Chapter 37- Kericuhan

"Iras," seruku.

"Huft dasar. Budak cinta kalian berdua. Bisa-bisanya kau melakukan ini pada namaku. Setidaknya buat aku di bawah Nalu. Aku ini Putra Ares."

"Ios." Aku menoleh menatapnya. "Apa kau bisa melakukan sesuatu padanya?"

Ios pun bangkit dari kursi. Lalu meremas-remas kepalan tangannya. Matanya tersenyum licik.

"Kai. Kau ingin aku membuatnya terluka seperti bagaimana?"

Kupikir, Iras mungkin saja akan takut. Tetapi rupanya tidak. Ia malah mengambil ancang-ancang untuk memulai pertempuran. Kurasa, hari ini saat yang tepat untuk memberi pelajaran bagi Iras agar ia sadar tidak menggangguku lagi.

"Ayo maju! Kau pikir aku takut?" Iras benar-benar maju menantang Ios.

Seketika saja, Ios melambaikan tangannya ke udara dan mendadak sebuah pedang dengan bilah berwarna hitam panjang dan ganggang berbentuk huruf T tergenggam dalam tangan kanannya.

"Hey! Kalian berdua tidak berpikir untuk membuat perpustakaan sebagai arena tempur, kan?" Hoshi berkomentar sebagai wasit.

Aku, dengan cepat bersembunyi dibalik punggung Ios. Lalu menunjukkan telunjuk ke arah Putra Ares.

"Tolong beri dia pelajaran Ios. Aku benar-benar kesal padanya. Dia selalu menggangguku."

"Akan kulakukan," sahut Ios.

"Hah! Maju kalau berani!" gertak Iras tanpa rasa takut.

Dengan cepat Ios bergerak cepat mengayunkan pedang. Awalnya kupikir Iras akan melawan Ios dengan tangan kosong. Namun rupanya, pria itu juga menggengam sebuah pedang dengan bilah yang memancarkan cahaya warna merah kental.

Bunyi pedang saling bertemu terdengar nyaring dan memekikkan telinga begitu keduanya saling bergesek. Angin berhembus menerbangkan kertas-kertas yang ada di atas meja. Sepertinya, aku salah meminta Ios berkelahi di perpustakaan. Kapten Maru akan memakan kami berempat hidup-hidup.

Ios dan Iras saling bertarung. Jika Ios mengayunkan pedang untuk menebas. Iras dengan sigap menangkisnya, lalu balas menyerang Ios pada titik buta. Keduanya sama-sama unggul untuk menyerang dan bertahan.

Hoshi melemparkan tatapan tidak suka padaku dan aku balas menghendikkan bahu.

"Suruh mereka berhenti!" Dia berteriak nyaring.

Aku menggeleng, tidak sampai Iras sedikit terluka. Anak pembuat onar itu harus diberi pelajaran. Aku tidak peduli dengan perpustakaan yang hancur, asal semua itu bisa membuat Iras merasa kapok.

"Kapten Maru!!!"

Angin mendadak berhenti berembus. Nyaliku ciut dan tubuhku menegang. Aku buru-buru berpaling pada pintu masuk perpustakaan. Tetapi di sana, tidak ada seorang pun yang berdiri. Jangankan Kapten Maru, hanya ada angin kecil yang berhembus.

"Sialan!" Iras memaki. Entah untuk aku dan Ios, atau justru pada Hoshi.

"Aku hampir membunuh bocah kematian ini!" Iras lagi-lagi menunjuk Ios menggunakan pedangnya.

"Hey, kau lupa? Aku adalah pemegang kematian. Bagaimana kau bisa bilang akan membuatku mati?" Ios tersenyum licik penuh kemenangan.

"Argh. Jangan banyak bacot. Kalian berdua---"

"Hentikan!" Seseorang menahan pergelangan tangan Iras dari belakang.

"Brengsek! Lepaskan tanganku!" Iras harusnya tidak memaki. Wajah orang tersebut berubah memerah. Matanya berkilat emosi.

"Kau ingin aku menghancurkan tanganmu, Putra Ares?"

Iras berpaling, sepertinya ... ia baru menyadari siapa yang menahannya. Aku menahan napas melihat detik-detik Iras berpaling.

Di sana ... Rigel telah menggeram kesal. Lalu menghempaskan tangan Iras dengan kasar.

"Perpustakaan cukup kacau. Putri Poseidon ... sepertinya kau tidak berusaha menghentikan mereka berkelahi, ya?"

Aku menelan ludah. Tidak bisa berkutik. Aku juga tidak tahan dengan tatapan Rigel. Jadi, kuputuskan untuk menunduk.

"Kau ikut aku, Putri Poseidon. Dan kalian bertiga!" Rigel menunjuk Iras, Ios dan Hoshi bergantian. "Bersihkan ruangan ini sebelum aku kembali."

Aku rasa, kebencian Rigel padaku meningkat hari ini. Dengan terpaksa, aku mengikuti langkah Rigel yang sudah bergerak duluan.

"Kaia." Aku berpaling cepat. Suara Iras dan Ios berseru bersamaan memanggilku.

"Jangan cemaskan diriku. Tidak akan kubiarkan Rigel menghukummu," ujar Ios.

"Aku harap kau jadi santapan Hiu," sindir Iras dengan terkekeh.

"Hey kau lupa ya? Hiu itu temanku. Justru aku yang akan memintanya memakanmu."

Untuk kali ini, aku merasa sedikit berani melawan penindasan Iras dan mendapatkan hukuman. Sepertinya bukan hal yang buruk

__/_/_/____

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top