•Payne Sister•Part 6
Sebelumnya, ini pernah aku hapus (dan mendapatkan protes dari berbagai pihak termasuk teman aku sendiri .-.) Nah, karena protes itu akhirnya aku putuskan untuk upload ulang. Aku coba cari draft part ini di laptop dan di hp,tapi nggak ada (mungkin kehapus juga secara aku pernah melakukan penghapusan data besar-besaran tanpa mikir-mikir dulu) .-. Kerangka cerita ini juga nggak ada karena waktu itu aku nggak bikin outline samsek. Jadi, mungkin hasil upload ulang ini akan jauh berbeda dari versi asli, tapi insyaallah intinya masih sama (karena aku masih inget dikit-dikit alur part ini)
Pokoknya, selamat membaca dan semoga kalian nyaman sama ceritanya (gaya bahasa part ini mungkin jauh berbeda dari gaya bahasa Payne Sister biasanya)
Maaf, ini pendek, panjangan AN-nya XD
[Special Part-Liam's Point of View]
Rumah terasa sangat sepi dan kosong. Tentu, ini semua terjadi karena hanya aku seorang diri dan beberapa pekerja rumah tangga yang ada di sini. Sebenarnya, aku sedikit rindu akan kehadiran Alexa di sini dan tidak tega mengirimnya jauh ke asrama, namun aku harus melakukannya. Demi kebaikan Alexa, pikirku.
Aku duduk di sofa berwarna putih gading, memandangi televisi plasma yang menampakkan sebuah reality show dari salah satu channel dengan sekotak piza yang baru diantar oleh salah seorang pegawai. Reality show ini sebenarnya menarik, namun aku perlahan-lahan merasa mulai bosan dengan apa yang kulihat. Mataku kemudian teredar dan terhenti ketika menangkap sebuah foto yang ditempel dengan manis di dinding.
Foto itu diambil ketika dad dan mom menikah. Di sana juga ada aku versi lebih mudah dan Alexa. Alexa di sana tersenyum lebar dengan menunjukkan deretan gigi putihnya. Surainya masih berwarna cokelat, warna yang ia dapat semenjak lahir, bukannya warna hijau seperti sekarang.
Alexa yang dulu memang sangat manis. Dia benar-benar adik lucu yang membuatmu tidak tega untuk tidak menuruti permintaannya. Tapi kemanisan Alexa tidak bertahan lama, sesaat setelah mom dan dad dinyatakan meninggal akibat sebuah kecelakaan, dia berubah.
Sebentar, kurasa berubah bukanlah kosa kata yang tepat, dia hanya lupa siapa dirinya.
Dia benar-benar menjadi sosok yang berbeda. Hati malaikat yang sebelumnya ia milikki berubah sedemikian rupa menjadi iblis. Di saat yang bersamaan, dia mengenal teman baru yang semakin mendorongnya melakukan hal-hal tidak baik.
Alexa terus berpikir bahwa aku berubah, menjadi jahat seperti yang dilakukan Ibu Cinderella saat Ayah Cinderella meninggal. Padahal tidak, sama sekali tidak, aku menjadi seseorang pemarah karena dia semakin terjerumus pada hal-hal yang tidak baik.
Aku menyayangi Alexa, seperti dia adalah adik kandungku, dan memarahinya sejujurnya hal yang tidak mengenakan.
Aku berharap keputusanku membawa Alexa ke sebuah asrama adalah keputusan yang tepat.
Pemikiranku terpecah ketika suara deringan ponselku terdengar. Dengan buru-buru aku meraih ponselku dan menerima telpon yang rupanya berasal dari kepala sekolah Royal Academy.
"Ya ... a-apa? B-baik aku akan segera ke sana!"
Sial!
Aku segera bangkit dari dudukku, meraih jaket dan sebuah kunci mobil sebelum bergegas ke luar rumah.
-
Aku memandang sosok Alexa yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan kepalanya yang diperban. Ini benar-benar mengagetkan mendapati informasi dari Mr. Walker bahwa dia ditemukan pingsan dengan kepala yang berdarah di ruang musik.
Tanganku menggenggam tangannya, berdoa dalam hati semoga dia baik-baik saja dan tidak ada masalah. Aku tidak akan tahu bagaimana jadinya jika aku pada akhirnya benar-benar sendiri di dunia ini, tanpa Alexa, tanpa orang tua, hanya seorang diri.
Pintu terbuka, menimbulkan suara deritan yang begitu memekakkan telinga. Aku menoleh, menemukan Mr. Walker berjalan ke arahku dengan wajahnya yang menampilkan permintaan maafan.
"Aku benar-benar minta maaf," kata Mr. Walker, dia kemudian menghela napasnya dengan berat.
"Tidak perlu meminta maaf, semuanya sudah terjadi," jawabku, "dan aku tahu banyak yang harus kau kerjakan, tidak hanya mengawasi seluruh muridmu."
"Selama ini ada banyak kasus pem-bully-an di asrama, aku tidak akan bohong soal itu, tapi aku tidak pernah menemukan yang separah ini. Maafkan aku, aku akan mencari cara agar hal ini bisa diatasi."
"Ya, semoga ini tidak akan terjadi lagi."
"Maafkan aku."
"Sungguh, tidak masalah Mr. Walker, jangan meminta maaf lagi!"
Mr. Walker hanya menghela napas.
"Bagaimana? Kau sudah menemukan siapa yang melakukannya?"
Mr. Walker menggeleng. "Belum. Satu-satunya cara adalah menunggu sampai Alexa sadar dan mengatakan sendiri siapa yang melakukannya."
Aku menatap Alexa sambil berdoa bahwa semuanya baik-baik saja.
TBC
kayaknya seharusnya aku bikin ini di part 5, sebelum Alexa sadar supaya kalian penasaran. Tapi kayaknya lebih enakan kalau ini dibikin di part 6, secara, kalian semua pasti penasaran sama rahasianya Niall 'kan? Heheh.
Don't forget to hit the star.
Love,
Yossi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top