Difference

Sarah membuka kedua matanya dan menggeliat ringan. Suara riuh hujan masih terdengar dari luar sana dan mengisi keheningan di dalam kamarnya. Menemani tidurnya sepanjang sore ini. Tapi, bukan riuh suara nyanyian hujan yang memaksanya terjaga kali ini. Melainkan suara derit pintu yang menjerit pelan, seperti tersendat.
Entah kenapa tidurnya begitu pulas sore ini. Juga terasa sangat lama seolah berjam-jam lamanya. Sarah tidak pernah tahu alasannya dan hanya bisa menduga. Mungkin ia terlalu lelah setelah menyelesaikan cuciannya hari ini.

Grey?

Gadis itu menoleh ke arah pintu tanpa berniat bangkit dari atas tempat duduknya yang seakan-akan sudah dilumuri lem. Grey tampak berdiri dan sebelah tangannya bergerak pelan mendorong daun pintu. Sarah tak bisa menatap seraut wajah milik pria itu karena Grey setengah tertunduk. Langkah-langkahnya juga tampak berat. Gontai. Ia seperti baru saja bertarung di atas arena tinju menilik dari gerakan tubuhnya yang mirip kehilangan separuh energi.

"Grey?!"

Sarah harus bangun dari tempat duduknya kali ini. Senyaman apapun sofa yang didudukinya itu. Gadis itu berdiri kaku dan menatap Grey dengan penuh tanda tanya.

Pria itu seketika mengangkat wajah mendengar nama depannya disebut. Ia tampak sangat terkejut dan membulatkan matanya saat menatap ke arah Sarah. Tas kerja yang semula digenggamnya erat, mendadak jatuh dan semoga saja ponsel pintar yang ia simpan di dalamnya baik-baik saja.

"Sarah?" Bibir Grey tampak gemetar saat menyebutkan nama Sarah. Kedua ujung tangannya juga tampak bergetar andai Sarah memperhatikannya dengan seksama.

Sarah hanya bisa tertegun menatap tingkah Grey yang aneh. Harusnya pria itu tidak sekaget itu saat melihat dirinya, kan? Tapi, kenapa reaksinya sangat berlebihan saat melihat Sarah seolah ia sedang melihat hantu? Apa terjadi sesuatu dengannya? Ia tidak kerasukan makhluk halus kan?

"Ini benar-benar kau, kan?" Mendadak Grey melangkah maju dan mencengkeram kedua pundak Sarah lalu mengguncangnya dengan cukup keras. Pria itu menatap wajah Sarah seperti orang yang hilang akal sehat. Seperti bukan Grey, tapi, lebih seperti Grey yang sedang kerasukan jin. Maaf.

Sarah kaget mendapat perlakuan yang tidak wajar dari Grey.

"Apa-apaan kau, Grey?!" Sarah berteriak sambil menepis tangan Grey dengan segala kekuatan yang ia miliki. Gadis itu tak bisa menyembunyikan kekesalan hatinya. "apa yang sebenarnya terjadi denganmu, Grey? Apa kau sakit?" cecarnya bertubi-tubi ditambah dengan sorot mata yang ingin mencabik wajah Grey.

Grey mundur selangkah. Pria itu benar-benar tidak waras. Seperti orang gila. Ia tampak linglung.

"Grey." Sekali lagi Sarah menyebut nama Grey untuk menyadarkan pria itu. "kau baik-baik saja, kan?" ulang Sarah. Justru ia merasa khawatir melihat keadaan Grey.

Grey tak menyahut. Pria itu menatap nanar ke arah Sarah. Kedua bola matanya tampak bergerak pelan meneliti setiap inchi wajah Sarah. Lalu bergerak ke bawah, ke kedua tangan, lalu ke kaki Sarah. Ya, kedua kaki itu tampak sangat sehat dan berpijak di lantai berbalutkan sebuah celana panjang cokelat muda berbahan katun. Tanpa alas kaki.

"Apa kau sedang berpikir melihat hantu?" seloroh Sarah karena merasa tersinggung saat diperhatikan sebegitu detailnya oleh Grey. "jawab aku, Grey!"

Grey tercekat oleh teriakan Sarah. Suara gadis itu seolah baru saja menghentakkan kesadarannya.

"Ah, aku... " Sepertinya Grey belum bisa berkomunikasi dengan baik. Kata-katanya terputus dan pria itu masih tampak bingung.

