↠ D-2
- Hari Rabu. -
Jika bintang jatuh dapat muncul pada pagi menuju siang hari, maka Suna sangat ingin sekali membuat permohonan untuk tidak bertemu dengan si kembar jika harus dihadapkan dengan sebuah masalah.
Cuman karena perkara Osamu tidak ingin memberitahu gadis mana yang sedang ia dekati dalam tren PDKT 7D, Atsumu menjadi ngambek dan moodnya menurun drastis.
Rasa curiga timbul tanpa di undang, Atsumu mencurigai adiknya itu mendekati gadis yang sama dengannya. Secara mereka kembar, harusnya selera mereka tidak beda jauh kan?
"Ayolah. Lu deketin cewe mana? mau kakak kelas atau adik kelas gue nggak bakal umbar kok. Mau salah satu dari geng *Nao juga gue nggak ngapa kok."
Atsumu memaksa, Osamu dibuat terusik. Ujung-ujungnya Suna lagi yang akan ditarik Osamu untuk dijadikan sebuah tameng agar pertanyaan beruntun dari Atsumu terhempas.
"Berisik, nggak penting juga." Osamu berdiri tepat di belakang tubuh Suna.
"Gue lagi, gue lagi. Iya-iya, gue ganteng tapi jangan dijadiin sebagai penengah dong." Suna masih dengan wajah melas miliknya.
Atsumu menyilang kan kedua tangannya didepan dada. "Suna minggir, gue mau bicara ama Osamu."
Suna mengangkat kedua tangannya, berpura-pura kaget. "Oh my god, bro. Apa lu not see kalau now gue dijadiin tameng ama your brother?"
Obrolannya semakin tidak penting, tapi terus saja berlanjut sampai ketiga orang ini dijadikan sebagai bahan tontonan para murid.
Kakak kelas sekaligus ketua tim klub yang mereka ikuti secara tidak sengaja muncul, kebetulan juga Shinsuke sedang ingin mampir sebentar ke kantin sekolah untuk membeli sekotak susu strawberry. Tapi karena adik-adik kelasnya ini sangat menarik perhatian, jadilah Shinsuke datang menyapa.
"Sedang apa?" tanya Shinsuke lembut, namun memiliki kesan lain untuk ketiga orang tadi.
Lembut tapi berhasil membuat tubuh Atsumu, Osamu dan Suna merinding. Kebiasaan mereka memang seperti ini jika sang kapten menampakkan diri secara tiba-tiba.
"Ti-tidak ngapa-ngapain?" ucap mereka bertiga kompak.
"Lalu? kenapa berdiri di tengah lapangan seperti ini? sedang dihukum?"
Menjawab atau menjawab, hanya itu sajalah pilihannya. Sesuatu ditelan secara kasar, takut saja jika bibir salah berucap.
"Ha-hari ini cerah ya, ja-jadinya mau lihat secara jelas. Ahaha."
Jawaban aneh, lebih tepatnya aneh dan sangat tidak nyambung datang dari Atsumu. Shinsuke pun dibuat kebingungan, terlihat salah satu alisnya terangkat naik.
"Sekarang sedang panas, jika tidak ada hal penting. Carilah tempat sejuk untuk mengobrol." Setelahnya, Shinsuke pamit pergi lebih duluan.
Sambil menatap jauh kepergian sang kapten tercinta, atensi Osamu secara tidak sengaja menangkap sosok [name] sedang berjalan sambil membawa beberapa buku di pangkuan tangannya.
Kesempatan mencetak poin tidak boleh sampai terlewatkan, Osamu diam-diam menghilangkan keberadaannya tanpa ketahui Atsumu dan Suna.
Baru saja Atsumu berbalik pandang dan ingin kembali menginterogasi Osamu. Sosok yang diincar ternyata sudah tidak lagi berada di tempatnya.
"Heh astaga, Samu kemana?"
"Hah? kan dibelakang gu...e? loh?"
"Loh?"
"Loh?"
Atsumu dan Suna saling bertukar pandang.
"Asli nggak gue makan adik lu."
"Dih, matahari sama dengan sun nggak nyambung lu, Sun."
"Sini gue kasih mirror, lu lebih not nyambung."
Untuk bagian ini ada baiknya kita lewati saja, soalnya isi percakapan mereka hanyalah sebuah ucapan-ucapan tidak penting dan membingungkan. Karena mereka berdua, Atsumu dan Suna terus menggabungkan kata dasar dari dua bahasa.
