➥ D-2
- Hari rabu -
Siapapun tolong.
Ini masih pagi, tapi aku harus kembali melihat tingkah laku menyebalkan dari seorang pria bernama Oikawa Tooru.
Ia duduk milikku, menggigit sebuah bunga mawar merah dan mulai menyanyikan sebuah lagu.
Hush, hush, hush
Blush, blush, blush
You are now my big fat crush
I'm single as I can be
You're single, perfect for me
I'm gonna give you a bunch of reasons
Why you should date me
Oikawa memberikan ku sebuah kertas.
Reason number one - I'm super hot
Reason number two - he's super not
Reason number three - I'm all you got
And all you got is someone hot
Girl check my resume
You want a background check, okay
First name hot, and last name bitch
Wanna get with me? Now that's the sitch
You think I'm trash?
Hell no, I'm class and I got a big fat ass
And all I gotta say is...
Please date me because I'm single
S-I-N-G-L-E, love me
And hug me, and touch me
And, well, fuck me.
Oikawa berdiri di hadapanku sambil memberikan bunga mawar merah tadi, tersenyum senang tanpa rasa bersalah sama sekali.
Langsung saja ku tendang Oikawa dari hadapanku. "Kau menyebalkan!" ku taruh tas milikku.
Pergi meninggalkan kelas yang sedang heboh meneriaki namaku dan nama Oikawa saat ini.
Oikawa bangun. "Eh? (name)-chan! (name)-chan!" teriaknya.
Sial, aku malu.
Tujuan utamaku adalah ke UKS. Persetan dengan kelas yang akan dimulai, aku malu dan sangat tak ingin melihat Oikawa saat ini.
🌿
"(Name)-chan, aku sungguh-sungguh meminta maaf." Oikawa membungkukkan badannya.
Lagi, ia kembali membuat kami berdua menjadi pusat perhatian. Oh ayolah, aku hanya ingin makan dengan tenang.
Para fansnya terus melihatku dengan tatapan mengintimidasi.
"Ya sudahlah, jangan seperti itu lagi. Itu menjengkelkan." Ku pertahankan imageku yang kalem, sejujurnya aku sangat ingin menjambak rambut Oikawa saat ini. Kalau bisa sampai ia botak.
Menampar kedua pipinya sampai rasa kesal ku hilang. Tapi jika aku melakukannya sekarang, para fansnya pasti akan menyerbu ku dengan berbagai macam pertanyaan.
Aku hendak beranjak pergi dari kantin, tapi Oikawa tak membiarkanku melakukan hal itu.
Ia kembali menundukkan badannya. "Aku benar-benar minta maaf, (name)-chan. Tolong maafkan aku dengan benar."
Argh, aku malah makin kesal jika ia seperti ini.
"Iya, aku maafkan. Tolong menyingkir aku mau pergi." Ku tatap lurus Oikawa.
Ia menyingkir, tanpa basa-basi ku tinggalkan kantin. Tak peduli dengan para fansnya yang masih menatap diriku.
Saat berjalan pergi, ku lihat Iwaizumi dan anggota klub voli lainnya menatapku. Tapi tatapan Iwaizumi yang paling mencuri perhatianku.
Ia menatapku dengan datar dan tajam, entahlah. Aku sulit memahami tatapan matanya itu.
🌿
Ini aneh. Sejak kejadian di kantin tadi Oikawa jadi lebih pendiam dari pada biasanya.
Bukan berarti aku peduli sih, tapi rasanya aneh saja.
Ia biasanya melemparkan kertas berisi kata-kata alay tentang perasaannya terhadapku. Tapi kali ini tidak.
Ya harusnya aku merasa senang karena tidak ada gangguan disaat jam pelajaran.
Beberapa menit kemudian, Oikawa melemparkan sebuah kertas kepadaku.
Oh, jadi sifat kalemnya itu hanya bertahan beberapa 30 menit saja.
Ku baca kertas yang dilempar itu.
Pulang sekolah, aku akan mengantar mu pulang. Maaf atas kelakuan ku tadi pagi.
Ku tatap datar dirinya. "Oikawa kau ini bodoh atau apa? sudah jelas-jelas aku mengatakan kalau aku memaafkan mu," batinku.
🌿
Dan jadilah aku bersama Oikawa sekarang, sebelumnya aku terus menolaknya untuk mengantarkan ku pulang. Tapi ia terus memaksa.
Aku tak ingin meladeninya lebih lama, jadi ku iyakan saja ajakannya itu.
"Haaah, aku ingin waktu berhenti saat ini. Rasa senang saat berjalan bersama (name)-chan itu lebih besar dari pada saat memenangkan pertandingan." Oikawa melebarkan senyumnya.
Entah dorongan dari mana, aku mau membalas ucapannya. "Bukankah kau ini maniak voli? seharusnya rasa senang saat memenangkan pertandingan itu lebih besar dari pada jalan bersamaku."
Oikawa melirikku, lalu terkekeh pelan. "Kalau harus memilih antara voli atau (name)-chan. Tentu saja aku memilih (name)-chan."
Aku terkejut, setiap perkataan Oikawa tadi rasanya tidak terdapat kebohongan.
Membuatku ingin bertanya sesuatu.
"Kalau misalnya kau harus memilihku dan meninggalkan bola voli itu, apa yang akan kau lakukan?"
Dengan cepat Oikawa membalas. "Tentu saja aku akan merelakan bola voli. Ah! di sana ada kedai ramen! ayo makan itu dulu!"
Oikawa menarik lenganku dan mengajakku berlari menuju kedai ramen itu.
Aku tidak menolak, sesekali seperti ini juga tidak ada salahnya.
🌿
"(Name)-chan harus coba ramen milikku!" Oikawa menyodorkan semangkuk ramen kepadaku.
"Tempat belinya sama! tak akan ada bedanya tau," ucapku kesal.
"Kalau begitu suapi aku!"
"Tidak mau!"
"Suapi!"
"Tidak!"
"Suap!"
"Tidak!"
"Tidak!"
"Suap!"
Eh?
Oikawa kembali tersenyum lebar. "Nah, ayo suapi."
Aku mendesah kasar, ku sumpit ramen yang ada di mangkuk milikku. "Ini."
Oikawa langsung saja memakan ramen tersebut. "Kwalau, disubpi (name)-chhaan rasanya jhadi lhebih ewnak."
"Kunyah dulu baru bicara." Aku memakan ramen tersebut.
"Tapi, (name)-chan tumben mau menerima ajakan ku." Oikawa juga ikut memakan ramen.
Ku putar bola mataku malas. "Itu karena kau memaksaku."
"Heeeeee, kalau begitu besok-besok akan ku paksa lagi."
Uhuk, tolong ingatkan aku untuk mencekik Oikawa setelah menghabiskan ramen ini.
🌿
Ting! Ting! Ting!
Suara notifikasi handphoneku terus berbunyi. Entah siapa yang mengirim pesan.
Unknown
(Name)-chaaaan
Ini Oikawa, masa depanmu.
Save kontak ku oke!*'ㅅ')゙♥
Oh ternyata yang mengirim pesan itu, Oikawa.
Dari mana kau
mendapat nomorku?
Saat kau pergi mencuci
tangan tadi, aku mengecek
handphone milikmu.
Tenang saja, aku hanya
melihat nomor
milikmu lalu menyimpan
nya! (≧∇≦)/
aku menghargai privasimu
(≡^∇^≡)
Ah! aku tadi buka galerimu
sekilas Σ(゚Д゚;)
Foto-fotomu sangat lucu
(●♡∀♡)
Pergilah ke neraka.
- Hari rabu, selesai. -
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top