#13. Kencan Pertama

Keyla tidak tahu siapa yang menganggu aktifitas paginya. Ponselnya berdering di atas meja ketika ia sedang workout di Kamar. Dengan modal intruksi dari Youtube gadis itu mengabaikan ponselnya, sibuk menirukan gerakan yang ditampilkan.

Hari minggu yang membuat Keyla jadi gabut.

" 🐷 is calling.... "

Keyla malas ketika tahu siapa yang menelpon. Ngomong-ngomong emoji babi itu nomer Farel. Awalnya cowok itu menamainya dengan nama 'Farel Handsome', Tapi bagi Keyla itu sangat aneh dan gak cocok.

Keyla menggeser ikon hijau dengan malas.

"Lo sengaja lama-lamain angkat telpon dari gue?"

Baru juga mengangkat panggilan, Farel sudah seperti ingin menelanya bulat-bulat.

"Gue juga punya kesibukan kali." Keyla merotasikan bola matanya dengan malas.

"Cepetan mandi. Gue mau ke rumah Lo!"

"Emang kenapa kalo gue belum mandi pas Elo datang?"

"Gue nggak mau ya jalan-jalan sama Kambing."

Keyla ingat hari ini hari pertama mereka jalan. Jadi 5 bulan ke depan, dia akan sering bertemu sama cowok itu. Dia berharap semoga saja dia diberi kekuatan.

"Sialan. Dasar Babi."

"15 menit lagi gue datang. Awas ya lo kalo penampilan masih kayak Mak lampir."

Telepon di tutup begitu saja. Tidak ada salam, sama seperti di awal tadi.

****

Farel dan Keyla berboncengan motor. Keyla dandan dengan Penampilan seadanya. Sama sekali tidak antusias ketika dia akan jalan sama Farel hari ini. Gadis itu apa adanya dalam segi pakain maupun make up. Yang penting dia sudah mandi.

Tidak ada kata lain selain berdebat. Sepanjang perjalanan mereka saling teriak-teriak saling cerca. Hanya karena masalah mau ke mana mereka hari ini, mereka sampai debat berkepanjangan.

Keyla juga kesal karena body motor Farel. Berkali-kali membuat cewek itu terpaksa harus duduk mepet-mepet ketika dibonceng. Keyla curiga, Farel sengaja melakukan ini biar Keyla kelihatan seperti cewek jablay.

"Lo mau ngajakin ke dufan emang gue bocah SD!" Kata Keyla sambil memasang wajah judas.

"Dufan emang tempat anak-anak doang? Emak emak juga ada noh!"

"Udah ke bioskop aja nonton film."

"Kalo mau nonton film, nanti aja di rumah."

"Ah, Elo nggak asik."

"Bodoh. Gue nggak suka nonton film.“ Farel tidak peduli.

"Gue sekarang lagi males ke Dufan."

"Ya udah sih terus mau Lo apa?"

"Ya gue pulang aja. Lo ke Dufan aja sendiri! Mending nonton Netflix di kamar."

"Sekarang kita ke dufan. Bulan depan lo gue bayarin langganan Netflix. Puas kan Lo!"

Keyla diam. Itu bukan ide buruk. Lumayan juga dapat gratisan. Jiwa matrenya mulai keluar. Bulan depan kayaknya bakal banyak film baru rilis.

"Ok! Tapi Jangan ajak gue main roller coaster sama tornado."

"Cupu."

"Kalo gue migren Lo tanggung jawab?"

Setelah melewati berbagai macam perdebatan sengit. Mereka memutuskan untuk pergi ke tempat yang diinginkan Farel. Meski begitu mereka juga masih sempat-sempatnya saling berantem. Saat berjalanpun mereka jauh-jauhan seperti punya acara sendiri.

"Jangan deket-deket lo! Nanti gue kena sial." ceplos Keyla sekenanya.

"Setan Lo." Farel kesal.

Tapi Keyla tidak peduli. Dia memang sengaja membuat Farel kesal.

"Rel! Beliin gue bakso, dong!" Mata Keyla berbinar ketika melihat bakso dalam mangkuk yang disiram kuah cabe.

"Beli aja sendiri. Tar lo kena sial."

"Bercanda doang. Ealah gitu aja baper."

"Bodoh amat. Minta maaf dulu baru gue beliin."

"Ok! Ini demi bakso, Farel gue minta maaf, ya!"

"Nggak denger gue."

"Farel ganteng, maafin ya." Keyla memasang wajahnya paling manis sedunia. Walaupun sebenarnya dia sangat tidak ikhlas mengatakan semua itu.

"Cewek Matre ternyata." Farel menatap dengan Remeh.

"Gue hidup realistis. Nggak mau nutup-nutupin kalo semua yang kita pengen emang harus serba uang."

Tanpa banyak bicara, Farel berjalan menuju kedai penjual bakso. Tidak hanya menjual itu, mereka juga menjual sosis bakar dan juga aneka seafood. Yang membuat Farel ikut membelinya.

