#17. First Kiss?
Benarkah ini Awal dari tumbuhnya sebuah perasaan?
*******
Sore ini awan mendung menggantung di bawah garis cakrawala. Tidak sedikitpun cahaya matahari yang harusnya masih tersisa sebelum kembali ke peradaban. Semua jadi pertanda akan turun hujan. Atau mungkin alam sedang ngeprank para umat di muka bumi agar cepat-cepat memunguti jemuran.
"Kak!" panggil Aura sambil mengintip Farel dari celah pintu. Sementara Farel fokus mencatat pemasukan hari ini. Dia tidak menyahuti panggilan adiknya.
"Kak!"
"Apa sih, Ra!"
"Anterin ke Rumah Alin," ucap Aura dengan hati-hati. Dia hanya takut situasinya tidak tepat karena sepertinya Farel sangat sibuk.
Sambil menaruh bolpoin, ia menghela nafas. Padahal dia baru saja pulang kerja dan di rumah pun masih lanjut, tapi Aura meminta diantar.
"Kalo sibuk aku pesen Grab aja ya!"
"Emang mau ngapain sih ke rumah Alin?" Meletakkan kacamata diatasi meja sambil menatap adiknya.
"Ada tugas bikin makalah, besok harus dikumpulin."
"Mendadak sih?"
"Cuma 4 halaman. Malem juga kelar."
"Alin yang suruh ke sini!"
"Nggak bisa. Adeknya sakit nggak ada yang jaga."
"Ibunya"
"Ibunya kan jadi TKW."
"Bapaknya?"
"Kak Farel nanya mulu. Mau nggak sih nganter? Kalo nggak mau aku pesen grab aja." Aura agak kesal.
"Emang nggak bisa dikerajain sendiri?"
"Ini tugas kelompok, Kak!"
"VC aja coba."
"Mana bisa jelas kalo VC."
"Ya mangkanya jangan O'on. Biar bisa mencerna penjelasan dengan baik."
"Ya udah aku berangkat sendiri!" Dengan emosi Aura membanting pintu kamar Farel. Berjalan sambil menghentak-hentakkan Kakinya dengan kesal. Farel menggeleng kepala sambil tersenyum. Senang sekali dia mendapati adiknya itu mengoceh sambil marah-marah. Seperti ada jiwa kepuasan tersendiri ketika Aura berhasil ia buat kesal.
Farel menutup Buku catatan. Lantas ia menyusul adiknya turun sambil memakai jaketnya. Dia mana mungkin membiarkan adeknya kesayangannya itu pergi sendirian. Farel tau Aura sudah dewasa, tapi ia hanya ingin menjaga sebaik mungkin sampai ia berada ditangan laki-laki yang tepat.
******
"Jaket udah dibawa?" katanya sambil menghidupkan stater mobil.
"Udah."Aura mengangguk sambil memasang sabuk pengaman.
"HP?"
Aura menunjukkan benda persegi panjang itu.
"Nanti kalo tugas selesai langsung telepon."
"Habis ini Kakak mau langsung pulang?"
"Mampir ke Petshop, makanan Jepri mau habis."
"Nitip!"
"Kamu mau nyemil whiskas?"
"Ke indomaret, nitip es krim."
"Nggak usah."
"Kenapa?"
"Males parkir."
"Yaelah nyebelin banget punya abang."
"Pokoknya males." Farel tidak peduli. Aura langsung mencebikkan bibirnya.
"Kak ajarin nyetir, ya. Biar nggak ngerepotin terus" pinta Aura secara langsung.
"Nanti kalo udah punya mobil sendiri."
"Bener? Kapan?" Aura nyengir. Senang sekali ia mendengarnya.
"Tungguin lebaran Monyet."
Aura tidak pernah lupa kalo Farel sering membuatnya naik tensi. Untung dia Kakaknya.
Selepas mengantar Aura ke rumah temennya, Farel benar ke petshop. Membelikan Jepri beberapa snack dan makanan. Soal dia tidak mau ke Indomaret itu hanya pura-pura. Ia juga mampir ke sana membeli stok Snack kesukaan, minuman kaleng, ice cream untuk Aura dan juga macam-macam kebutuhan.
Saat keluar dari Indomaret, tiba-tiba hujan turun sangat lebat. Sedari tadi cuacanya memang sudah mengundang.
****
Keyla tidak tahu kenapa hari ini dia sial sekali. Mesin motornya mogok, tubuhnya kehujanan. Dan satu lagi, dia tidak membawa mantel.
Dengan susah payah ia mendorong sepada seorang diri. Tidak ada satupun seseorang yang menawari bantuan.
Tentu saja. Memang siapa yang mau keluar hujan-hujanan di saat seperti ini? Ada di dalam mobil sudah cukup hangat bagi mereka. Mereka juga ingin cepat sampai rumah, membungkus tubuh dengan selimut.
Suara petir di langit membuat ia ketakutan. Rasanya ingin dia menangis.Tubuhnya menggigil, sebab angin semakin kencang. Mendorong motor sambil berdoa sebanyak-banyaknya. Ia pun berusaha mencari tempat berteduh yang aman.
Seharusnya bisa saja dia meminta bantuan Hendery dan menelpon cowok itu. Tetapi HPnya kehabisan baterai. Lagipula menelepon saat petir itu sangat dilarang.
"Kenapa?" Farel tiba-tiba ada di belakang sambil memayungi Keyla.
"Motor gue mogok," ucapnya sambil menahan tangis.
"Masuk! Gue anterin."
"Gue basah semua."
