Chapter 5
Bagi Kaia, semua rencana awal sekolahnya berjalan berantakan. Tidak, semuanya memang salah dirinya sendiri. Dialah yang menciptakan semua itu.
Kini, dia menjadi topik hangat satu kapal. Semua mata langsung menyorot ke arahnya, ketika ia dan Hoshi menyusul ke dalam kelas.
Semua meja dan kursi telah penuh. Ada satu bangku kosong yang ditangkap pelupuk mata Kaia. Tempat itu, tempat di samping putra Hades. Jaraknya agak jauh dari barisan belakang.
"Aku ada di depan. Jika kau butuh bantuan, katakan saja padaku."
Hoshi lalu melangkah menuju kursinya. Mata semua orang terus mengikuti langkah Kaia. Begitu ia mendekat di meja yang ia tuju. Ada begitu banyak coretan yang ditulis di atasnya.
Kaia tidak mengerti arti dari kalimat-kalimat itu. Dia lalu menarik kursi dari bawah meja dan duduk dengan tenang. Seketika saja, semua mata beralih fokus darinya. Gadis itu menghela napas lega.
Tetapi sesaat kemudian, ia tersenyum getir. Bayangkan saja, dia baru 24 jam di atas kapal dan banyak hal yang sudah ia alami. Dia kebanyakan tidur, melewatkan jam makan, tidak mandi dan pergi menghadiri kelas tanpa persiapan. Bahkan, tidak membawa alat tulis sama sekali. Setidaknya, walaupun seperti itu, dia bisa saja mendapatkan sarapan.
Kaia pun cukup beruntung, semua orang tengah memakai pakaian bebas. Jika menggunakan seragam, Kaia pasti akan bertambah malu. Sebab, hanya dirinya saja yang tidak mengenakannya.
Seseorang melangkah masuk ke dalam kelas. Salam selamat siang bergema. Seorang pengajar pria dengan kacamata persegi bertengger di atas hidung bangirnya.
"Mari kita lihat. Sejak pagi, aku sudah mendengar kekacauan. Bagaimana Nona Poseidon, apa kau merasa baik?"
Lagi, Kaia membantin. Bisakah, sejenak dia tidak menjadi pusat perhatian.
"Aku baik-baik saja Profesor."
Profesor Kamilo mengganguk kecil. Lalu ia melayangkan tangan kanannya ke arah papan tulis. Sebuah kapur putih bergerak sendiri menuliskan sesuatu.
"Oceanologi." Profesor Kamilo memulai pelajarannya. "Coba, kau Nona Poseidon. Jelaskan kekuatan lautan. Kau pasti bisa membagikan informasi tentang laut pada semua teman-temanmu di sini. Mengingat, seharusnya pelajaran ini mudah."
Kaia mati kutu. Dia bahkan tidak membawa apapun dan dia tidak tahu tentang dunia laut. Ayahnya tidak mengizinkannya masuk ke dalam sana. Beberapa orang menoleh menunggu jawaban sang putri Poseidon.
"Emm." Gadis itu mencoba menjawab. "Laut akan rusak jika dicemari."
Bukan sebuah tepuk tangan meriah. Tetapi suara tawa yang terdengar seperti ledekan. Wajah gadis itu berubah menjadi kepiting rebus dalam seperkian detik.
"Ya, informasi menarik. Semua orang tahu tentang itu. Terima kasih telah menjawab. 2 poin untukmu."
Profesor Kamilo melangkah ke depan kelas. Kaia tersenyum samar. Putra Hades yang berada di sampingnya menatapnya heran.
"Oceanologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk tentang dunia laut. Baik ekosistem dan segala penghuni di dalamnya," papar Profesor Kamilo.
"Bagi seorang Dewa sekalipun. Tidak ada yang dapat bernapas di dalam air. Kecuali dia adalah keturunan makhluk laut atau keturunan para penguasa laut."
Beberapa orang mencatat penjelasan Profesor Kamilo dengan pena bulu masing-masing. Kaia sendiri tampak kebingungan. Dia tidak bisa melakukan apa-apa. Menulis juga tidak, apalagi membuka sebuah buku. Ditambah, perutnya sudah terasa melilit bercampur rasa perih.
Ios menyadari gelagat tersebut. Tetapi berpura-pura tidak mempedulikannya.
