#12. Kesepakatan
Farel marah-marah di kamar sembari memasukkan baju ke dalam tas besar. Setelah berdebat dengan ibunya, ia merasa lebih baik dia tidak bertemu dengan ibunya lebih dulu.
Keputusan sepihaknya membuat Farel benar-benar ingin menghilang bak ditelan bumi. Bagaimana bisa ia mengatur semua tanpa mengajak Farel berunding atau bahkan sekedar bertanya.
PDKT sama cewek itu lima bulan? Hihh! Farel bergidik membayangkan itu. Bagaimana bisa ia jalan sama Keyla sementara mereka saling membenci satu sama lain. Jangan-jangan nanti Farel langsung sakit mental.
Mungkin Farel tidak akan mempermasalahkan perkara saat di cafe jika saja Ponselnya tidak menyimpan kenangan berharga. Tapi di sana banyak foto Nessa bersama dirinya. Yang diam-diam sering ia perhatikan setiap ia merindukan momen itu.
Farel belum melupakan Nessa sama sekali. Tidak pernah. Laki-laki itu tidak akan semudah itu muv on dari cinta pertama sekaligus pacar pertama. Di depan ibu dan adiknya dia sering berbohong dan berlagak bahwa ia sudah muv on.
Entah, Farel sendiri tidak tahu apakah perasaanya masih sama ataukah sudah hilang. Yang jelas, setelah Nessa belum ada satupun perempuan yang berhasil kembali membuka hatinya.
Perasaanya masih terlalu abu-abu untuk dijabarkan dengan kata-kata.
"Kak, jangan kayak anak kecil lah!" Aura menarik tas Farel agar kakaknya berhenti.
"Kakak nggak akan pulang sebelum Mama narik keputusannya."
"Mama cuma mau kamu jalanin dulu, bukan langsung nikah. Apa yang salah?" Ibunya yang kini duduk di depan TV mengimbuhi.
"Aku udah berkali-kali bilang,kan? Iya aku mau, tapi cari yang lain, bukan cewek itu."
"Nanti kamu cari cewek lain kalo sama Keyla 5 bulan jalan nggak cocok."
"Ma, pliss! Nggak semudah itu. Memangnya kalo Mama jadi aku mau jalanin ini? Kenapa Mama seolah buat aku harus menutup semua harapan yang aku punya? Apa harus semua yang Mama pingin aku harus nurutin? Aku berhak nentuin pilihan aku sendiri."
Ratna terdiam mendengar ucapan Farel kali ini. Suasana berubah hening. Saluran TVpun tiba-tiba kehilangan sinyal. Membuat atsmosfier disekitar menjadi semakin terasa tak biasa.
"Terserah kamu. Mama capek, Rel. Maafin Mama udah terlalu sering maksa kamu. Kamu cari aja Nessa kamu itu." Terdengar jelas nada kekecewaan yang teramat besar. Kemudian tanpa mengucap apa-apa ia meninggalkan tempat tersebut. Menaiki tangga, masuk kamar sambil membanting pintu.
Farel langsung melempar tas besarnya ke sembarang arah. Dadanya semakin digerayangi rasa penyesalan. Apa yang baru saja dia lakukan? Dia benar sudah berdosa dengan menyakiti ibunya.
Lagi-lagi Farel menahan emosinya yang teramat menggebu. Tangannya menggenggam dengan kuat. Kemudian ia mengambil kembali tasnya dan berjalan menuju pintu utama.
"Kak... " Aura mencegahnya. Menarik tangan Farel agar tidak keluar rumah. Membawa kakaknya duduk untuk diajaknya bicara.
"Kakak nggak jauh, Ra. Kalo butuh apa-apa kamu telpon. Aku mau tidur di restoran aja."
Restoran itu memiliki ruang khusus untuk tempat Farel bekerja. Meski tidak ada kasur king size seperti di kamarnya, tapi sofa tamu panjang di pojokan bisa buat tidur.
"Nggak kasihan sama Mama? Sekali aja!" Aura membujuk.
"Aku perlu waktu buat sendiri, Ra!"
"Cuma PDKT, nggak langsung nikah, kan? Kenapa nggak coba jalanin dulu?"
