↠ D-4

- Hari Jumat -

Bola mata [name] bergetar setelah melihat bangku dan meja tempatnya belajar telah di coret habis-habisan oleh orang yang tidak diketahui identitasnya.

Ini belum tepat semenit dirinya sampai dikelas, tapi awal kisah [name] di Sekolah untuk hari ini sudah di awali dengan sesuatu yang buruk.

Seisi kelas mengeluarkan tatapan takut, kalau dugaan mereka benar, itu artinya [name] sedang memilki masalah dengan murid-murid elite dari Sekolah ini.

"Sial. Fans kembar kah? mereka menakutkan," batin [name].

Kedua tangan [name] terpaksa bekerja ekstra untuk membersihkan coretan yang berada di kursi dan meja miliknya tadi. Kesialan kembali menimpa, spidol yang digunakan untuk mencoret-coret ternyata bersifat permanen.

Merasa ada tepukan di pundak kirinya, [name] dengan cepat menoleh. Oh ternyata yang datang menghampiri adalah salah satu teman dekatnya.

"Ku bantu," ucap Ginjima.

[Name] membuat ekspresi yang sangat tidak mengenakan, tidak nyaman jika kawannya yang satu ini harus ikut dibuat repot hanya untuk membersihkan noda-noda tidak diundang itu.

"Tidak perlu, Gin. Aku bisa sendiri kok!"

Ucapan bibir yang tidak selaras dengan perkataan hati. Ginjima pun tidak percaya dengan yang baru saja [name] katakan, lagi pula hal seperti itu sudah biasa terjadi.

"Bohong. Bentar cari lap dulu."

"Sumpah, beneran, nggak bohong. Nggak usah oke?"

"Ngeyel, nih pasti juga karena si kembar kan?"

[Name] terkejut, padahal dia tidak pernah menceritakan perihal Miya Atsumu dan Miya Osamu yang tiba-tiba mendekat ke arahnya kepada Ginjima.

"Hah? Gin tau?"

"Di ceritain ama seseorang. Bentar cari kain basah."

Belum sempat [name] kembali menghalang Ginjima agar tidak serius dengan kata-katanya untuk membantu, tapi Ginjima sudah lebih dulu keluar dari kelas untuk mencari barang yang diperlukan.

[Name] pasrah, dia ikut keluar dari kelas untuk menyiram kain bersih yang selalu ia bawa untuk jaga-jaga bila tiba-tiba perlu dengan air dari WC siswi.

Oke kalian pasti Kebingungan. Mengapa Ginjima sekelas dengan [name], lalu sebenarnya kelas berapa yang di tempati Suna dan Miya bersaudara?

Untuk [name] dan Ginjima, mereka berdua menempati kelas 2-3. Atsumu sendirian dikelas 2-2 dan Suna serta Osamu berada di kelas 2-1.

Kita kembali pada kejadian [name] keluar dari kelas tadi. Awalnya semua lancar-lancar saja ketika kaki-kaki itu berjalan pergi menuju WC siswi, sampai pada suatu kesempatan, tidak sengaja pundak [name] bertubrukan dengan tubuh seseorang.

"Ah, maaf," reflek [name] meminta maaf.

Yang ditabrak mendecih kesal. "Ah sial, kusut sudah bajuku." Padahal seragamnya sama sekali tidak kusut.

[Name] terhenti, tenggorokannya terasa tercekat. Yang ditabrak ternyata peringkat satu siswi elite untuk angkatan kelas 3. Jangan ditanya soal seragam yang mereka kenakan, harganya sangat tinggi dengan kualitasnya yang sangat khusus.

Sekali lagi [name] meminta maaf. "Maafkan aku."

"Astaga kau terlalu formal, hahahaha. Santai saja. Iyakan Yuna-chan?" Nao yang memang sedang berjalan bersama Yuna saat ini makin membuat [name] merasa canggung.

Yuna menatap sinis ke arah [name], memutar bola matanya malas lalu lanjut pergi ke tempat tujuannya. Diikuti dengan Nao yang sempat mengeluarkan senyum remeh untuk [name].

Sudah jauh posisi dua siswi rank atas ini. Nao mulai tertawa keras, menertawai tingkah [name] yang di anggap bodoh dan konyol.

"AHAHAHAHA, sial aku tidak bisa berhenti tertawa. Korban Yuna-chan kali ini sepertinya akan benar-benar sial."

"Hm. Yuna-chan mencoret-coret kursi dan meja anak itu pakai apa?"

"Spidol permanen."

"HAHAHAHA. Duhhh astaga. Itu nggak mudah di bersihkan tau. AHAHAHAHA."

Sedangkan di ujung sana, lebih tepatnya lorong yang terdapat tangga untuk menuju ruang kelas 3. Terdapat Ginjima yang diam berdiri sambil bersandar pada dinding, fokus memperhatikan hal yang baru saja terjadi tadi.










