#38. Cemburu
Farel terlihat kesal setelah membaca chat terakhir dari Keyla. Semestinya ia masih di sini sampai acara selesai dan mengambil foto bersama keluarga.
Jika saja bukan wisuda adiknya pasti sudah ia tinggal sejak tadi. Sepanjang Keyla tidak ada di sampingnya, Farel tampak enggan senyum. Hanya saat berfoto besama ia terpaksa senyum, kemudian wajahnya kembali muram.
Ini memang bukan acara resminya. Tapi tetap saja itu membuat Farel kepikiran kalau Keyla tiba-tiba pergi.
Selesai acara ia langsung ke rumah Keyla. Benar-benar ingin tahu urusan mendadak apa yang maksud Keyla.
Telepon tidak diangkat sama sekali. Membuat rasa frustrasi bertingkat.
Namun saat ia sampai rumah Keyla, yang ia dapati Keyla kini sedang menonton Netflix.
"Ternyata ini urusan mendadaknya?" Farel menghampiri Keyla yang sedang duduk di sofa ruang tamu.
Keyla menutup laptopnya. Menatap Farel sejenak, lalu mengabaikannya.
"Kamu kenapa tiba-tiba jadi kayak gini sih?"
Farel merasa Keyla bersikap dingin. Padahal semula keadaan baik-baik saja.
"Aku punya salah?" Farel bertanya dengan lembut.
"Kalau ada sesuatu yang kamu pengen bilang! Nanti aku cariin."
Keyla terdiam. Matanya berkaca-kaca saat Farel menggenggam tangannya.
"Key, bilang kamu mau apa?" Farel semakin khawatir.
Tadi sebelum datang ke acara suasana hati Keyla baik-baik saja.
"Kamu beneran sayang sama aku?" tanya Keyla
"Ya sayanglah."
"Tapi, kenapa aku nggak merasa gitu."
"Setelah pengorbanan aku selama ini kamu masih ragu?"
"Iya aku ragu. Apalagi sejak Nessa datang."
"Nessa udah bilang apa aja?"
"Nggak tahu. Lupa."
"Jadi kamu percaya sama Nessa atau sama aku?"
"Aku ngga tahu mau percaya siapa."
"Key... "
"Aku mau sendiri dulu."
"Gimana caranya biar aku bisa ngerti mau kamu."
"Mending kamu pulang aja. Aku lagi males ketemu sama kamu."
"Kok gitu?"
"Aku lagi nggak mood."
"Jelasin sekarang. Aku nggak mau kepikiran semalaman"
"Terserah. Pikir aja sendiri." Keyla berdiri dari duduk dan hendak masuk kamar.
Farel menarik Keyla dan mendekap tubuhnya dengan erat. Cara ampuh Farel meluluhkan hati gadisnya.
"Sebelum terjadi salah paham yang enggak-enggak, mending kita selesain sekarang."
Keyla enggan membalas pelukan Farel. Tampaknya ia masih marah.
"Apa aku perlu nginep di sini?"
"Mama bentar lagi pulang." kata Keyla dengan ketus.
"Ya udah jangan marah-marah terus. Emang kesel kenapa sih? Kamu mau hadiah?"
Keyla menggeleng.
"Terus mau apa?"
"Kadar cinta kamu dulu Ke Nessa berapa persen sih?"
"Kamu kayak gini karena sikap Nessa tadi?"
Dengan ragu ia mengangguk.
"Kamu tadi lihat semua, kan? Emang aku terlihat nyaman?"
"Hati orang siapa yang tahu."
"Kok masih nggak percaya."
"Penasaran aja. Dulu sangking cintanya kamu sama dia, kamu sampai bayarin dia ke luar negeri berkali-kali, Beliin barang mahal."
"Semua orang punya masalalu. Aku juga nggak tahu kenapa aku dulu bodoh banget. Padahal Aura sering ngingetin."
"Sama aku nggak sampai segitunya. Aku pernah minta beliin bakso lava raksasa, kamu marah-marah."
"Jangan sinting. Aku bukan sayang uangnya, tapi kamunya..."
"Sakit kan obatnya. Alasan aja!" ucap Keyla ketus.
"Kamu marah karena apa sebenarnya? Karena Nessa apa karena aku? Apa karena pingin liburan ke luar negeri juga? Mau dibeliin bakso lava raksasa?"
"Enggak!"
"Terus apa?"
"Nggak tau ah... Emang kayaknya kamu lebih seneng sama Nessa." Keyla masih tidak mau kalah. Farel frustasi menghadapi betina satu ini. Makhluk bumi yang paling susah dimengerti.
"Aku berkali-kali ngajak nikah emang kamu pikir perasaanku cuma main-main?"
Kini Keyla yang mematung menatap Farel.
"Kalau kamu jadi istri aku, kamu minta keliling dunia aku turutin."
Keyla sama sekali tidak menginginkan hal semacam itu. Dia hanya cemburu saat melihat Nessa sampai bersandar pada lengan Farel. Intinya dia hanya ingin marah.
