#34. Bertemu Lagi

Cahaya matahari berpendar melalui kaca jendela. Silaunya menerobos sampai wajah seorang gadis yang kini masih terlelap. Harusnya ia terbangun sejak tadi. Ibunya pun berkali-kali mengguncang bahunya agar Tuan Putri cepat bangun. Namun sang empu kamar hanya merespon dengan igauan.

Sementara, kini Farel tersenyum seraya memandangi Keyla yang berkali-kali mengusap pulau di pipi. Saat Farel menggelitik hidungnya dengan bulu kemoceng, Keyla tidak juga bangun. Apa ia harus menciumnya seperti dalam dongeng Putri salju?

Farel meletakkan tangan di dagu. Sepertinya melihat Keyla seperti ini cukup menyenangkan. Walaupun sering tercipta pulau di pipi, Namun Keyla masih terlihat cantik di mata Farel.

Beberapa menit Farel melihat Keyla, Pada akhirnya sang gadis terbangun. Keyla menutup mulutnya yang kini masih menguap lebar.

"Selamat Pagi Tuan Putri."

"Astagfirullah... "

Keyla berjingkat. Ia sampai mundur kebelakang. Namun Farel malah tertawa terbahak-bahak.

"Kok tiba-tiba di sini?"

"Orang udah tiga jam di sini." Farel berbohong.

"Mama mana? Dia tahu kamu dateng?"

"Tahu. Malah dia yang nyuruh aku buat bangunin kamu."

"Masak sih? Kok aku nggak tahu."

"Gimana mau tau, kalo lagi asyik di dunia mimpi. Lihat! Air liur dapat seember penuh." Farel mengedikkan dagunya ke arah Keyla.

"Apaan sih." Gadis itu memukul Farel dengan bantal. Keyla kesal, tapi ia juga malu.

"Mandi sana!"

"Ini kan Minggu, Males. Entar aja sorean mandinya."

"Dapat sekte dari mana sih kalo pas libur mandinya sehari sekali!"

"Bosen mandi air terus. Sekali-kali mandi uang lah."

"Jidat kamu anget, ya?"

"Kamu ngapain ke sini?"

"Kangen sama pacar."

Keyla tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Keluar, yuk."

"Kamu ngajakin keluar, aku kan jadi harus mandi segala."

"Mandi aja nggak mau. Dasar jelek!" Farel mencubit hidung Keyla.

"Males, Rel."

"Mau ikut ke Moja Museum?

Keyla langsung melotot. Dia langsung antusias girang. terakhir kali ke sana dua tahun Lalu sama Hendery. Setelah itu mereka tidak pernah ke sana karena pandemi.

"Kalo gitu aku mandi, ya?" Keyla turun dari ranjang lalu menyambar handuk dengan semangat.

Sesuai dugaan, Keyla langsung mau berangkat mandi.

"Dasar. Ya udah aku tungguin di ruang tamu, ya."

****

Beberapa saat menunggu, Keyla keluar dengan keadaan yang sudah rapi. Rambutnya di cepol asal, namun Keyla tetap terlihat cantik.

"Jangan lupa maskernya!" ucap Farel mengingatkan.

"Iya." Keyla memakai maskernya sambil membetulkan rambutnya.

Hoodie putih tulang dan celana jeans membalut tubuh Keyla. Selama Farel jalan sama Keyla dia tidak pernah menuntut Keyla masalah pakaian. Sekali saja dia tidak pernah mengatur Keyla harus menjadi apa yang Farel mau.

Namun penampilan Keyla saat ini membuat Farel terkejut. Ia merasa dejavu oleh kejadian yang sudah ia lewati.

"Bentar deh."

"Kenapa, Rel?"

Farel menatap Keyla dengan seksama. "Kayak nggak asing sama kamu."

Keyla sama sekali tidak mengerti dengan maksud Farel. Selama ini memang dia melihat Keyla sebagai apa?

"Bentar, tunggu sini dulu, ya!" kata Farel yang langsung keluar dan masuk ke mobi untuk mengambil sesuatu. Beberapa saat ia kembali dan memberikan sesuatu untuk Keyla.

"Ini liontin punya kamu, kan?"

Mata Keyla berbinar. Liontin itu adalah milik kalungnya yang ia Cari-cari selama ini. "Kok bisa ada sama kamu?"

"Waktu itu ada cewek yang jatuh di depan indomaret. Ternyata itu kamu, ya?"

Keyla masih bingung. Lalu menggelengkan kepala.

"Ingat-ingat lagi dong."

Lalu Keyla menatap Farel dengan serius.

"Rel, aku nggak ingat apapun. Tapi sebelum kita ketemu di Cafe hari itu, apa kita udah pernah ketemu?"

"Iya."

"Aku benar-benar lupa hari apa aku kehilangan liontin."

"Udah gak papa. Jadi pergi nggak?" Farel tidak mau membahas masalah sepele.

"Jadi dong. Oh iya apapun yang terjadi hari itu, makasih ya udah nyimpen liontin ini."

Farel mengangguk seraya tersenyum. Mungkin pertemuan pertama dengan Keyla pada hari itu hanya berkesan untuknya saja.

