Beautiful Day ?
Sarah menapaki lantai keramik yang tampak licin di bawah kakinya dengan langkah pelan. Canggung. Mungkin kata itulah yang pantas mewakili perasaannya saat ini saat berjalan bersama Grey. Pria itu juga berjalan dengan lambat di sebelah Sarah. Kedua tangannya sibuk mendorong sebuah trolly belanja. Sementara kedua matanya juga tampak meneliti isi rak supermarket yang berisi berbagai macam makanan dalam kemasan.
Memang, bisa berbelanja bersama Grey di hari libur seperti ini adalah bagian dari mimpi Sarah. Tapi, gadis itu malah tidak bisa menikmati kebersamaan mereka. Ia masih belum bisa menerima perubahan Grey sampai detik ini.
Supermarket lumayan ramai ketimbang hari biasa. Itulah sebabnya Sarah tidak terlalu suka belanja pada hari libur seperti ini. Ia sudah terlalu hafal dengan keadaan supermarket yang terletak tidak jauh dari apartemen mereka.
"Kau mau cokelat?"
Sarah tertegun menatap sebatang cokelat yang diacungkan tangan kanan Grey. Sebuah penawaran yang cukup bagus, tapi, gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?" Grey mengerutkan kedua alisnya dan belum mengembalikan batang cokelat itu kembali ke tempatnya. Menunggu Sarah mengutarakan alasan penolakannya.
"Tidak semua wanita menyukai cokelat, Grey," ucap Sarah. Gadis itu ikut berhenti saat Grey menghentikan langkah.
"Oh." Grey mengangguk pelan dan berangsur mengembalikan batang cokelat itu ke tempatnya semula. "lalu apa yang kau suka?"
"Apa kau benar-benar ingin tahu?"
Sarah balas bertanya seraya menatap tajam ke arah Grey. Untuk beberapa saat ia tak mengedipkan mata.
Grey mengangguk.
"Kau."
Pria itu bergeming mendengar ucapan Sarah. Sepertinya ia terlalu terkejut dengan pengakuan gadis itu. Grey tidak akan pernah menyangka jika Sarah sangat mencintainya.
"Aku hanya menyukaimu, Grey," ucap Sarah lebih memperjelas maksud kalimatnya. Meski ia yakin Grey tidak memiliki perasaan yang sama dengannya, Sarah tidak mempersoalkannya. "jangan merasa terbebani dengan perasaanku, Grey. Kau tidak perlu memaksakan diri untuk menyukaiku."
Sarah mengulas senyum tipis setelahnya. Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti beberapa menit.
Grey menyusul langkah Sarah sejurus kemudian setelah berhasil mencerna kalimat gadis itu. Mereka berjalan beriringan kembali namun, tanpa perbincangan.
Sarah mengambil beberapa bungkus keju cheddar dan memasukkannya ke dalam trolly begitu mereka sampai di rak yang menawarkan berbagai produk olahan susu.
Grey tersenyum tipis melihat perbuatan Sarah. Selama ini ia sudah terbiasa melihat gadis itu sarapan dengan roti tawar yang diisi dengan sehelai keju cheddar di dalamnya. Jadi, tidak mengherankan jika Sarah mengambil beberapa bungkus keju cheddar.
"Kau tidak membeli sesuatu, Grey?" sentak Sarah setelah selesai dengan keju cheddarnya. Gadis itu membalikkan tubuh dan mengagetkan Grey yang sedang kedapatan melamun.
"Oh, tidak," sahut Grey dengan suara gagap. "aku tidak suka susu." Pria itu mengukir senyum tipis di bibirnya. Beberapa hari terakhir, Sarah kerap melihat Grey tersenyum. Paling tidak, saat melihat senyum Grey membuat hatinya lebih baik.
"Kau mau es krim?" tawar Sarah seraya tersenyum. Telunjuknya mengarah ke mesin pendingin es krim.
Es krim? Sontak saja Grey mengerutkan dahi. Pria itu melepaskan tawa ringan sesudahnya.