"Iya gue tahu kok. Mau apa enggak nih? Kalo nggak mau gue balek nih."
Keyla gengsi mau menerima tawaran Farel. Tapi dia sudah cukup puas kedinginan karena diguyur hujan.
"Keyla nanti lo bisa sakit."
"Tumben lo perhatian?"
"Itu bukan perhatian, cuma prediksi. Nanti lo pasti sakit."
"Lambemu."
"Mau ikut nggak?"
"Mobil lo nanti kotor."
"Ya nanti lo yang cuciin."
Keyla melotot.
"Bercanda, Nyet."
"Motor gue gimana?"
"Gue teleponin orang bengkel."
"Awas ya kalo sampe hilang. Belum lunas tuh cicilan."
Farel menarik tangan Keyla sambil menggenggamnya. Lalu, ia membawanya dalam satu payung. Tangan Farel sangat hangat. Harus ia akui Keyla sudah merasa aman saat Farel datang. Konyolnya Farel tidak sadar dengan apa yang sudah dia lakukan pada Keyla.
Sampai pada saat petir kembali bersahutan. Angin semakin kencang. Pohon-pohon seperti akan tumbang. Ketakutan Keyla menjadi-jadi saat suara petir terdengar mengejutkan mereka, terlebih saat payung yang menaungi mereka patah dan terbalik.
Dengan Refleks ia memeluk Farek sambil teriak kencang karena terkejut. Membuat Farel terpaku dengan posisi mereka saat ini.
Sejak dulu Keyla memang memiliki pobhia pada suara mengejutkan. Pernah ia menangis sambil misuh-misuh saat ada balon meletus di dekatnya.
Farel membawanya masuk ke dalam mobil. Keyla terlihat sangat pucat dan lemah. Ia sendiri tidak bisa membantu apa-apa.
Ia berusaha menciptakan api unggun dari jari-jarinya. Kemudian mendekapkan pada wajah Keyla. Dan ditatapnya wajah sayu itu dengan seksama.
"Key? Elo sakit?" Farel tiba-tiba merasa khawatir.
Keyla tidak menyahut. Matanya terpejam dan kepalanya ia letakkan di atas Dashbor mobil dalam posisi miring.
Farel dapat dengan melihat dengan jelas wajah itu. Orang yang sering membuatnya kesal tiba-tiba membuat jantung Farel berdebar kencang.
Dia tidak tahu apa yg ia rasakan di hati. Yang jelas melihat Keyla saat ini ia merasa berbeda.
"Key? Lo tidur?"
"Pusing. Gue numpang tidur bentar boleh, ya."
Setelah itu sunyi. Tidak ada percakapan apapun. Bukannya menghidupkan mobil dan menjalankan setir, yang ada Farel malah ikut meletakkan kepalanya di atas dasbor dan berhadapan dengan Keyla. Tatapan matanya seperti menyimpan sejuta makna. Entah kenapa ia bahagia ketika melihat wajah Keyla dengan jarak sedekat ini.
Perasaan apa ini?
Apa ini yang akan dia rasakan kelak kalau memang dia dan Keyla benar berjodoh?
Memangnya mungkin?
Ajaibnya tidak ada rasa bosan sama sekali. Rasa ingin menatap itu selalu ada dalam hati. Rasa ingin menjaga juga begitu kuat.
Farel menyentuh wajah Keyla. Ia merasakan hawa panas pada kulitnya.
"Keyla?"
"Rel, badan gue sakit semua," keluhnya dengan lirih. Dia selalu berakhir seperti ini kalau sudah terkena Hujan.
Farel mendekap tubuh Keyla erat. Berharap ia bisa menyalurkan sebuah kehangatan. Diam-diam mata Farel memperhatikan bibir Keyla. Rasanya ingin sekali untuk...
Ah ini tidak benar. Dia tidak akan melakukan itu. Gila saja!
Tidak akan. Tidak mungkin.
Tetapi, kenapa begitu menggoda? dan sepertinya...
Setan-setan seakan berbisik di setiap sisi telinga. Memprovokatori Farel untuk hal gila ini. Tidak apa-apa kan? Ini hanya ciuman.
"Keyla, maaf... "
Farel menarik kepala Keyla secara tiba-tiba. Mencium bibir Keyla seakan tidak sabaran.
Keyla membelalakan matanya. Untuk pertama kali bibirnya bersentuhan dengan bibir seorang pria.
Keyla menarik diri untuk menjauh. Ini adalah hal tergila yang pernah terjadi dalam hidup.
Farel tidak peduli dengan penolakan Keyla. Kembali ia mencium Keyla dengan paksa. Membiarkan Keyla megap-megap karena hampir kehabisan oksigen.
Farel melepaskan sebentar untuk bernafas, lalu ia kembali melakukannya.
Keyla tidak bisa melawan dengan kondisi kepala pusing. Tenaga Farel terlalu kuat untuk Keyla yang sedang lemas. Mencengkeram lengan baju Farel saat pria itu menggigit kecil bibir bagian bawah. Pada akhirnya ia membiarkan Farel dan mengikutinya sampai selesai.
Farel sendiri tidak tahu, ia yang awalnya penasaran dengan rasa itu, kenapa bisa merasa candu. Padahal dia hanya Keyla.
Ponselnya berbunyi berkali-kali. Dia sampai melupakan Aura yang sudah saatnya dijemput. Dan kini Es krim dalam kantong itu semua mencair.
Nb: Hai Guys selamat berpuasa... Sehat terus kalian 🥰🥰🥰🥰
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top