"Rel, ini bukan soal materi. Aku cuma takut kamu kembali sama dia."
"Pegang janjiku. Apapun yang kamu lihat nanti jangan keburu percaya. Ada baiknya kalau semua dibicarakan baik-baik."
Keyla tidak tahu harus apa. Untuk saat ini ia belum percaya sepenuhnya.
Apa yang ia rasakan tampak sepele. Namun, adakalanya ia mengatakan bahwa rasa kecewa itu memang ada. Jujur, saat ini baginya Farel sangat berarti.
"Bisa nggak kasih waktu aku buat ngga lihat kamu dulu."
Farel menghela nafas dengan berat karena kecewa. Itu ide yang konyol.
"Seminggu. Janji!" Keyla mengangkat simbol dua jari.
"Buat apa sih? Ada-ada aja."
"Udahlah Rel. Iyain aja."
"Kamu aneh banget."
"Sosial eksperimen."
"Ok! Terserah Tuan puteri."
"Ngga boleh nelpon, nggak boleh video call!"
Farel melotot. Tapi Keyla tidak menerima penolakan.
Mungkin saja Dengan begini kadar Cinta mereka meningkat.
*******
Nyatanya itu adalah rencana tergila yang pernah ada.
Satu hari masih waras. Walau tangan Keyla gatel buat menelpon Farel, tapi dia mencari alibi untuk menghindari hal itu.
Hari ke 3, Keyla mulai marah dengan situasi. Ia lebih sering menangis saat memikirkan Farel. Salah sendiri membuat acara semacam ini.
Ok! Hanya satu minggu. Dia bisa.
Perasaan Keyla untuk Farel memang nyata. Ada rasa rindu yang begitu nyata ketika mereka saling tidak memberi kabar.
Tapi, apa ia bisa yakin kalau Farel dan dia berjodoh?
Bagaimana kalau Nessa berhasil mengambil Farel darinya?
----
Saat pikiran Keyla sibuk berkecamuk dengan hal yang belum tentu terjadi, nyatanya di sini Farel sedang bersama Nessa.
Nessa memang sengaja datang ke restoran Farel dengan berpura-pura ingin makan. Seingat Farel Nessa itu alergi seafood. Sedangkan itu menu makanan di restoran Farel.
"Rel, aku mau ngomong." Nessa menarik tangan Farel.
"Ngomong di sini aja." Dengan halus ia menyisihkan tangan Nessa.
"Nggak bisa. Banyak yang mau aku bahas."
"Ness, kita itu udah putus. Jangan bikin orang salah paham nanti."
"Takut Keyla marah?"
"Aku ngga mau nyakitin dia."
"Kamu masih Cinta sama aku?"
Pertanyaan konyol. Farel menatap mata Nessa dengan seksama. Dari caranya semua tidak lagi sama. Tidak ada pandangan penuh Cinta seperti saat dulu.
"Enggak."
"Bohong. Mana bisa sih kamu lupain aku."
Kepercayaan diri Nessa terlalu tinggi. Farel semakin muak.
"Terserah kamu ngomong apa. Yang jelas aku sama sekali nggak mengharapkan lagi kamu datang ke hidupku."
"Tapi aku mau."
Farel menatap Nessa remeh.
"Aku mau balikan kayak dulu."
"Jangan sinting! Kamu duluan yang ngajak putus dan ninggalin aku. Sekarang semua udah nggak sama, Ness."
"Aku nggak peduli. Aku nggak akan berhenti hanya karena kamu tolak."
"Aku sudah bahagia punya Keyla. Jangan tiba-tiba datang dan ngancurin kebahagian orang."
"Kebahagiaan kamu cuma sama aku, Rel. Dia yang harusnya pergi dari hidup kamu."
Semakin lama Nessa tampak tak memiliki harga diri.
"Sampai kapanpun aku nggak akan lepasin Keyla."
"Tapi Kalau Keyla yang mau ngelepasin kamu, gimana?"
"Keyla nggak mungkin kayak gitu."
"Dia sendiri yang bilang."
Tiba-tiba Farel takut setengah mati. Mengecek ponsel dengan panik.
Sial. Telepon tidak tersambung. seketika ia takut kalau Keyla memang merencanakan untuk menyerah.
Saat pikiran Farel sedang sibuk dengan pikiran tentang Keyla, Nessa dengan kurang ajar mendekatkan wajahnya di depan Farel dan berusaha mencuri ciumannya.
Tidak tepat sasaran, namun hal seremeh itu akan menimbulkan masalah besar
Farel Reflek mendorong gadis itu. Nessa sungguh seperti perempuan rendahan.
Namun, yang tanpa Farel tahu, kejadian itu masuk dalam sebuah jepretan dan sudah menyebar ke media sosial. Sudut pandang kamera itu mengarah pada hal yang akan menciptakan kesalahpahaman.
Yang mungkin akan membuat hati Keyla terluka.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top