Chapter 33- Klaim Putra Hades
Aku seperti sedang menahan napas. Jantungku berdebar dengan irama yang sangat kuat. Sorot mata Thalia membuatku sedikit takut.
"Terima kasih semuanya." Nalu membuka suara. "Aku tahu, kalian semua sudah bekerja sangat keras. Tapi ... apa yang terjadi? Mengapa kalian menatap Kaia seperti ingin memakannya?"
"Demi kereta perangku!" Iras menyela. "Semua orang bekerja siang dan malam untuk menyusun strategi melawan The Flying Dutcman. Tapi seseorang telah mengabarkan sesuatu bahwa kau!" Telunjuk Iras sekonyong-konyong menunjuk padaku.
"Kau secara sengaja memanggil para Siren untuk menyerang kapal. Itu kesalahanmu."
"Tunggu! Kalian salah paham. Aku dan bangsa Siren---"
"Saudara? Apakah begitu?" Thalia berujar penasaran. Dia melipat tangan di depan dada. Aku mencoba menatap matanya.
"Aku hanya ... mencoba sesuatu." Suaraku seperti terdengar mengelak.
"Apapun itu, Putri Poseidon. Sebaiknya kau berterima kasih kepada Kapten Maru akan kutukan kalian bertiga. Dari segala pelayaran yang ada. Ini adalah hari terburuk yang pernah kami alami. Seseorang dari Ursa Mayor terkena kutukan dan seorang awak berusaha memanggil Siren untuk mencelakakan teman seperjuangannya. Aku ingin kau mengingat ini, Putri Poseidon. Di kapal ini, kau tidak sendiri."
Aku hanya bisa terdiam. Hatiku terasa sesak. Rasanya seperti tertusuk sesuatu.
Thalia pergi, awak lain pun memutuskan pergi. Aku bahkan belum berkenalan dengan mereka semua. Tetapi mereka, justru mau menyelamatkan keonaranku.
"Bagaimana?" Mendadak, Iras malah sudah berdiri di hadapanku. Dia tersenyum mengejek sekaligus merasa senang di atas penderitaan orang lain.
"Kau harus banyak belajar." Begitu saja dan dia pun berjalan pergi.
Aku ingin menangis. Tetapi aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak terlihat cengeng di depan orang lain. Maka dari itu, kubiarkan tungkaiku bergerak.
Namun, aku tercekat saat tangan Ios menggenggam tanganku dan malah membawaku berjalan di belakangnya. Di samping itu, kudengar Rigel membisikkan sesuatu pada Nalu.
.
.
.
"Bisa lihat kamarmu?"
Saat ini, aku dan Ios tengah berada di lorong kamar. Seperti biasa, tiap pintu akan selalu berpindah posisi.
"Aku bisa melihatnya," jawabku.
"Baiklah, buka pintunya dan biarkan aku masuk."
"Apa?" tanyaku terkejut
"Terlalu lama. Ikut aku."
Sekarang, malah Ios yang membuka sebuah pintu dan menarikku masuk ke dalamnya. Ruangan di dalam kamar kabin ini bernuasa hitam dan emas.
Semua funiture tersusun rapi. Isinya sama dengan yang ada di kamarku. Ada tempat tidur satu badan, sebuah lemari berserta meja belajar.
Ios pun menarikku duduk di tepi kasurnya, sementara ia mengambil kursi dari meja belajar. Kemudian meletakkannya di hadapanku dan duduk di atasnya.
"Coba jelaskan padaku."
"Jelaskan apa?"
"Kau itu milikku bukan?"
Aku terdiam. Ragu untuk menjawab.
"Rigel mengatakan sesuatu padaku. Tapi, aku ingin kau yang menjelaskannya padaku."
Sepertinya, aku tahu pokok pembicaraan ini. Aku menarik napas panjang. Lalu menunduk.
"Nalu mengklaim diriku. Dia bilang ... dia ... menyukaiku dan akan menunggu."
Hening sesaat. Rasanya aku tidak berselingkuh. Tetapi mengapa Rigel si Putra Aeris itu mengatakan ini pada Ios? Rasanya aku ingin mencincangnya menjadi perkedel ikan.
"Jadi ... kau ingin mengakhiri hubungan ini?"
Aku mendongak. Sedikit terkejut dengan ungkapan Ios. Hubungan apa? Rasanya ... aku dan dia tidak memulai apapun.
"Ios," seruku.
"Demi Dewa Hades, aku menerima klaim dirimu pada diriku, Putri Poseidon. Siapapun tidak akan bisa merebut dirimu dari diriku."
Aku menelan saliva. Sebaris asap hitam membumbung mengelilingi Ios lalu terbang ke arahku. Apakah ini yang namanya sumpah dan janji para anak Dewa? Kenapa hidupku rasanya jadi kacau begini?
"Aku rasa ... aku tidak akan khawatir lagi sekarang. Kapanpun kau butuh bantuan. Kau hanya perlu menyebut namaku. Aku akan tahu di mana kau berada."
Aku benar-benar kehabisan kata. Perasaan ini ... aku bingung. Sesuatu saling terikat. Putra Hades bisa saja telah memberikan cintanya padaku. Tetapi aku? Aku merasa seperti ... sedang mempermainkannya. Rasanya seperti gadis jahat.
"Ios," seruku. "Sebenarnya aku---"
"Tidak menyukaiku? Aku tahu."
"Eh?" Sungguh, aku benar-benar terkejut mendengarnya.
"Aku egois, tentu saja. Ibuku diculik ayahku secara sepihak. Sulit bagi penguasa bawah untuk disukai para penguasa atas. Mendengar kau mengklaim diriku ... sungguh. Itu membuatku merasa berarti. Kau tidak menganggap diriku buruk. Aku cukup senang dengan itu. Walau kutahu, saat kau mengatakan itu. Kau sebenarnya hanya ingin menyelamatkanku."
Sekarang, aku benar-benar kehilangan kata-kata. Benar-benar kehilangan.
"Tapi bagaimana ... jika kita mencobanya enam bulan ini. Jika sampai saat itu kau masih belum ada rasa padaku. Aku akan mengakhiri hubungan kita."
Aku gelisah. Sebelumnya aku tidak pernah memiliki hubungan bersama laki-laki. Ios terlihat baik dan peduli padaku. Tetapi kurasa, sebaiknya aku mencobanya. Lagipula, menjalankan hubungan dengan setengah hati pun tidak baik.
"Baiklah Ios. Aku setuju."
"Sungguh?" Kulihat mata Ios seperti tersenyum. "Kalau begitu. Kau tidak akan keberatan jika aku berjuang untuk menunjukkan perasaanku padamu, 'kan?"
"Emm ... kurasa tidak."
Sekalinya. Aku tertengun menatap wajah Ios yang tersenyum lembut dan itu ... membuatnya sangat terlihat manis sekaligus tampan.
Untuk pertama kalinya. Aku melihatnya tersenyum.
/__/___///___//___
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top