"Level 10 ya, Bang." Keyla memesan di level paling tinggi.

"Badan udah kurus gini? Kurangin!"

"Terserah gue lah. Kok ngatur."

"Level 3 aja ya, Bang."

"Gak. Pokoknya 10."

"Ya udah bayar sendiri."

"Nggak asik jalan sama Elo. Sok ngatur."

"Gue yang ngajakin lo jalan, Entar kalo sakit perut gue yang disalahin."

"Ini urusan gue sendiri."

"Ya jadi urusan gue juga!"

"Jadi level berapa?"

"Nggak jadi pesen!" Jawab Farel dan Keyla serentak.

Lagi-lagi mereka berdebat. Keyla sampai kesal dan minta pulang. Padahal ini hanya masalah kecil. Tapi pada akhirnya Farel mengalah dan menuruti kemauan Keyla.

Farel tercengang melihat mangkok Keyla yang dipenuhi dengan lautan cabe. Tetapi, Keyla nampaknya makan dengan nikmat sambil merasakan sensasi pedas tersebut. Dia curiga ada jin yang lagi lapar merasuk dalam tubuh Keyla.

"Elo doyan apa kerasukan?"

"Kalap."

Dan kalo sampai Keyla mengeluh sakit perut, Farel jadi orang pertama yang akan menertawakannya.

******

Jalan sama Keyla sama sekali tidak menyenangkan. Yang ada malah menjengkelkan. Selain Keyla yang berkali-kali minta dijajanin, ia juga sering menghilang nggak jelas. Farel baru pertama kalinya mengenal cewek modelan Keyla. Yang, bahkan ia sendiri sulit menjabarkan dengan kata-kata.

Keyla seakan menunjukkan kalo dia tidak pernah merasa hidup sebebas itu. Seolah ketika jalan bersama Farel itu adalah kesempatanya untuk bahagia.

Farel kebingungan mencari Keyla. Setelah pamit ke toilet, cewek itu belum kembali dalam hampir setengah jam. Ia pun juga kesal karena Keyla sama sekali tidak mengangkat panggilannya.

Mondar-mandir ke sana ke mari mencari Keyla. Farel jengkel. Keyla benar-benar cewek yang merepotkan, dan suka  ngilang nggak jelas.

Farel sendiri tidak mengerti kenapa dia tidak tenang karena mencari Keyla. Memang dia siapa? Kenapa harus gelisah seperti ini?

Farel mencoba bodoh amat. Tapi tetap saja rasa tanggung jawab itu seakan-akan berada di pundaknya.

"Keyla Lo kemana sih?" semprot Farel sekerasnya begitu sambungan diangkat. Dia kesal, marah, sekaligus capek.

Keyla segera menjauhkan HPnya dari telinga. Bisa-bisa dia budeg mendadak.

"Apaan sih Lo!"

"Lo Di mana, Mbing!"

"Lagi lihatin badut. Kenapa, Nyet?" Keyla balas berteriak.

"Balik nggak Lo! Lo pikir gue nggak capek nyariin lo?"

"Emang siapa yang nyuruh?"

"Pulang sendiri sana!"

"Ya udah nggak papa."

"Keyla!"

"Apa?"

"Balik!"

"Nggak mau!"

"Balik, Key!" Nanti gue beliin makanan yang lo suka."

"Sate Ayam?"

"Iya."

"Beneran?"

"Cepet ke sini. Gue di tempat tadi."

Keyla langsung menutup teleponnya dengan ceria.

****

Begitu Keyla kembali, Farel langsung kembali menarik tangan cewek itu. Farel merasa ingin memaki dan menghardiknya habis-habisan. Dia capek karena dari tadi mondar-mandir mencari Keyla. Mereka pun lagi-lagi berdebat di keramaian. Persis Pasutri yang lagi berantem.

Keyla kesal karena lagi-lagi Farel memarahinya di tempat umum seperti saat di Cafe. Meski nggak separah saat itu, tetap saja Farel keterlaluan. Keyla yang merasa malu karena Orang-orang menatapnya dengan bermacam-macam ekspresi.

"Lo tahu, gue kesal kenapa Mama gue bisa-bisanya ketemu sama lo!"

Itu salah satu kata-kata Farel ditengah perdebatan mereka.

"Kesel ya kesel, tapi nggak marah di tempat umum juga kali!"

"Sumpah, jalan sama lo itu ngerepotin."

"Oh gitu? Ya udah Fine. Kita nggak usah jalan lagi! Gue malah seneng nggak lihat muka lo lagi."

Keyla langsung meninggalkan Farel dengan amarah yang menggebu. Sumpah, Siapapun pasti merasa harga dirinya diinjak-injak kala dimarahin habis-habisan di depan umum.

"Keyla!"

Keyla tidak peduli saat Farel terus mengejarnya. Ia mencari angkutan umum untuk mengantarnya pulang. Yang penting dia tidak melihat muka Farel.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top