Tapi tidak jadi, karena dengan kekuatan mata sipit kebanggaan Suna, Suna dapat melihat Osamu yang sudah sampai pada target utama cerita ini. Tentu saja target yang dimaksud adalah [name].
"Eh, balik kelas ajalah. Ke buang waktu emas gue debat ngaco kaya gini."
Atsumu menganggukkan kepala, tanda setuju dengan ucapan Suna.
"Osamu bisa sulap ngilang, gue bisa apa ya?" Muncul pikiran random dari Atsumu.
"Bisa dipukul."
Bletak. Satu pukulan yang sangat disengaja dari Suna. Atsumu reflek berucap kasar, kemudian muncul lah adegan saling kejar-mengejar layaknya Romianti dan Julianto.
Kita tinggalkan saja narasi tentang Atsumu dan Suna. Sekarang kita fokus pada Osamu yang sudah berdiri tepat di samping [name].
"Sini ku bantu."
Osamu menjulurkan kedua lengannya, bermaksud meminta buku-buku yang dibawa oleh [name] agar dibawah olehnya saja.
"Tidak, tidak apa. Akan ku bawa sendiri."
[Name] sempat tersentak kaget saat mengetahui Osamu berada tepat di samping tubuhnya, kejadian bersama Osamu kemarin sama sekali belum dapat dilupakan. Terlalu mengingat kejadian kemarin, [name] sekarang menjadi salah tingkah sendiri.
Osamu sadar ada semburat merah tipis mewarnai kedua pipi [name]. "Kenapa kau harus menjadi begitu imut sekarang ini?"
[Name] mempercepat langkahnya. "Ahaha, Osamu-kun sepertinya pintar bercanda juga ya...."
Osamu mengerjap dengan cepat. Memastikan indra pendengarannya sama sekali tidak salah menangkap informasi.
"Panggil aku lagi. Panggil aku Samu." Kedua mata Osamu berbinar, jika kamu wibu. Kamu bisa melihat dengan jelas ada ekor rubah yang bergoyang dan ada kedua telinga rubah yang mengarah ke atas saat ini, pertanda senang akan sesuatu.
"Eh apa?" (Name) kaget serta kebingungan.
"Samu, panggil aku Samu. Pakai tambahan kun atau yang imut seperti chan juga boleh."
"...Jika ku panggil seperti itu apa kau akan berhenti mengikuti ku?"
"Aku tidak berjanji."
"Samu-chan."
Memang benar Osamu sendiri yang meminta [name] untuk memanggilnya seperti itu. Tapi sayang sekali Osamu belum sempat mempersiapkan jantung dan hatinya sebelumnya, jadilah Osamu terkena serangan uwu mendadak.
Semakin gencar lah Osamu mengejar beberapa langkahnya yang tertinggal. "Lagi?"
Ugh. [Name] benar-benar malu, dibandingkan saudara kembarnya Osamu, yaitu Atsumu. Osamu sendiri lebih bisa membuka hatinya yang tertutup rapat.
"Aku sedang buru-buru, duluan ya Osamu-kun."
Akh. Baik panggilan formal ataupun panggilan khusus, keduanya sama-sama membuat Osamu senang jika [name] yang mengucapkannya.
Osamu tidak memaksakan keinginannya, takut sendiri jika [name] merasa terganggu. "Uhm, oke. Kalau begitu hati-hati."
[Name] mengangguk, dengan cepat pergi dari hadapan Osamu dengan kondisi jantung terus berdetak-detak dengan cepat.
"Auh, memalukan."
Setelah [name] menghilang dari pandangan, berganti lah Osamu yang menjadi salah tingkah. Tubuhnya bergerak sendiri, melakukan lompat-lompatan kecil dengan telapak tangan menutupi wajah.
"AAAAAAAAAA!" teriak Osamu dalam hati.
Sampai Osamu melupakan hal penting. "Oh sial, harusnya tadi nanyain nomor teleponnya." Batinnya.
Niat hati kembali menuju kelas, mata Osamu malah melotot karena Suna yang tiba-tiba menampakkan diri.
"Cieeee sama gebetan aku-kamu, sama temen babi-anjing, gue-lu. Cieeee."
"Sipit berisik, Tsumu mana?" Osamu mengalihkan topik dengan cepat.
