#15. Bukan Tipe Idaman!
"Bosen makan di sini. Makan siang di luar, yuk!" Ajak Hendery pada Keyla ketika jam istirahat kerja.
"Males. Lo aja sendiri." Keyla berucap sambil mengelap meja pelanggan.
"Emang lo nggak makan siang? Gue lagi ngidam udang bakar pedas nih. Yuk!"
"Tanggal tua. Gue dihimbau buat ngirit. Lagian nggak bakal mati kok walau nggak makan siang."
Hendery berdecak sebal. Ia tahu Keyla punya banyak tanggungan yang membuatnya pikirannya terbebani. Namun bukan berarti ia harus melewatkan waktu makan.
"Gue bayarin makan siangnya. Mau ikut nggak? Mumpung gue lagi baek nih."
"Beneran?" tanya Keyla dengan mata berbinar.
"Kalau denger soal gratisan aja, langsung semangat empat lima." Hendery menoyor Kepala Keyla.
"Dalam rangka apa nih mau neraktir?" tanya Keyla.
"Kucing di rumah gue ulang tahun."
"Dah ah. Males gue ngomong sama Lo," ucap Keyla sambil melempar Lap kanebo pada Hendery. Memangnya kapan cowok itu bisa diajakin serius?
-----
Farel tampaknya sibuk mengontrol keadaan dapur. Memastikan bahan-bahan makanan, kualitas bahan pokok dan lain-lain. Ia juga tampak senang memperhatikan para pekerjanya begitu giat dan semangat.
Tawa canda, serta obrolan satu sama lain terdengar menyatu dengan alat-alat dapur. Terkadang ada pula yang mengejek satu sama lain. Juru masak, pelayan dan pengoper bahan-bahan makanan berbaur jadi satu dan suasana begitu berisik. Farel menganggap mereka semua adalah keluarga.
"Rel, stok Lobster tinggal sedikit." Lapor asisten dapur pada Farel. Orang kepercayaan yang sering menggantikan Farel memilah dan mengontrol bahan-bahan makanan.
"Kamu langsung hubungi pabrik FreshFood yang biasa kamu pesan. Dan jangan lupa minta yang benar-benar Fresh."
"Kita pesan berapa Box?"
"10 saja. Nanti sisanya kamu yang urus sendiri, saya ada urusan," katanya sambil mengancingkan lengan kemeja, Kemudian berlalu pergi.
Ketika kebetulan lewat pintu depan Farel melihat seseorang yang ia kenal.
"Eh, Calon istri ada di sini."
Keyla sedikit terkejut ketika Farel menghampiri mejanya.
"Ngapain Lo di sini? Stalker ya?" Tebak Keyla sekenanya.
"Ini Restoran gue."
"Oh punya restoran? pantesan aja sih sombong," kata terakhir Keyla terdengar kecil.
"Lo bilang apa?"
"Nggak apa-apa," kata Keyla sambil menyedot minuman.
Padahal Farel mendengar itu. Tapi dia lagi malas bercekcok.
"Lo selingkuh?" Tanyanya sambil melihat Hendery.
"Apa sih Lo nggak jelas."
"Mama nanyain Lo tuh," ucapnya sambil sebentar-sebentar menatap Hendery. Dia ingin tahu orang ini siapa dan apa hubungan mereka. Kalau mereka pacaran, ini kesempatan Farel untuk menyudahi pendekatan mereka.
"Terus?"
"Lo nggak bisa dihubungin beberapa hari. Mau ngilang ya? Ingat ya sama perjanjian kita!"
"Lagi semedi di kaki Gunung Krakatau," jawab Keyla.
"Tuh muka kenapa kok kayak gitu?" Farel meneliti wajah Keyla yang banyak bekas luka.
"Gue habis dikeroyok gara-gara maling sendal."
"Gue serius nanya." Farel kesal karena merasa tidak ada keseriusan dengan perkataan Keyla.
"Terserah kalo nggak percaya."
"Sabtu malam gue jemput. Dandan yang cakepan dikit."
Meski Farel berpikir darimana asal luka yang ada di wajah Keyla, ia pun berusaha untuk tidak peduli.
"Entar kalo gue cakep, Lo jatuh cinta, kan jadi bahaya. Terus lo ngejar-ngejar gue kayak orang gila."
"Nggak mungkin. Type cewek gue bukan lo!" katanya sambil berlalu pergi.
"Ya udah, terserah. Emang gue harus nangis sambil puter lagu kandas gitu?"
"Jangan lupa dikoploin. Tar gue yang pargoy." teriak Farel dari kejauhan.
Melihat Keyla dan Farel seperti ini, Hendery merasa menjadi obat nyamuk. Mereka seperti ada dalam lingkaran yang tidak bisa dimasuki oleh siapapun.
Meski nyatanya Hendery merasa tidak berhak cemburu, tapi itulah yang ia rasakan saat ini.
"Hen, Balik yuk!" ajak Keyla setelah selesai.
"Gue bayar dulu ke kasir," ucap Hendery sambil berdiri menghampiri Mbak petugas kasir.
Setelah itu dia mengajak Keyla kembali ke Cafe. Jam istirahat sudah mau habis.
*****
"Kamu sama Keyla gimana? Sudah ada perkembangan?"