"Jadi, minggu depan. Aku ingin kalian praktek menyelam ke bawah laut. Lalu menuliskan jurnal tentang apa yang kalian temui."
Pelajaran itu singkat, bahkan tidak sampai satu jam. Tetapi Profesor Kamilo sudah berjalan keluar dari dalam kelas dan suasana riuh sekonyong-konyong terdengar.
Iras, dengan tampang paling menyebalkan yang ia punya datang menghampiri meja Kaia.
"Kau tahu? Seberapa menyebalkan kekacauan yang kau buat? Kau membuat semua orang mencarimu. Sudah kuduga. Kau akan membawa kesialan bagi Ursa Mayor."
Iras mengangkat salah satu alisnya. Kedua tangannya dilipat di depan dadanya. Gayanya seolah menantang Kaia.
"Aku minta maaf soal itu, Putra Ares. Apakah masih ada pelajaran?" tanya Kaia dengan tenang.
"Hah!" Meja dipukul kasar oleh Iras. "Hey Putri Poseidon, kau bukan minta maaf saja padaku. Tetapi semua orang, kau itu harus mengaku salah."
Jari Iras, kini malah menunjuk-nunjuk kening Kaia beberapa kali dengan gerakan menyentil. Cowok itu tampak menikmati membulli Kaia.
Kaia yang tidak terima, mengepal kedua tangannya dengan kuat. Sorot matanya menatap tajam ke arah Iras seperti ingin menerkam.
Kaia tidak suka dengan kontak fisik yang dilakukan Iras. Tetapi, dia mencoba bersabar. Dia tidak ingin mencari masalah lagi dan lagi. Sudah cukup perkara kemarin dan tadi pagi. Kaia menggeleng, dia akan mencoba menjadi anak baik.
Tanpa diduga oleh Iras. Kaia mendadak bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke depan kelas. Semua teman sekelasnuya, menatap Kaia keheranan. Terlebih, Iras. Dia berpikir, mungkin akan ada sedikit pertunjukan adu otot dan memang itulah yang selalu diinginkannya. Adu jontos dengan siapapun. Tidak peduli, mau pria dan wanita.
Apa yang di lakukannya?
Bisik-bisik itu tertangkap indra pendengaran Kaia. Tetapi, dia mengacuhkannya. Ketabahan, membuatnya masih cukup memiliki kesabaran.
"Aku minta maaf kepada kalian semua." Kaia membungkukkan badannya kepada semua orang dengan penuh penyesalan. "Karena aku, kalian semua telah kerepotan sejak semalam dan tadi pagi."
Iras nampak tersenyum miring. Ios yang melihat sikap Kaia melirik ke arah Putra Ares.
"Hey, sudahlah. Lupakan soal Iras. Dia memang anak yang menyebalkan," seru Elena dengan senyum ramah pada Kaia. Dia Putri Dewi Bulan Selene.
Lalu remaja perempuan itu menoleh ke arah belakang, menatap Iras dengan senyum menyebalkan yang membuat semua orang ingin menghajarnya.
"Iras!" tegur Elena. "Hentikan sikapmu itu. Kau telah mengganggunya sejak awal. Lama-kelamaan kau bisa dikutuk Poseidon."
Iras malah membuat tampang congkak pada Elena. Seolah-olah dia tidak takut dengan ancaman tersebut.
"Diam kau gadis bulan!"
"Apa kau bilang?" seru Elena dengan nada tidak terima.
"Iras!" Kali ini Lisa ikut ambil suara. "Kaia tidak perlu meminta maaf. Ini sudah menjadi motto Pasific Academy. Jika ada seorang dari akademi yang tertimpa masalah. Yang lain harus ikut membantu."
Hoshi dan Elena mengganguk setuju. Lalu mereka balas menoleh pada Kaia. Lisa lalu maju ke depan kelas, dan menepuk pelan pundak Kaia.
"Jangan dipikirkan. Anggap saja, jika Iras berbicara, itu adalah suara nyamuk."
Tawa meledak di seisi kelas. Wajah Iras memerah, dia mengepal kedua tangannya. Lalu berjalan keluar meninggalkan kelas. Tak lupa, dia menendang meja dan kursi milik Kaia.
"Ikh!!! Tuh bocah!" gemas Elena
"Biarkan saja," sambung Lisa. "Anak itu akan kena kualat nanti."
__/_/_/_____
Tbc...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top