"Aku tidak suka es krim, Sarah. Lagipula aku sudah terlalu tua untuk makan es krim," urai Grey.
Giliran Sarah yang meledakkan tawa. Grey benar-benar lucu kali ini.
"Apa anak-anak saja yang boleh makan es krim?" tanya gadis itu seraya meletakkan kedua tangannya di pinggang. "tidak ada peraturan yang melarang orang dewasa makan es krim, Grey. Sekali-kali kau harus mencobanya supaya kau tahu, makanan itu sangat manis dan bisa membuatmu lebih baik," ujar Sarah mencoba meyakinkan Grey. Tanpa pikir panjang ia bergegas mengambil sebuah kotak es krim berukuran jumbo dan menyerahkannya pada seorang karyawati supermarket. Usai di kemas bersama beberapa buah es batu, gadis itu segera memasukkannya ke dalam trolly.
Grey pasrah dan tidak melontarkan sepatah komentarpun menyaksikan tingkah Sarah.
"Ada yang mau dibeli lagi?"
Sarah menoleh ke arah Grey. Gadis itu menggeleng perlahan. Ia sudah mengambil semua barang yang tertera dalam shopping list-nya. Ia cukup tahu jika pria tidak terlalu menyukai aktifitas berbelanja seperti dirinya. Para ibu rumah tangga dan mayoritas wanita menyukai kegiatan itu. Karena berbelanja adalah salah satu obat paling mujarab untuk menghilangkan stres setelah seharian berkutat dengan pekerjaan rumah tangga.
"Kita makan di luar?"
Setengah jam kemudian mereka telah duduk di dalam mobil dan bersiap hendak pulang. Saat itu hampir jam satu siang dan mereka baru saja hendak meluncur keluar area parkir supermarket.
Namun, Sarah menggelengkan kepalanya. Sepertinya ia sangat suka menggelengkan kepala.
"Aku tidak suka makan makanan di luar, Grey," gumam Sarah. Ia menahan napas ketika tiba-tiba Grey mengulurkan tangan dan tubuhnya untuk membantu gadis itu memasang seat belt. Wajah Grey begitu dekat dengannya bahkan Sarah bisa menghitung setiap helai bulu mata yang menancap di pinggiran kedua indera penglihatannya. Membuat gadis itu merasakan dentuman hebat di dalam dadanya.
"Lalu?" Grey kembali ke posisinya semula setelah berhasil memasang seat belt di tubuh Sarah. Ia mulai menyalakan mesin mobil dan bersiap meluncur keluar area parkir.
"Aku ingin makan mie instan," toleh Sarah dengan cepat. Ia tadi sengaja mengambil beberapa bungkus mie instan di supermarket saat Grey tidak melihatnya.
Grey mendesah. Fokus matanya tertuju pada jalan kecil yang berputar menuju keluar area parkir.
"Mie instan tidak bagus untuk kesehatanmu, Sarah." Pria itu setengah menggumam. "kau harus banyak makan telur dan daging supaya sehat. Kurasa kau harus menambah sedikit berat badanmu. Kau terlalu kurus, kau tahu?" Grey menolehkan kepalanya sejenak ke arah Sarah saat ia harus menghentikan mobilnya di belakang antrian mobil lain yang juga hendak keluar dari area parkir supermarket.
Sarah melenguh pelan. Gadis itu menatap ke sudut lain di samping kirinya. Mencari sesuatu untuk dilihat sebagai bentuk penghindaran dari Grey. Kenapa baru sekarang ia menyinggung hal itu? batinnya kesal.
"Baiklah, kau boleh makan mie instan, tapi, untuk hari ini saja." Suara Grey terdengar kembali sekadar untuk mengembalikan suasana hati Sarah yang sempat memburuk tadi. Tapi, gadis itu tidak terlalu antusias untuk merespon ucapan Grey. Ia menoleh sebentar pada Grey dan mengembangkan senyum tipis. Tanpa kalimat. Lalu ia mengalihkan tatapan ke depan mobil dan memilih membisu sepanjang perjalanan pulang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top