mendadak berubah menjadi tatapan sendu, lagi-lagi Oikawa mengeluarkan sebuah senyum yang ku rasa tak bisa disebut sebagai sebuah senyum.
Jika ia baik-baik saja, untuk apa ia memberikanku ekspresi seperti itu? Mengirimkan ku pesan secara terus menerus, hingga membuat handphone ku terus berbunyi. Sungguh dia hanya pria menyebalkan yang tiba-tiba saja muncul diantara aku dan Iwaizumi.
Kemarin saat aku pulang dari sekolah, aku melihatnya tertawa bersama diantara anggota klub voli yang sedang berlari. Raut wajahnya sangat bahagia, seakan-akan tak ada beban didalam dirinya.
Kau terlihat bahagia saja tanpaku, Oikawa. Aku berharap kau berhenti memberikan ekspresi aneh itu kepadaku.
Kontak mata kami terputus. Ku kepalkan kedua tanganku, lalu pergi menjauh dari mereka berdua. Sudahlah, lagi pula Iwaizumi menyuruhku untuk menemuinya sore nanti.
🌿
Oikawa memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaket. "Hmmm...Iwa-chan tadi ngomongin apa bareng [name]-chan?"
Iwaizumi menghela napas. "Bukan hal yang penting." Sekilas, ia melirik Oikawa.
"Heee~, padahal aku berharap [name]-chan meminta tolong padamu untuk menyampaikan sesuatu kepadaku. [Name]-chan benar-benar marah ya." Oikawa nampak kecewa.
Untuk beberapa saat tak ada percakapan diantara mereka berdua, hanya terdengar langkah kaki yang terus berjalan menuju bus.
Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, memikirkan banyak hal seperti strategi sebelum pertandingan memang hal yang wajar.
Namun siapa sangka, yang dipikirkan kedua orang ini bukanlah tentang pertandingan. Melainkan [name], terutama Iwaizumi yang nampaknya punya begitu banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada Oikawa.
"Sudah berapa lama kalian seperti ini?" tanya Iwaizumi. Memecah keheningan diantara mereka.
Oikawa nampak berpikir sebentar, mengingat-ingat kapan konflik diantara ia dan [name] mulai terjadi. "Ku rasa 1 atau 2 hari yang lalu? Tapi rasanya ini terjadi sudah cukup lama. Haaaa~ semangatku menurun."
Iwaizumi nampaknya tidak terkejut sama sekali. "Apa yang membuatmu menyukai [name]?" Satu pertanyaan yang terus menghantui dirinya, akhirnya ia tanyakan kepada Oikawa.
"Iwa-chan sedang menginterogasi ku ya?" Seringai jahil khas Oikawa muncul.
Dengan sabar Iwaizumi kembali bertanya. "Apa yang membuatmu menyukai [name]?"
Oikawa terkekeh, "Iwa-chan tak menyadarinya? [Name]-chan sifatnya mirip dengan ibuku loh."
Mungkin kata orang-orang itu benar, katanya para lelaki akan menyukai seseorang yang mirip dengan ibunya. Meski tidak semua, jika seorang anak yang dekat dengan ibunya, mungkin ini hal yang tidak bisa dihindari.
Iwaizumi mengernyitkan wajahnya. "Kau pikir aku ini selalu bertemu dengan ibumu apa?"
"Heee, tapi kan kita sudah berteman sejak kecil? Iwa-chan juga sering bertemu dengan ibu." Oikawa mengerucutkan bibirnya.
"Ha, sudahlah. Satu pertanyaan terakhir untukmu." Terlihat guratan kecil didahi Iwaizumi.
"Iwa-chan boleh bertanya ap-."
Ucapan Oikawa terputus. Ekspresi Iwaizumi nampak lebih serius dari biasanya, nada suara yang begitu datar juga ikut dikeluarkan.
"Apa yang akan kau lakukan, jika aku merebut [name] darimu?"
🌿
Warna langit sudah berubah menjadi jingga keemasan, mendakan sore hari telah tiba. Suara sekelompok burung gagak dilangit dan hembusan angin sepoi-sepoi membuatku menjadi sangat rileks saat ini.
Aku duduk dibangku kecil yang menghadap kearah sungai. Sudah satu jam lamanya aku duduk disini menunggu kedatangan Iwaizumi, namun dirinya tak kunjung muncul.
"Maaf membuatmu menunggu." Suara ini. Benar, ini suara milik Iwaizumi.
Aku menolehkan pandanganku kearahnya. Rambutnya sedikit basah dan terlihat licin, efek dari keringat. Meskipun begitu, ia terlihat begitu tampan.