\༼・ิヮ・ิ༽༼・ิ─・ิ༽/
















"Di mana Gin?" tanya Atsumu mencari keberadaan kawannya yang satu itu.

Suna mengangkat kedua bahunya ke atas. "Nggak tau, masih di kantin mungkin?"

"Telpon dia, mau nitip minuman," ucap Osamu.

Yang dicari datang dari arah belakang. "Ada apa?"

Ketiganya tersentak kaget secara bersamaan. Apalagi Atsumu, posisi berdiri Ginjima segaris dengan tempat Atsumu sedang duduki soalnya.

Keempatnya sedang berkumpul di taman dekat perpustakaan. Rencana awal mereka sih berkumpul makan bekal di atas atap Sekolah, tapi jarak tempuhnya yang harus melewati dan menaiki tangga sebanyak dua kali sangat membuat Suna malas. Jadilah mereka sepakat memilih tempat yang sekarang.

Keadaan berjalan normal, kotak bekal dibuka secara bersamaan. Wangi bekal masakan Osamu lebih dominan di banding ketiga orang yang lainnya. Pintar masak memang beda, meskipun bekal hari ini sederhana, tapi dari segala sisi bekal Osamu sangatlah menggoda untuk dicicipi.

Atsumu nyengir, kode akan melakukan tindakan nyomot-menyomot makanan. "Ekhem."

Osamu sadar, toh gerak-gerik Atsumu itu sungguh mencurigakan. "Apa? Mau nyomot? makanya jangan bangun telat buat bikin bekal."

Atsumu mengerucutkan bibirnya. Step pertamanya gagal, tanda step kedua harus dilaksanakan. Yaitu mengambil secara paksa.

Suna yang tidak sengaja memperhatikan Ginjima yang hanya diam saja sejak awal kedatangannya menjadi curiga. Tumben sekali si rambut perak ini tidak berkomentar apa-apa.

"Heh, ngapa lu Gin?"

Atsumu dan Osamu ikut memandang Ginjima. Meski begitu, Atsumu tidak membuang kesempatan secara cuma-cuma, terlihat dari tangan kanannya yang diam-diam bergerak mendekati bekal Osamu.

"Hah? Gue kenapa?" Ginjima bingung.

"Dih malah nanya balik." Atsumu yang berbicara, masih dengan kondisi tangan yang sedang menjalankan misi mencomot isi bekal Osamu.

"Yaaaa? ah nggak tau."

Iya benar. Ginjima memang merasa kesal dengan si kembar untuk sekarang ini. Walaupun yang berbuat jahat kepada [name] itu fansnya saja bukan si kembarnya.  Tapi mau bagaimana lagi, sumbernya pun memang dari si Miya ini bukan?

Ginjima menutup kotak bekal miliknya, hendak beranjak pergi dari perkumpulan mereka. Namun tertahan oleh pertanyaan teman-temannya.

"Kemana?" Osamu yang pertama kali membuka pertanyaan.

"Duluan, ada urusan." Alasan saja, niat Ginjima hanya balik ke ruang kelas dan menghabiskan bekalnya disana.

"Dih sok sibuk." Atsumu berkata hal yang terdengar menyebalkan lagi.

Barulah Osamu tersadar, jika sedari tadi isi bekal miliknya sudah di curi beberapa oleh kakak kembarnya sendiri.

"WOI! BEKAL GUE! TSUMU ANJING."

Osamu menaruh kotak bekalnya, berdiri dan bergerak mendekat ke arah Atsumu untuk memberikan sebuah pukulan. Hal biasa, tidak perlu cemas untuk hal ini.

Suna diam saja, sedang memikirkan sesuatu. Merasa dugaannya untuk besok hari akan nyata terjadi. Sementara itu, Ginjima pergi, tidak mengucapkan apapun lagi.

"Besok drama nih kayaknya."

Suna berucap lalu dengan santai memakan kembali bekal miliknya. Membuat si surai kuning dan abu kebingungan dengan apa yang bibirnya itu ucapkan.

"AAAAAA!"

Teriakan seseorang mengejutkan mereka bertiga. Secepat cahaya, atensi mereka menelusuri sekitar untuk mencari letak keberadaan sumber suara tadi.

"Kenapa tuh?" Atsumu menurunkan kedua alisnya. "Eh itu kan Gin? kok dia panik?"

Bekal ditinggalkan di atas meja batu yang dilapisi keramik cantik. Ketiganya bergerak menyusul teman mereka yang beberapa waktu lalu pergi dari tempat berkumpul.

Lagi teriakan seorang siswi terdengar nyaring. "GURU! PANGGIL GURU!"

Keadaan ricuh, di depan tangga menuju ruang kelas 2, sudah dipenuhi kerumunan para murid perempuan angkatan kelas 1 dan beberapa angkatan kelas 2 dan 3 yang kebetulan sedang berada di lantai dasar sekolah ini.