Ratna yang kini sedang menyiduk sayur bertanya pada Farel perihal hubungan mereka. Malam ini mereka makan malam bersama seperti biasa. Saling bertukar cerita serta bertanya tentang hari yang mereka jalani.
"Kayaknya kami sama sekali nggak ada kecocokan."
"Kata siapa?"
"Gini ya, Ma. Aku sama Keyla itu benar-benar bertolak belakang. Dia juga sering ngeropotin tiap diajakin jalan. Belum lagi dia itu suka bikin aku marah-marah mulu."
"Kamu belum kenal sepenuhnya."
"Ma, udah ya PDKTnya. Farel males kalo tiap keluar sama dia tuh debat mulu. Mana dia susah dibilangin. Apa-apa minta menang."
"Sebuah hubungan bukannya untuk menyatukan perbedaan?" Aura menyahut sambil membalas chat temannya.
Ibunya seketika mengacungkan jempol pada Aura. Setuju sekali katanya.
"Lagian apa lupa sama Nessa yang dulu nekan Kak Farel buat beliin barang branded, suruh beliin make up dan suruh bayarin dia liburan ke luar negeri. Masak sama Keyla gitu aja protes sampe mulut berbusa."
"Ikutan aja Tikus got. Itu masalalu, nggak usah diungkit. Lagian Nessa sama Keyla jelas beda kelas. Mending cemilin aja tuh centong yang ada di meja."
"Ye.... Yaudah cari aja sono Nessa! Masih aja belom muvon."
"Gue lagi berusaha lupain dia. Tapi bukan berarti gue bakal suka sama Keyla. Karena dia bukan Type cewek gue."
"Masak sih? Terus mau yang kayak siapa? Kayak Nessa? Atau mau balikan sama Nessa aja?" Aura menyindir terang-terangan. Sebab ia ingat betapa kacaunya Farel saat putus dengan Nessa.
Raut wajahnya sangat menyebalkan sehingga membuat Farel ingin melempar apa saja yang ada di depannya.
"Kok kalian jadi berantem gini? Mama kan mau nanyain soal Keyla. Bukan Si Nessa itu."
"Ma, boleh nggak ganti adek. Yang ini dibuang aja."
Aura melempar kotak Tisu ke depan wajah Farel. Sementara Ibunya yang sudah selesai makan langsung beranjak. Membiarkan kedua anaknya melanjutkan perang dunia ke tiga. Padahal ia hanya mau bertanya soal Keyla. Tapi kalo kedua saudara itu sudah mulai berdebat, mereka akan lupa sekitar. Seolah-olah medan perang adalah tempatnya saat ini.
Aura menjulurkan lidahnya ketika benda plastik itu mengenai wajah Farel. Bahagia sekali gadis itu melihat Kakaknya meringis kesakitan.
Farel mengambil ancang-ancang untuk melempar kembali benda itu, tetapi Ia urungkan saat Aura mulai mengeluarkan jurus mengadunya.
"Mama... "
*****
Sabtu Malam Farel belum datang menjemput Keyla. Dia tidak mungkin seperti Jaelangkung bukan? Yang tiba-tiba datang sendiri ke sana.
Saat itu Keyla sedang berdiri di depan cermin seraya melihat pantulan dirinya di sana.
Riasan, baju, aksesoris dan segala ini itu adalah Ibunya yang mempersiapkan. Ia sangat antusias Kala keluarga Farel Sabtu ini mengajaknya Dinner.
Keyla tidak suka. Risih rasanya. Dia jarang sekali memakai make up. Cukup bedak untuk menutup pori dan lipsgloss untuk menyamarkan bibir pucatnya.
Saat ia sedang memikirkan apa dirinya harus keluar dengan penampilan seperti ini apa tidak, ponselnya mendapatkan pesan Chat.
Farel mengatakan di Chat Kalau Keyla mau diapai-apain juga tetep jelek. Kayak ondel-ondel.
"Mama! Emang aku tetep jelek ya walau di apa-apain?" Keyla berteriak keras. Menatap ponsel dengan wajah tidak sedap.
"Kata Siapa?" terdengar sahutan ibunya dari kamar mandi.
"Si Babi!"
"Babi bisa ngomong?"
"Farel, Ma!"
"Hush! Jangan manggil orang kayak gitu."
Ibunya tidak tahu saja jika setiap mereka bertemu semua warga yang ada di ragunan akan terabsen.
Keyla lagi-lagi menatap dirinya di cermin. Apa ia ganti pakaian casual saja seperti biasa. Tapi Ibunya yang susah payah mendandaninya supaya ia terlihat tidak memalukan.
Suara motor terdengar dari kejauhan. Meski dari sekian banyak kendaraan yang lewat sejak tadi, entah kenapa ia punya insting dengan suara motor Farel walau jaraknya masih jauh.
Benar saja, ketika ia membuka gorden terlihat Farel turun dan membuka Helmnya. Harus Keyla akui, wajah Farel tampan seperti anggota boyband korea. Tapi ketampanan itu hilang ketika ia mengingat sikap Farel yang menyebalkan saat bersama dengannya.
Oh ya jangan mengira Keyla akan menyukai Farel. That imposible. 😏
Salam sayang
@Reyalizta
Malang, 17/Maret/ 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top