Natalia
Semua yang ia lihat saat ini hanya gulita. Suara desau angin malam di luar sana, kali ini terasa asing di telinga. Bahkan jika bisa dikata, tidak ada satu suara pun yang tertangkap indra pendengarannya saat ini.
Natalia menatap kosong dinding kamar. Listrik di rumahnya tidak padam. Namun sama sekali tidak ada cahaya yang tertangkap netra berwarna coklat muda itu. Sengaja Natalia berada dalam gulita, tanpa sesuatu yang berani mengusiknya.
Memeluk kedua lutut yang tertekuk, Natalia berdiam diri dalam posisinya. Cukup lama hingga Natalia tidak bisa menghitung pasti, berapa menit telah berlalu di dekatnya.
Kejadian yang baru saja Natalia saksikan, cukup membuatnya syok. Tidak bisa menerima kenyataan bahwa semua itu benar-benar terjadi. Akibatnya, Natalia terjebak dalam pikirannya sendiri.
Natalia sama sekali tidak bisa pergi—lebih tepatnya tidak ingin keluar—dari jutaan kenangan yang telah ia lalui. Seolah sesuatu yang terjadi malam ini di rumahnya, tidak pernah ada.
Namun sekeras apa pun Natalia mencoba, kenyataan itu tidak akan sama sekali berubah. Natalia tidak sanggup mengubah masa lalu. Natalia tidak memiliki mesin waktu agar bisa kembali dan mencegah hal tersebut terjadi.
Natalia benar-benar mematung di atas kasurnya. Dalam pose yang sama dan suasana hati yang tidak jauh berubah dari sejak pertama kakinya membawa paksa masuk tubuh Natalia ke dalam kamar.
Raga Natalia seolah tidak berjiwa. Namun kinerja otaknya masih bisa memberikan komando agar Natalia berpindah tempat dan mengurung diri di kamar. Sendiri dalam gulita. Bernapas dalam keheningan.
Menangis? Ah, andai Natalia bisa melakukannya, maka sedari tadi hal itu sudah ia lakukan. Namun untuk saat ini, Natalia seolah lupa ada sebuah tindakan untuk mengeluarkan isi hatinya tanpa perlu merangkai kata, yakni dengan menangis.
Seolah hal tersebut tidak pernah bersapa di dalam hidupnya, Natalia hanya bisa mematung. Seperti sebuah rekaman video yang tengah berada dalam mode pause. Dunia di sekitar Natalia pun seolah berhenti berputar. Benar-benar terasa seperti sebuah jeda yang entah kapan akan dimulai kembali.
Harus Natalia akui, dadanya kali ini terasa sesak. Sebuah fakta yang menampar Natalia dengan telak bahwa apa yang baru saja terjadi benar-benar nyata. Kejadian yang sebisa mungkin Natalia sangkal kebenarannya dan berharap bahwa semua hanyalah mimpi yang akan membuat ia segera terjaga.
Namun di sepanjang malam yang berganti menjadi pagi, sesak di dada Natalia tidak kunjung pudar. Begitu pula dengan kebenaran yang sampai kapan pun tidak akan berubah sesuai apa yang Natalia harapkan.
Natalia mengerjapkan mata berulang kali. Mata yang terjaga sepanjang malam itu mulai terasa lelah. Dipaksa begitu keras untuk tidak beristirahat demi menemani hati Natalia yang dilanda badai penuh gulana.
Menggerakkan tubuh pun terasa begitu berat bagi Natalia. Namun suara kokok ayam yang saling bersahutan di luar sana, begitu pula dengan sinar mentari yang berusaha menerobos masuk melalui celah jendela, membuat Natalia mau tidak mau beranjak dari duduknya.
Di sisa kewarasannya yang semakin menipis, Natalia berusaha untuk menjalani hari satu kali lagi. Menunaikan kewajibannya sebagai pelajar untuk menuntut ilmu, meski saat ini Natalia merasa amat sangat letih.
Natalia tidak ada pilihan lain selain menyeret paksa tubuhnya ke kamar mandi. Mengguyur seluruh tubuhnya, tanpa melewatkan satu pun. Berharap air dingin bisa mengentaskan semua bayangan akan kejadian buruk yang terjadi semalam. Tanpa tersisa.
***
Aku sangat berterima kasih untuk kalian yang masih menikmati cerita ini. Tidak hanya cerita ini saja, tetapi juga menunggu ceritaku yang lain di akun ini.
Akhirnya di akhir bulan, seperti biasa, aku menyapa kalian lagi di lapak Natalia dan Garda ini. Aku berharap kalian menikmati kisah dua anak manusia ini.
Terus dukung ceritaku, ya. Entah itu di Wattpad atau di platform menulis lain seperti KaryaKarsa, dan soon akan merambah ke Bestory. Aku tunggu kedatangan kalian di karyaku yang lain.
xoxo
Winda Zizty
28 Mei 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top