Begini, Sekolah Inarizaki ini terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama untuk kelas 1, lantai 2 untuk kelas 2 dan lantai 3 untuk kelas 3. Setiap tempat terdapat 2 tangga untuk menuju ke lantai atas, sengaja dibikin dua untuk jaga-jaga bila terjadi sesuatu atau tangga satunya penuh.

Suna, Atsumu dan Osamu tiba di tempat keributan. Karena keadaan yang sedang ramai-ramainya, kawanan fans ketiga cowo ini pun tidan menyadari kedatangan mereka.

Suna lebih duluan menemukan keberadaan Ginjima. Terlihat si rubah perak ini sedang mengendong seorang siswi yang sedang dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi tubuh (name) berada dikedua lengan Ginjima.

"Heh, itu [name]!" kompak si kakak beradik kembar.

Para siswi itu membukakan jalan lewat untuk Ginjima, untung saja mereka yang berkumpul ini gampang memahami keadaan penuh kepanikan seperti saat ini.

"WOI GIN, TUNGGU!" lagi. Si kembar ini kompak.

Mendengar suara teriakan Atsumu dan Osamu, pikiran khawatir dengan korban bully jatuh terdorong saat hendak turun dari tangga pun teralihkan.

Keadaannya malah berbalik menjadi ricuh karena kedatangan kembar terkenal di tengah-tengah kerumunan siswi-siswi ini.

"KYAAA, ATSUMU! ATSUMU BERADA DI SAMPINGKU!"

"OSAMU, INI BENAR OSAMU?"

"MIYA, TOLONG BERFOTO DENGANKU!"

Si kembar mendecih kesal, kejadian ini lagi yang mereka dapatkan.

"Babi. Suna mana anjing?" Atsumu emosi.












\༼・ิヮ・ิ༽༼・ิ─・ิ༽/









"Ya benar begitu deh. Kejadian kaya gini emang sering terjadi juga." Suna menatap [name] yang sedang terbaring diatas kasur UKS.

Ginjima menghela napas kasar. "Bukan main loh, yang nge-bully itu pelindungnya Nao."

Suna membulatkan matanya. "Bangsat? serius Yuna yang turun tangan nge-bully?"

"Ngapain juga gue bohong?" Ginjima menarik selimut hingga ke bagian leher [name] agar lebih aman di pandangan.

"Gin, ingat kejadian tahun tahun lalu? Yuna itu hampir bikin anak orang bunuh diri. Hahaha gila." Suna tertawa mengejek, heran mengapa perempuan-perempuan itu begitu ganas.

Tidak habis pikir oleh Suna, bagaimana awal cerita para anggota ekstrakurikuler voli bisa tenar dengan cepat dikalangan para siswi. Sampai-sampai ada sebuah fansclub untuk beberapa anggota dan petisi agar mereka tidak berpacaran dengan siapapun.

Terutama mereka anggota yang sekarang ini sudah menginjakkan kaki di kelas 2. Saking populernya keberadaan mereka di sekolah ini, persentase bullying sesama perempuan pun ikut meningkat.

Padahal, kelompok ekstrakurikuler basket dan bulu tangkis tim pria juga tidak kalah ganteng dengan mereka, malah ada yang lebih ganteng dari pada dirinya, Suna mengakui itu.

"Ingat, waktu itu kan cewe yang lu deketin juga yang kena imbas. Sekarang gimana kabarnya?" Kepo Ginjima.

Suna tertawa datar. "Kabar apaan? setelah kejadian dia hampir bunuh diri, udah gue jauhi tau. Mana nggak sempat jadian."

"Yaudah sana deketin cewe lagi. Kalau bisa jangan sampai ketahuan, kena bully juga yang ada."

Ginjima kini duduk di samping Suna, menunggu [name] sadar dari kondisi pingsannya meskipun harus melewati pelajaran yang akan berlangsung setelah jam istirahat ini.

"Jangan pura-pura lupa deh, kan beberapa hari yang lalu gue udah taruh surat dan bunga mawar lagi di kolong meja gebetan gue. Sekarang lagi diincar si Nao sih. Ntar pulang sekolah mau gue samperin deh." Suna sekarang mulai memainkan handphone miliknya.

Ginjima menjawab. "Oh iya-iya, nggak penting sih makanya gue lupa."

"Hahaha, suka-suka lu deh."

"Gin."

"Apa?"

"Besok kayanya bakal lebih parah deh."

"Iya tau."




- Hari jumat, selesai. -

Poin saat ini : hangus karena kejadian hari ini.




Sekedar info kawan, kalau kalian nyari di internet soal kasus bully di Jepang, Korea, China, lain-lain. Itu kasusnya lebih parah lagi, bahkan sampai pada bunuh diri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top