*****

Farel masuk sambil menggandeng jemari Keyla setelah melakukan scan barcode. Tempat ini lumayan ramai pengunjung. Kebanyakan anak-anak remaja yang sedang mengambil spot foto.

"Main Rolling skating, yuk!"ajak Farel semangat.

"Nggak bisa. Aku pernah jatuh waktu ke sini sama Hendery."

"Kalo sama aku nggak bakal jatuh. Kan aku pegangin."

"Beneran, ya?"

"Iya."

"Awas aja kalo bohong."

Setelah sampai mereka mengambil sepatu roda yang akan mereka pakai. Keyla masih kesulitan saat pertama kali mencoba berjalan. Ia selalu saja terjatuh karena belum terbiasa.

Namun Keyla selalu merasa baik-baik saja karena Farel menggandeng tangannya.

"Norak banget sih main rollsket aja nggak bisa." ucap Farel dengan maksud bercanda.

"Biarin. Nggak bisa juga nggak rugi."

"Key, habis ini kita cari spot foto yang bagus, yuk."

"Bentaran napa. Orang lagi asik juga."

"Tangannya aku coba lepas, ya?" kata Farel sembari mengendurkan tangannya. Namun, baru begitu saja Keyla hampir jatuh.

"Rel, jangan di lepasin!"

Tentu saja Farel tidak akan melepaskan Keyla. Malah ia semakin erat memegang tangan Keyla.

Puas dengan main rollsket, Mereka mengunjungi tempat lain untuk berfoto-foto. Senyum bahagia terlihat jelas di wajah keduanya yang tampak bercanda ria.

Ada juga saat mereka saling beradu cekcok hanya karena Keyla yang ngeyel minta dibelikan bakso setan level 100.

Heran sekali sama dua manusia itu. Berantemnya masih sama waktu jaman PDKT.

Masalahnya Keyla beberapa minggu lalu perutnya sakit setelah makan samyang yang ditaburi bon cabe level 30.

"Bisa nggak sih nggak makan pedes mulu."

"Sekali aja, Rel."

"Nggak. Nanti kamu sakit lagi."

"Ayo lah, Rel. Ngidam nih."

"Kamu boleh ngelakuin apa yang kamu mau. Tapi kalo soal ini jangan harap, ya!"

"Ah, Farel gak asik."

"Terserah. Yang penting aku sayang kamu. Kalo kamu sakit aku yang merasa gagal jagain kamu."

Mendengar semua itu, hati Keyla seakan berbunga-bunga.

****

"Udah sore, Cari snack yuk!"

Keyla mengangguk sambil sibuk menatap layar ponselnya. "Ngikut mas pacar aja."

Setelah puas berputar-putar di Moja Museum, mereka mencari supermarket yang masih ada di area Kebayoran lama.

"Kamu pengen apa?"

Keyla tidak menyahut. Matanya berpusat pada benda persegi di depannya. Posisi Keyla yang tadi bersebelahan dengan Farel kini malah tertinggal jauh di belakang.

Farel berbalik hanya untuk memastikan Keyla.

Sekilas mata Farel menangkap sedikit isi chat Keyla dengan Hendery. Rasa cemburu menjalar di hatinya. Kenyataannya Hendery lebih tau banyak tentang Keyla.

"Key, bisa nggak sih nggak main HP pas lagi jalan sama aku."

"Bales chat, Rel."

"Matiin datanya. Nanti aja dibales. Sekarang waktu kamu cuma buat aku."

"Iya iya dikit lagi."

"Key... Siniin HPnya!" Ucap Farel tak sabaran.

"Dikit lagi,Rel."

"Emang hp sama aku gantengan mana sih? Heran deh. Itu mulu yang diperhatiin."

Keyla kini menatap Farel sambil tertawa. "Cemburu, ya?"

"Iyalah."

"Iya deh. Sekarang aku lihatin kamu terus."

Kornea mata yang saling bertemu itu memicu akibat saltingnya Farel.

"Kode minta cium?"

Keyla langsung menutup bibirnya panik. Masalahnya banyak orang saat ini. Dan entah sudah berapa kalipun, berciuman dengan Farel adalah aktifitas yang sangat mendebarkan.

Dia berjalan lebih dulu dengan rona wajahnya.

Lalu tiba pada saatnya tubuh Keyla berpapasan dengan seseorang. Perempuan yang selama ini sering ia lihat lewat sosial media.

Keyla terkejut dengan keberadaannya yang tiba-tiba. Perempuan itu menatap Keyla sekilas. Kemudian berteriak memanggil Farel.

Pada akhirnya ia datang. Kali ini tepat dan nyata. Tiba-tiba menghampiri Farel dan asal memberikan salam sambil berpelukan.

Hati Keyla terasa sakit. Farel sama sekali tidak melakukan penolakan. Apa ini tanda kalo sebenarnya Farel bahagia Nessa kembali? Apa saatnya dia mundur saja?

Nessa bicara dengan antusias. Dia bilang kangen sama kebersamaan mereka saat itu. Tentu saja dia amat percaya diri mengatakan semua itu. Siapa cowok yang tidak senang bertemu perempuan secantik Nessa.

Keyla rasa ia harus pergi secepatnya. Takut jika harus mendengar jawaban Farel. Bagaimana kalau Farel juga bahagia dengan pertemuan ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top