"Sama aja! Kamu tahu, kan Mama kayak gimana? Iya sekarang cuma PDKT, nanti? Gimana kalo nanti kemauanya makin aneh-aneh. Suruh cepat-cepat nikah, suruh cepat-cepat hamil, suruh begini begitu... "
"Kali ini percaya sama aku. Nanti aku coba ngomong ke Mama."
"Nggak, Ra! Lima bulan menjalani hari-hari sama orang yang nggak kamu sukai, Emang kamu bisa tahan?"
Farel terus saja menceritakan kekesalannya pada Keyla tanpa henti. Aura tidak tahu bagaimana sifat Keyla sebenarnya. Dia tahu wajahnya dari foto yang ditunjukkan oleh ibunya. Yang jelas cerita Farel dan ibunya amat sangat bertolak belakang.
"Segitu bencinya?"
"Aku nggak benci. Cuma masih kesel aja karena dia udah rusakin HPku."
"Kan udah dibenerin? Ya udah dong keselnya."
"Tapi semua foto hilang, Ra!"
"Perkara foto doang. Ya tinggal foto lagi di tempat yang sama."
"Bukan itu. Tapi momennya yang gak bisa diulang lagi."
Melihat ekspresi Farel, Aura tahu maksud Kakaknya.
"Maksud Kak Farel foto sama Nessa?"
Farel mau beralasan lagi, tapi kali ini Aura tahu kalau kakaknya tidak bisa berbohong. Kemudian Aura menghela napas kasar.
"Kalo Kak Farel masih ngarepin Nessa balik, sampai jadi Kekek kakek ya gitu aja terus."
Farel tidak tahu kenapa hatinya seperti ini. Entah itu sekedar harapan semu,ataukah memang perasaanya belum hilang. Ia bingung sekaligus frustasi.
Dan ia juga tidak tahu kenapa kesalnya pada Keyla belum juga hilang.
*****
Cafe Gloria Pukul 04:45 Sore.
Farel duduk Di Cafe. Meski sekedar memesan kopi, Ia juga ada tujuan lain. Mencari Keyla. Sepertinya dia perlu membicarakan masalah ini.
Tapi setelah menunggu cukup lama, cewek itu belum juga terlihat batang hidungnya. Biasanya dia mondar-mandir mengantar minuman di cafe ini mencatati pesanan serta mengantarnya. Setelah bertanya kepada pelayan yang seliweran di sampingnya ia tahu kalau Keyla sift pagi. Jadi Keyla sudah pulang.
Farel menghabiskan minumanya tandas. Tahu begitu dia tidak perlu datang ke sini. Cowok itu segera beranjak menuju parkiran. Memakai Helm yang tersampir di kaca spion.
Sambil melajukan motornya di jalan besar beraspal, kini otaknya sedang sibuk memikirkan bagaimana keadaan Ibunya tadi siang.
"Pulang ke rumah, Kak! Mama sakit."
"Kakak jangan kayak bocah. Lupain dulu perkara foto yang hilang dan HP yang dirusakin. Sekarang pikirin Mama."
Saat itu Aura datang ke restoran, memberitahu kabar tentang ibunya yang enggan makan dari dua hari yang lalu. Di saat seperti inilah Farel merasa sangat bersalah telah menolak keinginan Ibunya. Tapi ia juga sedikit menyesali kenapa ibunya kekanakkan sekali.
Sampai depan Rumah Keyla, Farel turun dari motor. Lelaki itu lantas berjalan mengetuk pintu. Tidak ada sahutan saat Farel berkali-kali mengucap salam.
Hingga beberapa saat setelah capek menunggu sahutan, pintu pun terbuka.
"Siapa, ya?" ucap Sang Tuan rumah.
Farel sedikit terkejut dengan sambutan itu. Tampak Keyla sedang membukakan pintu sambil menundukkan kepala, mengeringkan rambut dengan handuk. Farel mencium aroma segar yang semerbak menusuk hidungnya.
"Ngapain Lo ke sini?" Ucap Keyla dengan ketus.
"Pake shampo apa sih loh? Kayak sundel bolong lewat baunya."
"Pake Shampo diskon. Puas Lo?"
"Gue mau ngomong."