"Kenapa kau begitu terkejut melihatku? Sebenarnya apa yang terjadi?" cecar Sarah seraya mencermati setiap detail ekspresi wajah Grey. Dan gadis itu menemukan banyak sekali ketidakberesan di sana. Namun, ia sama sekali tidak mencium aroma alkohol. Sepasang mata Grey juga tampak normal. Tak ada indikasi kemerahan di sana. Tapi, Sarah perlu memastikannya sekali lagi. "apa kau mabuk?"

Grey menggeleng setelah dua detik tertegun menatap gadis di depannya. Lalu tanpa pernah diduga Sarah sebelumnya, tiba-tiba Grey menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.

Sarah nyaris menjerit karena terlalu kaget. Tanpa permisi dan tanpa persiapan sama sekali, mendadak tubuhnya jatuh dalam pelukan Grey. Semua terjadi begitu cepat seperti mimpi dan gadis itu malah merasa bingung dengan sikap aneh yang ditunjukkan Grey.

"Lepaskan, Grey. Aku tidak bisa bernapas." Sarah mencoba melepaskan pelukan Grey yang dirasakannya semakin erat melingkari tubuhnya. Membuat gadis itu kesulitan bernapas. "kau ingin membunuhku, Grey?!" Sarah mendorong tubuh Grey dengan sekuat tenaga. Menyebabkan pelukan Grey terlepas dan pria itu terpaksa mundur dua langkah ke belakang.

Grey berdiri limbung setelah mendapat perlawanan Sarah. Ia hanya menatap gadis itu tanpa penjelasan sama sekali.

"Apa kau sudah gila, Grey?" tanya Sarah kesal. Gadis itu sampai terbatuk karena ulah Grey. Ia terpaksa harus menarik napas dalam-dalam untuk menormalkan kembali pernapasannya.

"Maafkan aku." Hanya dua kata itu yang bisa bibir Grey ucapkan. Sungguh, ia tak bisa mengatakan lebih dari itu. Pikirannya masih kacau. Semuanya serba membingungkan dirinya. Apakah sang waktu sedang mempermainkannya?

"Sebenarnya apa yang terjadi, Grey?" desak Sarah masih tak bisa membendung rasa penasaran dalam hatinya. Bukan tanpa alasan jika tiba-tiba Grey memeluknya seperti tadi mengingat selama ini mereka tidak pernah bersinggungan satu sama lain.

Grey mendesah berat.

"Aku... " Grey menelan kembali kalimatnya. Terlalu sulit untuk menjelaskan semuanya pada gadis itu. Tidak. Grey tidak bisa mengatakan alasannya. "aku hanya takut kehilanganmu, Sarah."

Gadis itu terbelalak mendengar pengakuan Grey.

"Sungguh, itu tidak lucu, Grey," tandas Sarah tampak tidak begitu suka dengan kalimat yang baru saja diucapkan Grey. Ia sangat tahu siapa Grey selama setahun belakangan. Apa ia akan percaya begitu saja dengan apa yang diucapkan Grey? Tidak.

"Aku tidak sedang bercanda, Sarah."

Grey menyusul langkah Sarah yang mulai bergerak ke single sofa favoritnya. Gadis itu menjatuhkan diri di sana dan berlagak acuh.

"Simpan saja kata-katamu, Grey." Sarah bergumam pelan seraya menahan gejolak di dalam dirinya. Sesungguhnya, jika saja Grey tahu, Sarah ingin sekali menghambur ke dalam pelukan Grey sekali lagi seperti tadi. Ia ingin merasakan betapa hangatnya dekapan tubuh Grey, detak jantungnya juga terdengar seperti nyanyian seriuh hujan. Tapi, ia tidak bisa melakukannya dan memilih untuk tidak mempercayai ucapan pria itu. Pasti ada sesuatu yang terjadi sehingga ia bersikap seaneh itu. Tapi apa?

"Sarah... "

Gadis itu tersentak mendapati tangan Grey telah mendarat di lengannya. Sarah mencoba menelusuri sepasang bola mata Grey dan belum menemukan jawabannya.

"Kau tidak pernah mencintaiku, Grey," tandas Sarah dengan menancapkan sebuah tatapan tajam ke jantung Grey. Membuat pria itu tidak berkutik di hadapannya. "selama ini kau tidak pernah menganggapku ada."

"Maaf."

Sarah tersenyum getir dan seketika mengalihkan pandangan keluar jendela. Meratapi hujan yang telah reda. Tanpa kata. Ia hanya menggantung percakapan di antara mereka tanpa pernah menyelesaikannya. Gadis itu sengaja membiarkan Grey menelusuri perasaannya sendiri.

Kenapa mesti takut kehilangan jika tidak pernah mencintai? Apa kehadiranku hanya sebagai pelengkap rutinitasmu belaka? Sarah membatin dalam diam.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top