Suna mengejek. "Tumben nyari, kirain nggak peduli?"
"Bukannya tadi berdua?"
"Oh. Kena hukum noh anaknya, pas lari nggak sengaja nyenggol guru yang lagi bawah teh. Pak Sawamura sih kalau nggak salah."
Osamu speechless, padahal hanya beberapa menit ditinggal. Kakaknya sudah kembali berulah.
Poin untuk Osamu. ((Name) senang dibantu mengangkat buku)
\༼・ิヮ・ิ༽༼・ิ─・ิ༽/
"Sial, apes dah." Atsumu mengoceh di sepanjang perjalanannya menuju ruang kelas.
Tapi karena seragamnya sedikit basah efek teh tadi, Atsumu memilih untuk kabur ke ruang UKS dan tidur sambil menunggu bagian yang basah itu menjadi agak kering.
Nampaknya dewi Fortuna sedang berbaik hati kepada Atsumu. Tidak sengaja sang gebetan keluar dari ruang UKS.
Tarikan napas dilakukan, di hembuskan perlahan kemudian bersiap mengambil nada suara. "Ekhem, lihat kebunku penuh dengan bunga. Lihat dirimu ku jadi berbunga-bunga."
[Name] menoleh. Mendesah kasar beberapa detik kemudian, kemarin lusa Atsumu lalu Osamu, kemarin Atsumu lalu Osamu, hari ini Osamu kemudian Atsumu lagi. Cobaan hidup macam apakah ini, tiba-tiba saja dirinya terseret untuk terus bertemu dengan si kembar yang famous.
Bohong jika [name] bilang tidak senang, tentu saja diri itu senang. Tapi jika caranya sangat aneh dan dadakan seperti ini tentu saja menimbulkan pikiran negatif tersendiri. Selain itu, para fans kembar ini memang sensitif, ada yang ketahuan dekat atau berkencan, pasti muncul berita heboh di mana-mana.
[Name] memang suka dengan kembar ini kok, bedanya dia lebih memilih untuk menyembunyikan. Jika ditanya lebih suka yang mana, ya dia menyukai keduanya dengan tingkat suka yang sama. (Kecuali salah satu diantara kembar menjadi pacarnya, maka pacarnya lah yang akan menempati tingkat tertinggi).
"Ke UKS sekarang memang cocok untukmu, Atsumu-kun." Ucap (name), UKS cocok dengan Atsumu karena Atsumu butuh pertolongan pertama untuk otaknya.
"Hooh bagus, sekarang bisa kau panggil aku pangeran?" Pinta Atsumu dengan mukanya yang ngeselin.
Ternyata benar jika kembar itu tidak akan beda jauh. Ada saja kemiripan yang terjadi meski dalam permintaan yang sedikit berbeda. Tetap saja konteksnya masih sama, yaitu seputar panggilan nama.
[Name] ingin menerobos pergi, namun gagal terhalang Atsumu.
"Bercanda manis, mau jawab pertanyaan dariku sebentar? janji deh setelah ini kau boleh kembali ke kelas."
"Ya...oke?"
"Jika satu-satu aku sayang Ibu, dan dua-dua aku sayang Ayah. Maka tiga-tiga berapakah nomor telepon mu?"
Lihat, dalam keadaan apapun otak Atsumu selalu saja memberikan rangkaian kata aneh untuk bibirnya ucapkan.
[Name] mendengus, sudah terlalu lama tertinggal kelas yang sedang berlangsung.
"Aku tidak hapal, cari saja akun twitter milikku. @/yourname."
Reflek Atsumu membaca. "Tsumu."
Tidak salah sih, tapi emang nggak benar juga. Maksudnya adalah, Atsumu niatnya ingin menggombal, bahwa username (name) yang benar adalah Tsumu, bukanlah yourname.
"Tidak akan ku ulang lagi, cari akun twitter ku, @/yourname."
Baru ingin kembali menghadang kepergian [name], tapi Atsumu lengah karena sibuk menghapal nama akun twitter calon pacar.
"Asik, cikiwir. Walau sempat apes tapi sekarang dapat keberuntungan."
Atsumu terdiam. "Tadi nama akun twitternya apa ya?"
Poin untuk Atsumu. (Mendapatkan username akun twitter (name))
- Hari Rabu, selesai. -
Poin saat ini :
Atsumu 2
Osamu 2
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top