"Iya tak apa, bagaimana dengan pertandinganmu?" Aku sedikit berbasa-basi sebelum Iwaizumi memulai pembicaraan inti, tak buruk.
"Pertandingan kami lumayan bagus, kami lolos ke babak selanjutnya." Iwaizumi masih setia berdiri disampingku, jaraknya ia buat agak jauh.
"Selamat atas lolosnya kalian." Aku memberikan tepuk tangan kecil.
Iwaizumi mendadak menjadi serius. "Iya, terima kasih. Aku ingin langsung ke inti, ini tentang kau dan Oikawa."
Ini sedikit menggangguku. Disaat aku punya kesempatan untuk berdua dengan Iwaizumi, ia malah mengajakku untuk membahas tentang diriku dan Oikawa.
"Ada apa soal itu?" Aku menyipitkan kedua mataku.
Raut wajah Iwaizumi berubah menjadi sangat datar. "Oikawa menjadi sedikit berbeda dari biasanya. Aku rasa itu karena dirimu."
"Lalu? Aku lihat ia nampak bahagia." Ku naikkan salah satu alisku.
"Sepertinya kau sudah salah paham. Apanya yang bahagia? Dia nampak kacau 2 hari ini." Iwaizumi tersenyum kecut.
"Sungguh, apa maksudmu?" jawabku kesal.
"Dia rela meninggalkan latihan volinya selama dua hari ini, ini tak pernah terjadi sebelumnya." Untuk sesaat, Iwaizumi menghela napas.
Ia kembali melanjutkan perkataannya. "Nampak bahagia? bahkan selama dua hari ini ia terus begadang bahkan nyaris tak tidur sama sekali karena sibuk memikirkan mu."
"Lal-." Aku sama sekali tak diberi kesempatan untuk berbicara.
"[Name], sungguh. Ini pertama kalinya aku melihat Oikawa menyukai seseorang sampai seperti ini. Ku mohon agar kau membuka hatimu sedikit untuknya...." Tatapan mata Iwaizumi menjadi sendu.
Aku mengepalkan tanganku. "Perasaan tak bisa kau paksakan, Iwaizumi-kun. Kau tahu? sampai detik ini aku masih menyukai mu."
"Maaf untuk itu. Sudah ku katakan untuk tidak terlalu berharap padaku bukan? Dan lagi, dibandingkan aku. Oikawa lebih pantas menerima hatimu dari pada diriku."
"Apa maksudmu?"
"Saat aku bertanya kepada Oikawa tentang bagaimana jika aku merebutmu darinya, ia menjawab dengan santai akan mengalah demi sahabatnya. Ia akan merelakan perasaannya yang tak terbalas demi kebahagiaan sahabatnya. Bukankah itu hebat?" Iwaizumi tersenyum tipis.
Flashback.
"Apa yang akan kau lakukan, jika aku merebut [name] darimu?"
Mata Oikawa berkedip-kedip dengan cepat. "Tentu saja, aku akan mengalah."
"Kenapa?" Iwaizumi sama sekali tak merubah arah pandangannya.
"Iwa-chan adalah sahabatku, jika dengan bersama [name] kau akan bahagia. Maka akan ku relakan perasaan milikku ini." Senyum Oikawa melebar.
Iwaizumi terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Oikawa, rasanya tak ada unsur kebohongan didalam ucapan Oikawa tadi.
Flashback end.
Aku terdiam, entah jawaban apa yang harus ku keluarkan.
"Sekali lagi ku mohon, tolong buka hatimu sedikit untuknya. Oikawa tak seburuk yang kau kira, hatinya sangat rapuh saat ini. Ku rasa hanya kau yang dapat menyembuhkannya."
Iwaizumi mulai berjalan pergi meninggalkanku yang masih terdiam seribu bahasa. Lidahku serasa berubah menjadi batu.
Iwaizumi berhenti, ia membalikkan badannya kearah diriku. "Ah iya, jika kau tak keberatan. Bisakah kau datang ke pertandingan kami besok?"
Setelah mengucapkan itu, Iwaizumi benar-benar berjalan menjauh dan mulai menghilang dari pengelihatanku.
Aku hanya diam, mengulang setiap kata yang Iwaizumi ucapkan dikepalaku. Perasaan bersalah mulai menyelimuti ku, Oikawa rela meninggalkan latihan voli yang sangat berharganya itu bahkan dirinya hampir tak tertidur sama sekali karena diriku.
"Jadi...apa yang harus aku lakukan...?"
- Hari sabtu, selesai. -
Woi ada cenayang di chapter 5.
Tebak-tebakkan isi diary milik [name] yuk. Kira-kira apa yang ditertawakan Oikawa?
Kalau ada jawaban yang mendekati, chapter selanjutnya bakalan di update dengan cepat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top