#03- Kenangan Yang Belum Usai

"Rel, sini sarapan dulu!"

Sang ibu tampak sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga. Sambil menata piring ia pun menyeret kursi makan untuk Farel. Wanita itu masih belum melepas apron dan tampak repot mengurus ini itu.

Walaupun keluarga ini memiliki ART, mereka tidak akan selalu bergantung tentang segala hal.

Ibu selalu memperingatkan Farel maupun Aura untuk lebih menghargai Mbak Hesti. Misal, seperti tidak seenaknya mengacak-acak lipatan baju di lemari, melipat selimut sendiri setelah tidur, dan selalu meletakkan semua barang pada asalnya.

"Ma, almamater aku mana?" tanya Aura dari atas balkon dalam rumah.

"Tanya sama Mbak!" ucapnya sembari menata lauk pauk di meja.

"Mbak...."

"Ada di gantungan kok Neng. Barusan saya yang taruh," teriaknya dari arah dapur.

Beberapa saat ia kembali dengan pakain yang sudah rapi. Jangan tanyakan berapa waktu yang dipakai Aura untuk duduk di depan meja rias meski dia hanya memakai make up natural. Tentu saja dia sibuk memandangi dirinya di cermin.

"Sarapan dulu,Ra!" sambut ibunya sambil menyiapkan piring dan menyeret kursi seperti yang dilakukan pada Farel.

"Makasih, Ma."

Aura duduk dan menyentong nasi di mangkok. Mengambil lauk pauk serta sayuran yang tersaji.

"Kak, Gue hari ini berangkat bareng temen. Dia mau jemput ke sini."

"Ehhmmm, kebiasaan," Ibu memberi kode peringatan. Peraturannya Dalam lingkungan keluarga tidak boleh ada bahasa panggilan Lo maupun gue.

"Maaf, Ma!" Aura nyengir.

"Naik apa?" tanya Farel yang sedang menyuapkan makanan ke mulut.

"Naik maticnya dia."

"Hati-hati," kata Farel santai.

"Siap Boss!"

"Terus pulangnya?"

"Ya, kalau nggak bareng dia, mungkin sama abang Grab."

"Kakak jemput."

"Nggak usah."

"Gak usah pake nolak. Kamu pasti ngeloyong dulu, kan?"

"Dih, nyebelin amat," kata Aura sambil menatap sinis Farel.

"Seneng nggak punya abang ganteng dan perhatian?"

"Ganteng, kan karena Gen dari Papa, kalo perhatian pasti karena Kak Farel lagi jomblo."

"Sialan!"

"Udah! Keburu kesiangan masuk kelas,Ra!" kata ibu sembari duduk.

"Restoran gimana?" kali ini Ratna bicara pada Farel.

"Kemarin surat dari pemerintah baru turun. Restoran nggak bisa buka sampai terlalu malam. Sebelum isyak udah harus tutup."

"PPKM?"

"Aku ggak tahu sampai kapan. Selesainya belum bisa diprediksi."

Farel juga mengatakan bahwa minggu ini pendapatan menurun karena banyak orang yang memilih diam di rumah. Sementara Restoran yang dikelola Farel belum mengaktifkan sistem delivery.

"Ma, besok ke salon, yuk! lagi Ada diskon 40 persen sampai akhir bulan untuk semua perawatan."

"Iya juga nih, kayaknya Mama perlu spa."

Farel tidak habis pikir, dengan keadaan restoran yang terancam menurun keuntungan, mereka memikirkan perawatan salon.

"Oh iya, aku nanti ke rumah temen, ya habis kuliah. Mau nonton bareng film baru," Ijin Aura sambil meminum susunya satu tegukan, kemudian melanjutkan makan.

"Ke bioskop?" Farel menatap adiknya penuh selidik.

"Bukan, tapi di rumahnya."

"Siapa? Cewek apa cowok?" Farel mulai terlihat posesiv.

"Cewek, abangku sayang."

"Awas aja ya kalo bohong."

"Emang kenapa sih?"

"Udah sering dibilangin. Kakak nggak mau kamu pacaran dulu!"

Aura menatap kakaknya datar. Farel sama sekali tidak tahu adiknya ini primadona di kampus. Banyak laki-laki yang berusaha mendekati Aura untuk dijadikan pacar.

"Lulus kuliah dulu. Bikin Mama sama Kakak bangga. Setelah itu cari kerja yang bener."

