#23. Khawatir
Keyla mulai kembali bekerja seperti biasa. Cafe terasa sepi setiap ia tidak masuk. Hendery yang selalu terlihat berisik mendadak jadi pendiam ketika Keyla tidak datang. Benar kata Laika. Keyla adalah penyebab di mana semangat Hendery muncul.
"Hen, Batere lo dateng," ucap Laika saat Keyla baru masuk dan mengganti pakaian kerja.
Keyla yang tidak tahu apa-apa malah dibuat bingung.
"Baterei apa?"
"Tuh Hendery," Laika menunjukkan dengan dagu.
"Ciye... Potong rambut, Hen?" Keyla tersenyum saat melihat penampilan baru Hendery.
"Iya dong! Ganteng kan gue," ucapnya berlagak narsis.
"Cakep cakep," kata Keyla sambil mengacungkan jempol.
"Mau tanda tangan nggak? Calon artis nih."
Keyla memukul Hendery dengan nampan "kerja sana! halu mulu."
"Nanti sore ada waktu nggak?" tanya Hendery
"Nggak tahu."
"Temenin gue nonton Konser Raisa, ya?"
"Nggak ah. Nggak ada duit gue Hen."
"Gue dapet dua tiket gratis. Menang kuis nih."
"Yang bener?"
"Iya. Mau ya nemenin?"
"Kenapa nggak ngajakin Laika?"
"Gue pengen sama Lo. Udah lama kan kita nggak jalan bareng?" Pinta Hendery.
Sejak Farel hadir dalam hidup Keyla, waktu Keyla untuk bersama Hendery berkurang. Mereka tidak bisa bersama sesering dulu. Padahal dulu Setiap senggang ,mereka sering jalan-jalan ataupun nonton fim.
Hendery merasa Keyla adalah rumah terbaik dikala ia sedang penat. Saat bersama Keyla segala yang ia jalani jadi sangat menyenangkan. Sementara bagi Keyla, Hendery adalah tempat ia berbagi segala cerita.
Keduanya saling membutuhkan.
Bahkan ketika Keyla menceritakan tentang Farel, Hendery mendengarkan walau dengan hati penuh gores.
Antusias Keyla saat menceritakan Farel membuat Hendery semakin yakin bahwa dia tidak pantas. Cewek itu bahkan bercerita dengan ekspresi yang berbeda. Ia dapat melihat dengan jelas melalui binar matanya.
Keyla tidak pernah terlihat seheboh itu saat bercerita. Padahal yang ia ceritakan tentang kekesalannya pada Farel.
Kini posisi Hendery semakin terlempar jauh. Selamanya bukan dia yang pantas untuk Keyla.
Hendery memang membutuhkan Keyla, namun bukan Hendery orang dibutuhkan Keyla.
Dia hanya mau Keyla bahagia. Tidak masalah jika dirinya tidak. Dan bahagia Keyla hanya ada saat bersama Farel.
--------
Setelah konser musik selesai, Mereka memutuskan untuk jalan-jalan sambil mencari makan. Sepanjang Konser Hendery terlihat senang. Ia memang sesuka itu dengan Raisa Andriana. Wallpaper HP dan profil WA saja foto Raisa.
"Makan apa ya enaknya."
"Kaki lima aja, Hen. Lagi kering dompetnya."
"Ketoprak mau nggak?"
"Iya," kata Keyla yang kini sambil memeriksa hpnya. Tiga jam dalam mode senyap. Dia melakukannya dengan sengaja. Keyla sadar bahwa ia sudah tidak pernah ada waktu untuk Hendery. Padahal cowok itu tidak pernah absen ketika Keyla membutuhkannya.
Ketika waktu dia lebih banyak dengan Farel, maka Keyla memiliki rasa bersalah dalam hatinya.
Ketika membuka HP, ada 33 panggilan tak terjawab dari Farel.
Kini Rasa bersalah itu beralih pada Farel. Cowok itu tidak pernah menelepon sampai sebanyak ini.
Tiba-tiba Keyla dilanda rasa khawatir. Hatinya berdebar cemas. Berharap sesuatu buruk tidak terjadi.
"Key? Kenapa?"
"Nggak tahu, Hen. Perasaan gue kayak nggak enak."
"Farel?"
Keyla terkejut. Bagaimana bisa tebakan Hendery akurat? Dan lagi Pula Keyla juga tidak mengerti. Untuk apa dia cemas hanya karena mendapat banyak Miss call dari Farel.
Lalu panggilan masuk dari Farel muncul di layar. Baru juga mengangkat telepon dia sudah disambut dengan kabar mengejutkan.
"Kak Farel kecelakaan," ucap Aura dari sebrang sana.
"Kecelakaan gimana maksudnya?"
Tiba-tiba panggilan Aura terputus. Seketika tubuh Keyla lemas. Jantungnya berdebar kencang karena takut, cemas dan khawatir. Semua campur aduk.
"Mau pulang aja?" Tawar Hendry saat melihat mata Keyla berkaca-kaca. Dia tidak menyangka Keyla akan sekhawatir itu.
"Emang nggak apa-apa?"
"Nggak papa lah."
"Hen, gue janji waktu hari ini bakal diganti sama hari lain."
"Iya Santai aja."
"Makasih, Hen."
"Ayo naik, gue antar."
Hendery terlihat baik-baik saja. Namun hatinya lagi-lagi harus menelan rasa sakit sekaligus kecewa. Untuk meminta waktu Keyla agar bersamanya, ia terpaksa berpura-pura mendapatkan hadiah tiket konser gratis. Kenyataannya, ia memakai uangnya untuk beli 2 tiket. Uang yang seharusnya untuk bayar cicilan hutang bulan depan.