"Ada urusan apa? Maaf Mas, saya nggak kredit panci," kata Keyla tidak peduli.
"Tampang gue kayak sales panci emang?" Farel tidak terima.
"Kita kan nggak saling kenal."
"Gue mau ngomong penting." Tegasnya sekali lagi.
"Ya udah ngomong aja gue sibuk cepetan." Keyla masih ketus.
"Masak gue ngomong di depan pintu gini?"
"Mama nggak ada di rumah. Gue nggak minat nyuruh Lo masuk. Lagian ngomong aja udah! Nggak usah ribet."
"Lo ganti baju deh! Gue tunggu di luar. Gue kayak pengamen aja berdiri depan pintu."
*******
Meski setengah sebal, Keyla akhirnya mau bicara empat mata dengan Farel di kursi teras. Dia serius tidak mempersilahkan cowok itu masuk.
"Lo masih inget, kan tawaran Mama?"
"Apa?"
"Yang dia nyuruh kita jalan dulu 5 bulan."
Keyla mengangguk.
"Terima aja ya?"
"Hah?"
"Maksudnya gue jalan? Ama Elo?" Keyla bergidik, -"najis!" sambungnya lagi.
"Gue juga nggak mau. Tapi, Mama gue sakit."
"Urusannya sama gue?"
"Mikir dong. Ini menyangkut hidup seseorang."
"Itu kan Mama Elo?"
"Nurani Lo masih ada, kan?"
Keyla terkejut ketika Farel menatapnya dengan berambisi. Cowok itu seakan-akan ingin menerkam Keyla saat ini juga.
"Emang Lo nggak bisa yakinin dia kalo jodoh nggak bisa dipaksain?"
"Lo pikir gue nggak berusaha. Gue sampai minggat dari rumah, dia malah sakit kayak gini."
Keduanya diam sejenak. Menjeda obrolan dan membiarkan sepi berada ditengah-tengah mereka kini.
"Lagian make pelet apa sih Lo? Kok Mama sampe segitunya?"
Keyla nggak terima. Ia menghadiahi Farel dengan pelototan tajam.
"Jadi gimana? Lo terima apa enggak."
"Terus untungnya buat gue apa? Gue jalan doang sama Elo selama 5 bulan, tapi malah dapat rugi? Kesana kesini, makan, dan jalan-jalan Lo pikir nggak pake duit? Gue udah banyak tanggungan duniawi. Dan lagi, gue masih kesel karena gaji gue dipotong gara-gara Elo. Jadi jangan nambah beban hidup," ocehnya panjang lebar.
"Biar gue yang tanggung biaya selama kita jalan. Pokoknya Lo ikutin aja alurnya biar gue yang ngatur. Dan lagi, soal gaji Lo, kapan-kapan gue ganti. Puas kan Lo?"
"Enak aja Lo! Gue belum puas. Bikin surat perjanjian lah! Entar seenaknya aja Lo sama Gue mentang-mentang Lo yang nanggung."
"Terserah Elo. Yang penting Mama gue puas."
"Ya udah. Deal ya!"
"Iya."
"Pulang Lo!" kata Keyla terang-terangan.
"Ngusir?"
"Lo mau menginap emang?"
"Sopan dikit kek sama tamu. Udah gak ada suguhan apa-apa, nggak dikasih minum pula!"
Keyla bersedekap angkuh. Bodoh amat.
"Siniin HP Lo!" Farel menyodorkan tangannya.
"Mau ngapain?"
"Gue bikin telenan. Udah sih siniin aja!"
Meski begitu Keyla memberikan HPnya pada Farel. Setelah itu membuka Applikasi telepon dan beberapa saat kemudian HP di sakunya bunyi.
"Itu nomer HP gue. Udah gue kasih nama."
Setelah mengucap itu, Farel lantas pergi menuju tempat di mana ia meletakkan motornya. Memakai Helmnya, menghidupkan Starter motor dan melaju meninggalkan halaman Rumah Keyla.
.
.
.
© foto : Pinterest
Akhirnya mereka buat kesepakatan. Kira-kira mereka bakal sanggup nggak yaaa jalani perjanjian ini. Siapa ya yang bakalan jatuh cinta duluan?
Ayoo Terus pantau.
-Reya-----🦊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top