"Terus pacaranya kapan?"

"Ya, kalau udah Mapan, Ra!"

"Berarti nggak bisa pacaran dong?"

"Apa enaknya sih pacaran? Disakitin baru tahu rasa!"

"Kak Farel dulu pas kuliah juga pacaran sama Nessa? Waktu Papa ngelarang, Kak Farel sama sekali nggak peduli," jelasnya sambil mengaduk makanannya.

"Jangan ungkit itu!" kata Farel setengah kesal.

"Belum bisa muv on, ya? Masih sakit hati sama kisah lama?"

Farel diam tidak menjawab. Empat tahun lebih putus dari Nessa -mantan pacarnya, ia pikir bisa melupakan dengan mudah. Tapi ternyata tidak. Ia sedang berusaha melupakan. Sampai sekarang dia tidak pernah tau alasan dia diputuskan. Setelah sekedar bilang kita selesai, Nessa menghilang dan mereka lost kontak.

Jujur Farel tidak bisa terima diputuskan seperti ini. Menjalin hubungan lumayan lama membuat ia seakan-akan tidak harganya selama ini. Kalau memang sudah nggak cinta, ya bilang. Biar dia tidak berpikir yang macam-macam.

Kemudian pada suatu saat ia melihat postingan instagram Nessa yang sedang bersama seorang laki-laki. Yang ketika membaca di antara ribuan komentar ada tulisan yang membuat Farel tahu satu hal. Mereka pacaran. Entah itu gossip atau fakta dia tidak mau tahu.

Sejak putus dengan Nessa dia tidak pernah terlihat dekat dengan seorang perempuan. Bukan traumah, hanya saja dia tidak mau. Dan juga, ia sudah memikirkan untuk lebih fokus mengembangkan bisnis Restoran yang diamanahkan oleh Ayahnya. Jadi dia tidak mau punya pikiran untuk menambah beban hidup dengan cinta-cintaan.

Jujur saja Aura merasa tidak bebas kalau terlalu diatur. Tapi bagaimana mungkin dia tidak nurut. Biaya hidupnya saat ini masih numpang.

"Kak! Jangan lama-lama, ya kalau jomblo."

Kata-kata yang sering Aura gunakan untuk menggoda kakaknya. Berharap ampuh baginya untuk membuka hati Farel yang rupanya sudah begitu rapat. Ia ingin menunjukkan bahwa setiap hubungan tidak semua berakhir buruk.

"Bodoh!"

"Kak, mau cariin pacar nggak? Teman aku cewek banyak. Ada yang namanya Camelia, Ghea, Nirina, pokoknya mereka cantik-cantik, terus ya...,"

"Nggak minat!" potong Farel dengan lantang.

"Belum juga tahu orangnya udah bilang nggak minat."

Farel berdiri dari duduknya. Malas mendengarkan ocehan Aura. "Ma, berangkat dulu, ya!" pria itu mencium tangan Ibunya, lantas melenggang keluar.

"Hati-hati!"

"Dih! Ngeles. Cuci mata dong sekali-kali, biar nggak standart aja itu hidup. Pake bayklin sekalian!"

"Udah dong, Ra!" Ucap Ibu sambil menatap putrinya yang kini sedang menjulidi kakaknya.

"Pasti dia takut hidupnya kelihatan ngenes kalo lihat adeknya pacaran dulu! Iya kan, Ma?" Aura beropini sendiri.

"Tahu ah. Jangan gangguin Kakak kamu terus! Cepet berangkat sana! Habis ini Mama mau meditasi!"

Ratna memang mencari waktu yang tenang. Berisiknya Aura dan Farel membuat semua konsentrasinya buyar jika ia sedang ingin meditasi. Mereka kalau disatukan memang sering membuat keributan. Entah hal sepele ataupun hal berat.

"Itu mana teman kamu? katanya mau jemput."

"Bentar lagi datang, Ma!"

Belum juga selesai diomongin, teman Aura datang bersama suara motornya di depan pagar rumah. Sambil meneguk susu hangatnya.

Setelah menengok jam dilengan kiri, kemudian ia lari tergesa. Aura baru sadar kalau dia telat. Rambut kuncir kudanya bergoyang ke sana kemari mengikuti alur tubuhnya.

"Hati-hati, Aura."

Haii jangan lupa kasih Votmen yaaa... Tombolnya ada di bawah 👇. Gratis loooo 😍😍

Salam
_Reyalizta_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top