Melihat Keyla Sekhawatir itu, Hendery merasa Farel lebih penting bagi cewek itu.
******
Keyla berjalan di koridor rumah sakit. Derap langkah kakinya menggema keras. Hendery mengikutinya dari belakang sambil menemani Keyla mencari ruangan di mana Farel dirawat.
Saat bertanya kepada petugas informasi, Keyla dibuat kebingungan sebab katanya tidak ada pasien bernama Farel yang dirawat.
Perasaan Keyla semakin campur aduk. Saat menelepon Aura, tidak ada jawaban. Menelepon ke nomor Farel juga tidak diangkat. Sekalinya diangkat malah salah pencet nomer orang lain. Semua itu membuat Keyla menjadi semakin tidak sabaran.
"Jangan panik! Sini gue bantu," kata Hendery sambil mengambil HP ditangan Keyla. Lantas ia mencari kontak bernama Farel. Tidak ada.
"Nama kontaknya Farel apa?"
"Emoji buah peach."
Hendery menemukan nama kontak. Satu-satunya kontak yang terlihat istimewa dari nama lainnya. Hanya melihat emoji saja Hendery merasakan nyeri dalam hatinya. Lagi-lagi dia cemburu.Ternyata Farel begitu spesial bagi Keyla.
Tingkah Keyla sangat terlihat jika ia menaruh hati pada Farel. Walau bibirnya selalu berucap tidak, tapi kekhawatiran, kecemasan, dan rasa takut akan kehilangan Farel sangat kentara.
Walau begitu, sebelum Farel hadir, Hendery memang sudah kalah sejak awal. Terkalahkan oleh keadaan yang tidak memungkinkan.
******
Keyla mendatangi klinik di mana Farel mendapatkan perawatan. Ia pikir Farel kecelakaan parah lalu tidak sadarkan diri. Ternyata hanya luka kecil.
Ada kelegaan dalam hatinya. Tapi ia kesal pada diri sendiri kenapa dia jadi sekhawatir ini. Memang Farel menyuruhnya?
"Lo gak papa?" Tanya Keyla sambil menghampiri Farel. Melihat Farel yang saat ini siku dan kakinya lecet.
"Nggak."
"Lo ngapain sih nelpon gue sebanyak itu? Kayak kurang kerjaan aja."
"Ya, pengen aja. Emang nggak boleh nelpon pacar?"
"Nggak jelas banget lo! Terus kenapa bisa jatuh? Ceroboh banget, Kayak bocah."
"Lo mah orang sakit malah dimarahin."
"Ya rasain. Untung lo nggak mati."
"Bisa-bisa nangis tahunan lo," katanya dengan senyum sinis.
"Lo udah makan belum?"
"Nunggu disuapin pacar."
Kata-kata Farel mendapat pukulan keras dari Keyla. Dan itu tepat pada lukanya.
"Sakit, Key!" Teriak Farel.
"Lo ngomong kayak gitu lagi gue patahin sekalian."
"Serem. Sejak kapan jadi jago kandang?"
Hendery merasakan jelas ikatan Batin antara keduanya. Walaupun mereka saling melempar cacian, tetapi ada sikap saling perhatian diantara mereka. Ia merasa tidak dianggap ketika dalam posisi ini. Seolah dunia hanya milik mereka berdua.
"Gue beliin minum. Lo tunggu sini sama Hendery. Ngobrol aja! Kalian belum pernah kenal, kan?"
Saat Keyla Pergi, tinggallah mereka berdua. Sejenak tidak ada percakapan. Suasana mendadak canggung. Mereka hanya dua orang yang tidak mengenal namun terhubung dari Keyla sebagai perantara.
Hendery sendiri tidak tahu harus ngobrol apa. Keadaannya mungkin akan berbeda jika bukan Farel orangnya.
"Udah lama kenal sama Keyla?" tanya Farel memulai percakapan.
"Sejak awal dia kerja di cafe."
"Jadi udah lama, ya?"
"Lumayan. Mungkin kurang dari lima tahun."
Dan hampir selama itulah Hendery memendam perasaannya.
"Sedekat itu ya."
"Semua yang ada di Keyla gue tahu. Mulai dari masa lalu, sampai apa yang ada hatinya sekarang."
Farel terkejut. Ada rasa cemburu menggerayangi hatinya. Ketika orang lain lebih tau segalanya tentang Keyla.
Ia menceritakan tentang Keyla sebagian. Membuat Farel jadi tahu lebih banyak tentang Keyla. Tentang dia yang sering disiksa Mantan ayah tirinya.
Farel ingat pernah melihat Keyla wajahnya lebam dan kebiruan di sana-sini. Namun tidak menyangka itu adalah hasil karya dari Irwan. Ia pikir kejadian saat Keyla dilecehkan adalah satu-satunya hal yang terjadi. Jadi selama ini Keyla begitu menderita?
"Jangan pernah sakiti Keyla."
Begitu kata Hendery tiba-tiba. Farel tertegun. Tanpa diperingatkan, Farel tidak akan melakukan itu.
"Gue percaya cuma lo yang pantas jagain Keyla."
"Lo ada perasaan sama Keyla?" Tanya Farel dengan pandangan penuh selidik.
Hendery diam sambil tersenyum simpul. "Jangan pernah kasih tahu dia."
"Kenapa?"
"Gue nggak mau nambah beban buat Keyla. Gak seharusnya gue yang nggak punya apa-apa ini mempunyai perasaan ke dia."
Kemudian ada helaan panjang terdengar dari mulut Farel.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top